The Shock of Gethsemane
Getsemani adalah momen yang
membingungkan kita. Perubahan begitu tiba-tiba, begitu nyata, bahwa itu
mengejutkan jiwa kita.
Ketika kita melihat Yesus di
lembar-lembar injil yang terhampar – memungkinkan diri kita berimajinasi
berjalan dekat di samping-Nya melalui 3 tahun pelayanan yang mengasyikkan –
kata kata seperti otoritatif, yakin, dan
tidak kenal takut menggambarkan Dia. Dia sangat mantap dan terkendali.
Tetapi pada saat-saat, ketika
kita mengikuti-Nya ke sebuah tempat yang disebut Getsemani, ketika semuanya
berubah secara radikal. Tiba-tiba kita bertemu dengan Penyelamat kita yang
tidak seperti biasanya. Apa yang kita amati adalah asing dan menakutkan.
Yesus “sangat takut dan gentar”
(Markus 14:33). Satu terjemahan mengatakan “Dia mulai dicengkeram oleh teror
sehingga menggigil dan berada dalam kesedihan”. Versi lain menggunakan
kata-kata horror, kawatir yang mendalam, mencemaskan hati.
Ini adalah penderitaan yang
melelahkan dan menghancurkan bagi Juruselamat kita, sama sekali tidak seperti
sesuatu yang kita amati sebelumnya.
Nearly Dying
Ingatkah kita hari-hari itu di
Galilea? Kita melihat tangan-Nya yang terulur menawarkan satu sentuhan lembut
pada saat Ia menyembuhkan penyakit dan mengampuni dosa. Kita melihat lengan-Nya
yang kuat terulur dengan kekuatan saat Dia mengusir setan dan membangkitkan
orang mati. Kita melihat-Nya melangkah dengan tenang di atas permukaan laut
yang diombang-ambingkan gelombang pada malam yang penuh badai. Kita melihat Dia
duduk dengan tenang di perahu nelayan yang kecil dalam bayangan air yang
berkilau matahari di samping pantai, dipenuhi dengan kerumunan orang yang
mendengarkan dengan penuh gairah dan kagum akan ajaran-Nya yang tak
tertandingi.
Di lereng bukit yang berumput,
kita melihat rasa terimakasih yang tulus pada wajah-Nya yang terangkat ketika
Ia menatap ke langit dan memberkati beberapa roti dan ikan; kita menangkap
senyum belas kasih-Nya ketika Dia membagikannya untuk memberi makan ribuan
orang. Dengan rasa takjub kita mengawasi-Nya di puncak yang diselimuti awan
saat pakaian dan wajah-Nya secara mengejutkan berubah rupa dalam cahaya
suranatural.
Kemudian di sini di Yerusalem,
di pelataran Bait Suci yang ramai, mata kita terbelalak keheranan melihat Dia
berdiri di hadapan lembaga keagamaan dan menghadapi kemunafikan mereka tanpa
sedikit pun rasa cemas akan intimidasi, bahkan Ia membuat cambuk dan mengusir
semua pedagang dari Bait Suci (lihat Yohanes 2:15).
Secara konsisiten, Dia tegas,
Dia berani dan Dia tenang.
Memang benar kita juga
melihat-Nya menangis dan gelisah; ketika Dia datang ke Betani setelah teman-Nya
Lazarus meninggal, Dia sangat sedih, dan di kuburan Dia menangis (lihat Yohanes
11:35). Tapi itu jauh berbeda dari siksaan yang berat yang kita lihat menyusul menimpa
Dia sekarang di bawah cabang-cabang yang
berliku-liku dan diterangi cahaya bulan di kebun Zaitun Getsemani.
Yesus berpaling kepada Petrus
dan Yakobus dan Yohanes dan memberi tahu mereka, “Hati-Ku sangat sedih, seperti
mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah” (Markus 14:34).
Seperti mau mati rasanya! Ini bukan melebih-lebihkan. Dia sungguh-sungguh.
Kesedihan dalam jiwa Juruselamat kita saat ini sangat kuat dan berat yang mana
Dia benar-benar mendekati mati dalam pengalaman kemanusian-Nya – bahkan
sekarang, beberapa jam sebelum siksaan yang sangat berat yang akan datang di
atas salib.
Setelah mendesak ketiga murid
ini untuk berjaga-jaga, Yesus melangkah lebih jauh… dan terhuyung-huyung ke
tanah berbatu. Begitu mengerikan beban yang diemban-Nya sehingga Dia bahkan
tidak bisa tetap dalam posisi tegak.
Unprepared
Kita melihat Yesus lebih rentan
dan lebih manusiawi daripada yang pernah kita ketahui. Dan kita tidak bisa
menghindari dari satu pertanyaan.
Mengapa?
Mengapa teror yang menakutkan
ini, kesukaran yang hebat ini?
Bahkan pada malam itu juga tidak
ada indikasi sebelumnya tentang kesedihan seperti itu. Pada malam itu, dengan
martabat yang anggun, Dia meresmikan Perjamuan Tuhan (Lord’s Supper) bersama
murid-murid-Nya dan memimpin mereka menyanyikan himne. Memang benar di ruang
atas (The upper room) Dia sangat terharu (lihat Yohanes 13:21). Saat Dia
meramalkan yang menghianati-Nya, kemudian Dia memberi tahu para murid bahwa
mereka “semua akan tergoncang iman mereka” (Markus 14:27) namun pada saat yang
sama Dia dengan yakin mengingatkan mereka “Tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan
mendahului kamu ke Galilea” (Markus 14:28).
Ini bukan seolah-olah Yesus
dikejutkan oleh kematian yang akan terjadi. Dia sudah lama memutuskan untuk
menanggung hukuman Tuhan atas dosa sebagai pengganti kita, dan selama
berbulan-bulan Dia telah berulang kali membahas kematian-Nya dengan
murid-murid-Nya.
Dia juga tidak menghindari atau
menunda waktu pengorbanan yang untuk itu Dia datang ke dunia ini. Justru
sebaliknya. Ketika bukan rahasia lagi bagi siapa pun bahwa Yerusalem adalah
sarang permusuhan terhadap-Nya, Dia berjalan di depan murid-murid-Nya, kemudian
menuju ke kota tanpa sedikit pun ada rasa keengganan – tapi “mereka merasa
cemas dan juga orang-orang mengikuti Dia dari belakang merasa takut” (lihat
Markus 10:32). Ketakutan dan kecemasan adalah milik para pengikut-Nya, bukan
pada Yesus.
What It Meant To Him
Inilah alasannya: Di taman ini,
Juruselamat kita mulai menghadapi penderitaan yang terakhir dan terdalam di
Kalvari – penderitaan yang akan melampui segala aspek fisik dari
penderitaan-Nya.
Bagi Yesus, salib akan membawa
penderitaan yang tak tertandingi dan belum pernah terjadi sebelumnya dari murka dan pengabaian Allah. Jalan-Nya
yang menurun menuju kedalaman yang tak terkatakan itu mulai menukik tajam di
taman yang disebut Getsemani ini.
Dan saat kita mengikuti ke taman
untuk mengamati-Nya, kita harus menyadari bahwa apa yang terjadi di sini jauh
di luar kesadaran kita, jauh di luar kemampuan kita untuk memahaminya.
Sebua himne
lama yang sangat relevan:
Oh help me understand it,
help me to take
in –
What it meant to Thee, the Holy
One
to bear away my
sin.
Kita
membutuhkan bantuan ilahi untuk “menerimanya”, untuk menyerap secara mendalam
apa arti menanggung dosa kita bagi Yesus, Yang Kudus. Itulah yang kita kejar –
apa artinya bagi-Nya.
The Detestable Drink
Melangkah lebih dekat di bawah
salib…. Mari kita perhatikan dan dengar.
Saat Yesus sujud dengan tak
berdaya di tanah, kita mendengar Dia berdoa: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang
mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang
Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Markus 14:36).
Dia membuat permohonan ini
berulang kali. Dengan wajah menghadap ke tanah, kita bisa melihat keringat di
pelipis-Nya. Dia mengangkat kepala-Nya, dan expresi-Nya mengungkapkan
penderitaan yang mendalam yang begitu hebat sehingga peluh-Nya “menjadi seperti
titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44).
Kata-kata-Nya memberi tahu kita
mengapa: “Singkirkan cawan ini”, Yesus memohon
lagi. Pada saat ini, tidak ada keraguan
apa yang mendominasi hati dan pikiran-Nya.
Apakah cawan itu? Ini jelas
merujuk pada murka Allah yang kudus atas dosa-dosa Anda dan saya.
Jika kita mengetahui Kitab Suci
seperti halnya Yesus - Kitab Suci yang
pasti ada dalam pikiran-Nya pada jam-jam ini – kita tidak bisa lepas dari referensi
ini. Yesaya 51:17 menunjukkan kepada kita cawan ini di tangan Tuhan yang
terulur – itu adalah “isi piala kehangatan murka-Nya” dan bagi mereka yang
meminumnya, itu adalah “piala yang mengejutkan”. Piala ini berisi kehebatan dan
keganasan murka Allah yang kudus yang dicurahkan terhadap semua dosa, dan kita
menemukan dalam Kitab Suci bahwa itu dimaksudkan untuk diminum oleh semua umat
manusia yang berdosa. Itu adalah piala Anda…dan saya.
Dalam gambaran Perjanjian Lama
yang jelas, piala ini diisi dengan “arang berapi dan belerang, angin yang
menghanguskan” (lihat Mazmur 11:6). Tidak heran Kitab Suci mengatakan bahwa
mencicipi dari cawan ini menyebabkan peminumnya “menjadi terhuyung-huyung dan bingung” (lihat Yeremiah 25:16). Tidak
heran ketika Yesus menatap ke dalam piala yang menjijikkan ini, Dia tersandung
ke tanah.
Itulah mengapa ada teror yang
mengerikan dan kesusahan yang dalam bagi-Nya saat ini. Di dalam wadah kelemahan
manusia, Dia berhadapan langsung dengan realitas yang menjijikkan jika menanggung
kesalahan kita dan menjadi obyek murka Allah yang penuh dan hebat.
Hell, Not Heaven
Apa yang Yesus takut di sini
bukanlah mengantisipasi rasa sakit fisik yang terkait dengan penyaliban.
Sebaliknya itu adalah rasa sakit yang
jauh lebih besar – penderitaan yang mendalam karena ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Seperti yang dicatat oleh seorang komentator
Alkitab, Yesus memasuki taman “untuk bersama Bapa saat jeda sebelum
pengkhianatan tejadi pada-Nya, tetapi menemukan
Neraka dari pada Surga terbuka di hadapan-Nya. Mengetahui jam
kematian-Nya semakin dekat, Yesus datang ke sini dalam kebutuhan yang belum
pernah terjadi sebelumnya akan penghiburan dan kekuatan dari Bapa-Nya.
Sebaliknya, neraka – pemisahan total dari Allah – disodorkan ke wajah-Nya.
Kita mendengar Dia berseru: Bapa
– apakah ada alternative? Apakah ada cara untuk menhindari hal ini? Jika ada cara piala ini bisa lolos
dari-Ku, maukah Engkau memberikannya kepada-Ku?
Diam (silence). Kita dapat
melihatnya di wajah-Nya – Yesus tidak menerima jawaban atas permohonan putus
asa ini.
Untuk kedua kalinya Dia memohon
alternative dari kengerian ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Jika alternative seperti
itu ada, Bapa pasti akan menyediakannya. Namun permohonan Anak yang taat kepada
Bapa-Nya yang penuh kasih disambut
dengan diam (silence). Mengapa?
Dengarkan ayat ini sekali lagi
untuk pertama kalinya: Karena Allah
begitu mengasihi dunia ini….. sehingga Dia (Allah Bapa) diam terhadap seruan
penderitaan Anak-Nya!
Inilah arti menanggung dosa kita bagi-Nya – penderitaan yang
mendalam dari jiwa yang luar biasa saat Ia menghadapi pengabaian total dan murka yang mutlak dari Bapa-Nya di kayu salib,
kesusahan dan pengabaian dan penolakkan yang tidak dapat kita mulai pahami.
Dalam hal ini, saat tergelap
yang dialami oleh Juruselamat kita….apakah
Anda mengenal kasih-Nya bagi Anda?
Another Cup
Dengarkan kembali kata-kata
berharga dan berkuasa yang kita dengar Dia ulangi kepada Bapa-Nya.
“Tetapi janganlah apa yang Aku
kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”
“Tetapi janganlah apa yang Aku
kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”
“Tetapi janganlah apa yang Aku
kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”
(lihat Matius 26:36-46).
Yesus
berkata, “Bapa, Aku dengan rela meminum cawan ini atas perintah-Mu – Aku akan
meminumnya semuanya”.
Dan Dia akan melakukannya. Dia
akan meminum semuanya, tidak meninggalkan setetes pun (lihat Yesaya 51:17).
Tidak hanya Dia tidak akan
meninggalkan apa pun di dalam cawan murka itu untuk kita minum….tetapi hari ini
Anda dan saya menemukan diri kita dengan cawan lain di tangan kita. Itu adalah piala keselamatan. Dari cawan baru yang
berharga ini kita menemukan diri kita minum dan minum – minum secara
konsisiten, minum tanpa henti, minum semuanya…..karena piala keselamatan selalu
penuh dan berlimpah.
Kita dapat minum dari cawan ini
hanya karena Yesus mengucapkan kata-kata itu tentang cawan lain: “Tetapi
janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”.
Saya (Yesus) akan meminum
semuanya, tidak meninggalkan setetes pun.
Saat kita melihat Yesus berdoa
dalam penderitaan yang dalam di Getsemani, Dia memiliki hak untuk mengarahkan
mata-Nya yang berlinang air mata ke arah Anda dan saya dan berseru, “Ini cawan
kamu. Kamu bertanggungjawab untuk ini. Ini adalah dosa kamu! Kamu yang harus
meminumnya”. Cawan ini seharusnya disodorkan ke tanganku dan tanganmu.
Sebaliknya, Yesus dengan bebas
mengambilnya sendiri sehingga dari salib Dia dapat melihat ke bawah pada Anda
dan saya, membisikkan nama kita, dan berkata, “Aku meminum habis cawan ini
untukmu – untuk kamu yang telah hidup menentang Aku, yang telah membenci Aku,
yang menentang Aku. Aku menguras semuanya….untuk kamu.
Inilah apa yang dosa kita buat
sehingga perlu Penebus. Inilah yang dibutuhkan oleh kesombongan Anda dan
kesombongan saya, oleh keegoisan Anda dan keegoisan saya, oleh ketidaktaatan
Anda dan ketidaktaatan saya. Lihatlah
Dia…..lihatlah penderitaan-Nya dan kenali kasih-Nya.
Catatan dari Decroly Sakul /Virginia USA Maret 2021
Gambar diambil dari Facebook

Tidak ada komentar:
Posting Komentar