
Merenungkan Lukas 11 mulai ayat 37 dimana Tuhan Yesus diundang oleh orang Farisi
dan ahli Taurat. Diundang oleh pemuka-pemuka agama yang juga menguasai
masyarakat dalam hirarki politis sungguh udangan bergengsi yang sulit untuk
ditolak.
Saya membayangkan jika saya diundang Majelis Jemaat, Majelis Sinode wah ketemu
dengan para Pendeta, Penatua Diaken, tak terbayang wibawa kepemimpinan yang saya
akan hadapi. Saya patut jaga image (JAIM) mempersiapkan dari pakaian, cara
bicara dan etika kesopanan tentunya.
Masalahnya disini. Kok Tuhan ngk ada penghargaan sama sekali sama pengundang.
Tidak ada hormat-hormatnya. Masak Tuhan `model' begini?
Tdk Sopan dan ngk pada tempatnyalah. Sudah diundang, dijamu kenapa harus mengutuk!
Wah, saya ngk setuju dengan Tuhan 'yang begini'.
Saya yakin, begitu seorang Farisi masukkan status di twitter atau facebook,
pasti mengalir simpati yang banyak dan Yesus akan menjadi tokoh yang dihujat.
Postingan `like' berjubel.
Yang bener saja, orang diundang kok malah menghujat.
Tuhan harus belajar kesopanan, tata krama dan aturan keputusan sidang majelis
saat ini. Pendeta saling menghargai satu sama lain. Tidak saling menyalahkan.
Bahkan GEREJApun tidak pernah menegur jemaatnya yang salah.
Doakan saja nanti dia berubah.
Bahkan ada usulan digembalakan, ngk perlu…itu urusan pribadi, itu
urusan rumah tangganya.
Apalagi berhadapan dengan jemaat yang kaya, wah….potensi jadi majelis tuh. Dari
pada bicarakan masalah kelakukan orang, lebih baik dudukkan dia jadi anggota majelis.
Pasti terbantu pembangunan di gereja.
Saya aja mimpin ibadah di rumahnya dapat amplop tebal. Ngapain urusin hal-hal
yang sensitif. Cari masalah saja!
Apalagi sang kaya undang makan, pake ajak jalan-jalan ke Luar Negeri segala.
Materi khotbah jangan yang nyingung-nyingung lah. Ntar siapa yang bayarin anak
pendeta sekolah? Tuhan tahu lah dan mengenai dosa, urusan pribadi dia dengan
Tuhan. Jangan ngomong-ngomong dosa, jangan khotbahkan tentang penghakiman..bikin
takut orang saja. Cari materi yang bikin kolekte makin bertambah anggota jemaat makin bertambah.
Kenapa tidak berusaha menarik simpati justru menabur bibit antipati?
Jangan harap Pelayan Firman yang ngomongnya pedes bisa dipakai di jemaat modern
dan katanya beretika di zaman ini.
Pelayan Firman yang laku adalah Pelayan Firman yang
tahu jaga omongan, tahu ambil hati, banyak senyum dan khotbah riang penuh
Kasih. Sesuai selera masyarakatlah, masak ngk ngerti hukum marketing, yang laku
ya, itu yang sesuai selera pasar.
Wajarlah, orang Farisi dan Ahli Taurat sepakat untuk membunuhNya. Ya,
pencetusnya Tuhan sendiri, 'tidak sopan, tidak ramah dan tidak dapat menjaga'
perasaan orang lain. Tuhan 'sangat kasar dan tidak hormati' lembaga agama.
Bukankah demikian?
Tuhan 'gaga'l dalam menjalin hubungan dengan dunia elit agama dan elit politik.
Tuhan 'tidak' memahami system nilai yang berlaku di tengah masyarakat. Dan Tidak
menguasai komunikasi massa.
Tuhan 'tidak kompromis' dan kurang perhitungan jangka panjang. Sikap yang terlalu
beresiko.
Bukankah perbuatanNya sendiri yang menyebabkan pengikutNya meninggalkanNya.
Bahkan kemudian berbalik dan teriak..salibkan Dia, salibkan Dia….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar