Arsip Blog

Minggu, 25 Juli 2010

Liburan ke Jawa Tengah





Jalan-jalan keluarga dirancang jauh-jauh sebelum liburan anak sekolah, kali ini direncakan ke beberapa kota Jawa Tengah
BOOKING Hotel, Obat anak-anak, kesiapan kendaraan seperti wiper, ban serep, accu, lampu beserta toolnya, baju dingin, peralatan potret dan alat charge HP tentunya. Percakapan dengan istri beberapa minggu sebelum jalan adalah mengenai jalur dan perkiraan waktu tempuh dari satu kota ke kota lain.
Persiapan menjadi faktor penting karena disitulah 50% keberhasilan perjalanan yang hendak ditempuh. Kan, ngk lucu jika perjalanan terganggu hanya karena sesuatu hal yang seharusnya dapat dipersiapkan di depan.
Kali ini kami berencana ke Batur Raden Purwokerto, Wonosobo Dieng, Borobudur, Jogya, Solo, Semarang serta terakhir mampir dalam perjalanan pulang, Pekalongan.

Melalui jalur Pantura, Puwokerto dapat kami tempuh kurang lebih 8 jam, tentu perjalanan dengan anak-anak membutuhkan beberapa kali istirahat dan meskipun peralatan dan makanan tersedia, kami juga harus menyediakan waktu mampir di tempat makan umum untuk orang dewasa. Pringsewu dan Restoran lain banyak menyediakan tempat makan yang mengakomodir kebutuhan pelanggan yang melakukan perjalanan jauh. Jadi untuk perjalanan ke Jawa Tengah, Pom Bensin, Restoran tidak menjadi masalah. Ke Puwokerto kami menyempatkan mengisi kembali BBM. Rupanya Inova meskipun 2000 Cc tetapi terhitung hemat untuk jalur luar kota.

Diakhiri dengan tanjakan cukup jauh udara dingin menjelang malam di Batur Raden langsung menusuk tulang. Hotel Rosenda, family room yang luas menjadi tempat melepas lelah. Tidak perlu sia-siakan waktu, informasi untuk tempat wisata langsung diperoleh dengan bertanya pada petugas hotel termasuk berapa biaya masuk ke tempat wisata dan memang murah meriah. Hotel-hotel murah bertebaran tetapi berhubung dengan anak-anak dan jarak ke lokasi wisata maka Rosenda menjadi pilihan kali ini. Liburan sekolah seperti ini di Batur Raden tidak akan kesulitan bagi wisatawan mencari hotel yang memang tersedia melimpah di sekitar lokasi. Sempatkan menikmati berbagai lokasi yang tersedia, Jika ingin sampai ke Pancuran 7 janganlah bawa anak-anak karena cukup jauh dan pasti merepotkan. Di Lokasi wisata banyak tersedia penjual makanan, souvenir serta tikar untuk keluarga bersantai. Puas di Baturaden, kamipun beranjak ke Wonosobo yang kami tempuh kurang lebih dua jam





Jalur kali ini kami menelusuri bagian tengah antara Pantura dan Selatan dari Pulau Jawa. Penduduk yang ramah tempat bertanya serta navigasi dibantu dengan GPS dari Blackberry cukup membantu bagi yang tidak menguasai jalanan. Purbalinga dan Banjanegara dilewati dan mendekati Wonosobo jalanan terus menanjak menandakan kita sedang berkendara ke dataran tinggi. Pemandangan yang indah membawa kesenangan tersendiri.
Meskipun tidak sedingin Baturaden tetapi Jacket diperlukan di Wonosobo.
Hotel Surya Asia yang bertaraf terjangkau menjadi pilihan, selain berada di tengah kota, hotel ini cukup bersih. Dari resepsionis kita dapat memperoleh keterangan arah ke Dieng. Tempat makan dan apotik tidak perlu kuatir, dengan menyeberang jalan semua tersedia.
Kami tidak perlu buru-buru menuju Dieng. Depan Surya Asia yang satu arah kita tinggal lurus saja mengikuti petunjuk. Tidak lupa sudah siap baju hangat di mobil. Jalan semakin mengecil dan menanjak tetapi pemandangan sungguh memanjakan mata, menjadi sopir kudu konsentrasi apalagi yang baru pertama merasakan tikungan Dieng, ada baiknya ekstra hati-hati. Kondisi mobil benar-benar teruji di Medan yang terus menanjak ini. Pertengahan jarak ke lokasi kami memasuki pos penjaga dan membayar bea masuk mobil dan penumpang tetapi petugasnya tidak membebani dengan biaya yang sesuai. Harusnya 15.000 tetapi dengan ramah petugasnya sampaikan, “8000 sudah cukup” selain tiket masuk mereka juga memberikan brosur dan peta lokasi wisata. Pada saat kami kesana, jembatan di atas gunung sedang dalam perbaikan sehingga kami harus mengikuti pengarahan petugas yang memberikan kesempatan bergiliran. Sungguh tantangan yang membuat keringat dingin apalagi hamparan lembah menganga siap menelan kendaraan bila tergelincir. Mobil benar-benar menapaki bibir gunung kemudian tiba di dataran yang penuh dengan objek wisata.
Meskipun panas terik tapi jangan kaget kalau anda keluar dari mobil udara dingin langsung menusuk sehingga jangan coba-coba tidak memakai baju hangat. Kontradiktif benar. Panas terik tapi suhu udara ditambah angin yang bertiup membuat kami harus berpikir panjang jika harus melewati malam di sini.
Selain , kawah dan candi, telaga warna harus dikunjungi. Lokasi wisata yang letaknya dibeberapa tempat mewajibkan pengunjung mengelilingi kawasan Dieng. Pulang dari Dieng kami habiskan satu malam lagi di Wonosobo guna kumpulkan tenaga bersama anak-anak mempersiapkan perjalanan selanjutnya ke salah satu keajaiban dunia, BOROBUDUR.



Kalau dari Batur Raden ke Wonosobo ditempuh kurang lebih 2 jam maka, dari Wonosobo ke Borobudur hanya 1 jam. Menempuh jalanan tengah sawah dan perbukitan membawa tantangan tersendiri dan menyenangkan. Sebagai patokan dari Wonosobo ambil arah Kertek, Sapuran, Salaman dan kita akan peroleh jalan raya Magelang yang kemudian mengarah ke Borobudur.


Meskipun ramai karena rombongan anak-anak liburan sekolah tetapi menikmati Borobudur tidak menjadi terganggu. Mobil belum saja selesai parkir, pedagang cenderamata, topi, kacamata dll segera mengerubungi kita. Segera siapkan perlengkapan foto, beli tiket dan mulailah menikmati keunikan Borobudur. Jika malas untuk jalan kaki sampai ke candi, di dalam lokasi tersedia mobil wisata dengan beli tiketnya. Selain tiket mereka juga akan memberikan jatah air minum. Flying fox, berkuda bahkan ATP disiapkan pengelola untuk memanjakan anak-anak yang berkunjung ke sana. Tangga yang curam ke atas candi wajib menjadi perhatian bagi yang membawa anak-anak. Rata-rata pengunjung langsung menuju puncak bablas langsung padahal untuk memahami Borobudur, seharusnya kita keliling dari bawa menuju puncaknya. Menggunakan jasa pemandu akan membantu kita memahami cerita dan ritual Borobudur.


Borobudur dan tempat wisata di Indonesia memang masih kurang antisipatif bagi penderita cacat dan lansia. Fasilitas-fasilitas khusus seyogyanya dipersiapkan menjadi bagian yang menunjang kelengkapan sehingga semua orang dapat menikmatinya.
Ada baiknya untuk menghindari sengatan panas matahari, kunjungan ke lokasi ini sebaiknya selepas pukul 14.00 masih banyak cahaya untuk berfoto tetapi udara sudah lebih bersahabat. Jam 5 lokasi wisata ini sudah ditutup dan pengunjung mulai diwajibkan meninggalkan candi.

Dari Borobudur kami mulai mengarahkan GPS ke Jogya. Kurang lebih satu jam kami sudah tiba di Kota Jogya. Kesempatan mandi di kolam renang menjadi kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak. Suasana malam di Malioboro terasa nikmat ada keistimewaan tersendiri menikmati suasana Jogya. Mungkin karena seniman, batik dan sejarahnya membuat wilayah ini sangat menarik hingga jangan harap mendapatkan (meskipun banyak) hotel di sekitar Malioboro jika tidak memesan jauh sebelumnya.




Jogyakarta seperti bagian kecil dari keindahan Bali. Semalam di Jogya kami melanjutkan tour ini ke Solo dan tentunya tidak lupa menghabiskan waktu terlebih dahulu di Prambanan. Candi yang paling tinggi. Mirip dengan fasilitas yang ada di Borobudur. Prambanan letaknya memang di ujung Jogyakarta bila kita mau menuju ke arah Solo




Klaten yang bersih akan kita lewati dan seperti biasa kita perlu hati-hati berkendara karena sepeda motor bisa bergerak kemana saja dia inginkan tanpa memikirkan bahaya. DI Jawa Tengah mudah-mudahan terjadi penertiban secara konsisten karena truck selalu menggunakan jalur kanan. Jadi melewati mereka harus dari kiri…
Di Solo silahkan berbelanja batik, PGS dan pasar Klewer tinggal pilih bahkan batik yang sampai harga jutaan setelah di pajang di Jakarta, di Solo bahan, merek dan kualitas yang sama dapat diperoleh dengan harga jauh lebih murah.

Solo malam hari (Depan PGS – Benteng)




Ingin cicipi Serabi? Nah, dari Klewer tinggal dekat sudah berjejer jajanan Serabi notosuman, masih hangat lebih enak rasanya. Di Depan PGS (Benteng) malam hari dapat menikmati sajian berbagai makanan sambil menikmati live music dari tenda membawa rasa romantis bagi pasangan muda.

Malam hari Italia tersingkir dari Slovakia, dan keesokkan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Semarang. Perjalan sore ke Semarang dapat menghabiskan 2 – 3 jam. Boyolali kotanya tertata dan bersih. Selain jalannya lebar, kita dapat mampir untuk berbelanja oleh-oleh. Kacang Mete menjadi pilihan kami waktu mampir di kota ini. Salatiga menyusul setelahnya. Selepas Salatiga kita tinggal menunggu tiba di Semarang. Tetapi ungaran terkenal dengan Sate Pak Kemplang dan Baso Tahu bu Puji jadi pasti tergoda untuk mampir. O ya, jangan lupa hindari melambung kendaraan di depan kita melanggar marka jalan…karena tiba-tiba kita sudah di berhentikan oleh petugas patroli polisi.
AKhirnya pagoda menjadi tanda bahwa kita sudah memasuki kota Semarang. Menikmati pemandangan dan makan di Gombel menjadi acara yang tidak boleh dilewatkan karena dari tempat ini kita dapat melahap semarang melalui tatapan.Suasana malam akan lebih menyenangkan dengan pemandangan dari tempat ini

Simpang lima yang banyak menjadi ciri khas kota ini. Meskipun yang bernama simpang lima Cuma satu. Ikon kota mereka yang terkenal adalah Lawang Sewu yang berada di lingkaran tugu muda. Wah, kita akan berdecak kagum juga ngeri mendengar cerita Lawang Sewu yang dengan lancar di bawakan oleh pemandunya. Di Lawang sewu aroma mistis juga menjadi kuat bahkan acara Uji nyali pernah diadakan disini dan terjadi penampakkan. Ruang bawa tanah berisi air yang berfungsi sebagai pendingin ruangan. Dulunya pernah dijadikan penjara oleh Jepang yang terkenal dengan pemerkosaan noni-noni Belanda.
Jangan lupa mengambil foto-foto dari Balkon sehingga dapat dibuktikan bahwa anda sudah pernah ke Semarang.


Selain Lawang Sewu, Gereja Belenduk menjadi bangunan yang patut dikunjungi jika ke Semarang, bagi pecinta oleh-oleh, boleh mampir di Pusat jajanan Bandeng Juwana Jl Pandanaran, termasuk kue-kue khas lainnya dapat diperoleh di tempat ini. Banyak Hotel tersedia di kota ini termasuk hotel-hotel bintang dua yang bersih dan luas teristimewa bagi keluarga yang butuh ruangan lebih luas dan bisa masak di dalam biarpun Cuma Indomie.
Solo, Semarang, Jogya Bandaranya masih berada dalam kota, stasiun KA dan terminal bus menjamin transportasi di kota-kota ini.
Makanan di Jawa Tengah masih dapat digolongkan lebih murah dibanding Jakarta atau Surabaya, banyak pilihan bahkan tempat-tempat makan sudah banyak yang lengkapi dengan fasilitas WIFI menandakan mereka selalu mengantisipasi pentingnya kebutuhan komunikasi pelanggan dan wisatawan yang ingin buru-buru upload fotonya atau segera memberi kabar melalui email.
Jalur Pantura adalah satu-satunya jalur yang mempercepat jangkauan ke kota-kota di Jawa tetapi kendalannya selalu saja (tidak pernah tidak) ada perbaikan jalan yang kadang-kadang kita akan terjebak pada antrian yang panjang karena jalurnya dipakai bergantian. Perjalanan malam sebaiknya dihindari karena bus-bus malam serta truk-truk lebih banyak melakukan perjalan di malam hari.
Semarang Jakarta dapat ditempuh dalam waktu 8 – 10 jam dan jika ingin menikmati perjalanan, maka kota-kota seperti Pekalongan, Tegal, Cirebon dapat dijelajahi dalam perjalanan pulang ke Jakarta (foto-foto lebih lengkap lihat saja lansung di Facebook Jeba)

Tidak ada komentar: