Ada Aku?
Semesta luruh dalam sendu
Menggelepar oleh darah Sang Khalik
Matahari beku pada dinginnya Firman
Lelehan air mata Malaikat
Memantul pada kerelaan
Anak Dara serahkan harkat
Eli-Eli lama sabakhtani
Menjadi gema dalam kesendirian
Apa mahluk sehingga maut dikunjungi
Tempat tak layak
Keterpisahan dengan Bapa
O Sang Khalik
Sendirian Engkau dilalu
Demi kini mahluk dapat harap
Eli-Eli lama sabakhtani
Jb.
Bagaimana jika
Pilatus tiba-tiba tersungkur! Mulutnya berdarah matanya buta
Istrinya menangis disamping tubuh suaminya
Herodes meraung-raung merangkul kaki Maria
Petrus melontarkan dia diatas kumpulan ular berbisa
Ular tedung menyambar kumpulan orang banyak
Tentara romawi terpontang panting dilanda cahaya maha suci
Langit gemuruh oleh tentara surgawi
Matahari mati
Bumi terbelah menelan manusia
Yudas tersenyum puas kuasa gurunya nyata
Sebentar lagi kekayaan mengikuti digumannya
Kemuliaan meliputi Anak Allah
Rankaian kereta Surga berbaris mengawal Anak Allah
Kembali ke tahta Mulia
Dunia dilanda kegelapan
Bahkan murid-Nya kehilangan Dia
Tak Ada yang dapat mendekat
………………………
Tapi di Getsemani Hal itu tidak terjadi
Gelap Getsemani tidak dapat menutupi kasih
Supaya manusia beroleh harkat
Beroleh harapan
…………………………………..
Jb
……………………………...………………………………………
Masa Advent?
Coba dengarkan obrolan beberapa ibu jelang Natal;
“Sudah ke mangga dua belum?”
“Di Kelapa Gading ada discount lho!”
“ Sekarang yang model …. sedang in”
“ Pesan kue di siapa ya?, Nasi Jaha beli di mana yang murah? “Apa bikin sendiri aja kali ya?”
“ Wah baju anak-anak yang murah di mana?”
“Liburan Natal akhir Tahun booking tempat di mana?”
“Kapan kita pergi belanja?”
Obrolan Bapak-Bapak memang sedikit berwibawa, jaga image dan seolah tidak terpengaruh suasana tetapi pas waktunya semua ‘berkilat’.
Inilah gambaran Natal untuk sebagian orang saat ini.
Konsumerisme perlahan mengubah prilaku manusia. Orientasi rohani menjadi lahiriah. Kesiapan lahiriah memang perlu tetapi bukan yang utama.
Lalu apa makna Natal itu?
Suami yang memapah istrinya yang hamil tua hanya dapat melihat gemerlap kota dengan kelap kelip lampunya.
Hingar bingar kesibukan semu menjadi instrument lagu pujian tetapi dalam irama penolakan.
Buktinya tempat melahirkan tidak tersedia!
Ya, di tempat gelap ibu itu melahirkan
Untunglah bayi itu adalah Nur, Cahaya sejati! Sehingga sanggup menderangkan kegelapan bahkan menyingkapkan cahaya kepalsuan dunia.
Yang tetap datang meskipun dunia menolak-Nya
Karena kasih. Ya, karena kasih! - Jb
Pub Dok PNJ ’08
KAMPANYE
Coba lihat, dimana ada ruang strategis disitu terpampang foto dengan kalimat yang menjanjikan supaya terpilih nanti
Kekuasaan begitu menggiurkan, saking menggiurkan Iman dapat ditinggalkan dan berani bayar mahal untuk mendudukinya
Jadi pemimpin bukan tidak boleh, tapi kekuasaan kadang membuat orang melupakan nurani yang menjerumuskan pada kelaliman, demi memuaskan egoisme
Jauh sebelum musim caleg, seorang pemimpin sejati pernah memperkenalkan diri, tidak menempelkan poster. Ia menempelkan dirinya sendiri pada palang Salib guna memperjuangkan nasib manusia. Ia tidak menjanjikan nanti
Ia melakukannya!
Ya, Ia melakukannya
Padahal di malam sebelumnya pengikutnya tidur
Bahkan tercerai berai meninggalkannya
Malam di Getsemani
Penuh peluh
Peluh pergumulan
Menggetarkan jiwa
Memecahkan pembuluh darah
Jauh dari sorak popularitas
Jauh dari perhatian dunia
Sang Tuhan tersungkur sendiri
Di kesunyian cinta kasih Jb
Aktualisasi
Lihatlah sekeliling kita…
Adakah sesuatu semakin baik….
Manusia berupaya mengaktualisasikan diri bahwa peradaban semakin maju…dan manusia tidak membutuhkan Tuhan
Penghargaan terhadap martabat manusia diagung-agungkan…
Pemikiran manusia menjadi utama
Melebihi Kedaulatan Firman
Seolah semuanya dapat diatasi dengan hasil pemikiran manusia.
Tergiang kembali penawaran klasik; bila engkau makan, engkau akan sama seperti Allah!
Teknologi semakin memudahkan mahluk yang disebut berakal untuk berkomunikasi
Apakah sesuatu semakin baik? Disana-sini terjadi salah informasi, saling menyalahkan, menuduh bahkan pemutarbalikan fakta melalui propaganda menghancurkan karakter sesama
Atas nama kemajuan, Agama disebut candu, Allah ditinggalkan sehingga religius menjadi bagian dari keterbelakangan abad
Apakah sesuatu semakin baik?
Kehancuran sendi-sendi kemanusiaan semakin menganga, pembantaian, pengrusakan, kekerasan menjadi berita pengantar sarapan
Gejolak ekonomi semakin tidak pasti di tengah claim berjubelnya ahli. Kemajuan semakin menjauhkan dari kepastian perhitungan manusia! Lihat, dunia tidak berdaya mengatasi gejolak ekonomi, resesi terjadi, keterbatasan menjadi portal setiap upaya untuk kalkulasi
Alam yang diberikan Allah untuk menyanggah kehidupan, semakin tidak pasti kelestariannya. Pemanasan global, perubahan cuaca, kepunahan species dan kelangkahan lahan pertanian menggetarkan masa depan
Bagaimana dengan lingkungan gereja?
Perpecahan, kesesatan pemikiran, perebutan jabatan, perceraian dan semua yang disebut nista lainnya bertaut pada lingkungan yang semestinya mercu suar, bertaut pada tempat dimana semestinya suara kebenaran dikumandangkan….
Lalu untuk apakah garam yang tidak asin lagi?
Kyrie Eleison
Ketika berjalan dipayung waktu
Melangkah seolah tahu esok
Rencana kujalin berontak juga
Tak rela roh mengingatkan
Tetap hasrat lautkan nafsu
Meski dendang padaNya tiap kala
Melanglang buana hipokrif
Apalagi berhala enggan kunista
Khianat dan dusta adalah kawan karib
Tobat terus diselingkuhi
Tak rela sarungkan kenikmatan
Sungguh memuliakan aku
Ha ha ha demikian kita tertawa
Siapa dapat memedang kuujar
Senyum tetap terhias
Di mimbar kita buka kitab
Di altar biadap tetap
………..Kyrie Eleison
Pilatus adalah gambaran sebagian besar kita
Berkuasa seolah kuasanya takkan berakhir.
Berani tawarkan kebebasan padahal Kuasa bukan dari dirinya
Mengetahui kebenaran tetapi tidak mampu mempraktekkan.
Lebih takuti kedudukan daripada melakukan kebenaran
Tidak tahu diri dengan bertanya kebenaran pada KEBENARAN sejati
Lebih mementingkan kepentingan suara kebanyakan dari pada bisikan nurani
Tuhan mungkin kami juga tidak sadari kebutaan kami
Jamahlah supaya kami dapat melihat
Jamahlah supaya kami memiliki kesadaran terhadap dosa
Jamahlah supaya kami dapat hidup sesuai
Kami suka tertidur
Kami suka melarikan diri
GETSEMANI
Di taman itu, sekumpulan malaikat berada dalam kesenduan
Meskipun tahu cawan mesti diminum
Tidak rela Tuhannya menderita
Siap siaga mereka menantikan titah
Tapi IA rela mengambil keputusan berat
Harga diri menjadi tidak berarti
Kuasa yang dimiliki tidak dipergunakan
Cuma karena kasih yang Agung
Hendak dicurahkan
Supaya terangkat harkat manusia
Berkenan di hadapan Bapa-Nya
Cawan pahit diteguk
Membuka jalan pada fajar temaram
Yang membuka hari di mana tubuh mesti dirajam
Tak berbentuk di tengah kepulan cerca, tantangan
Dan nista hinaan
Tuhanku…..
Siapakah aku ini Tuhan!
.....................
Sadarkan aku akan Kasih-Mu
Supaya aku sanggup mengiringmu
Dalam dunia yang membenci…
JEBA
Hari esok kita dilupakan. Segala sesuatu akan berakhir dan sia-sia. Dalam tangan siapa hidupmu itulah yang menentukan sebuah harapan
Arsip Blog
- Juli (1)
- April (4)
- Januari (1)
- April (1)
- Juli (1)
- Maret (47)
- April (7)
- Maret (1)
- Februari (1)
- Desember (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Januari (1)
- Juni (1)
- April (1)
- Desember (3)
- November (1)
- Oktober (1)
- September (2)
- Agustus (1)
- Juni (2)
- Maret (1)
- Januari (3)
- Desember (1)
- November (1)
- Oktober (2)
- Agustus (1)
- Juni (1)
- April (1)
- Januari (1)
- Desember (2)
- Oktober (3)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Juni (5)
- Mei (2)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- Januari (3)
- November (4)
- Oktober (1)
- Juli (2)
- Mei (1)
- April (3)
- Februari (1)
- Juli (4)
- Maret (3)
- Februari (2)
- Januari (2)
- November (1)
- September (3)
- Agustus (2)
- Maret (1)
- November (1)
- Juli (1)
- Juni (1)
- Mei (3)
- April (3)
- Maret (2)
- Oktober (2)
- Juni (1)
- April (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar