Siapa bilang mengasihi itu gampang?
Iya, gampang diucapkan tetapi sulit dilakukan. Makanya jika disuruh mengasihi musuh pasti itu mustahil dilakukan kecuali sudah ada anugerah yang mengubahkan hidupnya sehingga mampu mengasihi orang lain bahkan mampu mengasihi musuh dengan tulus. Anugerah ini dapat terjadi jika dijangkau oleh kuasa supranatural yang melampaui akal sehingga meskipun tidak masuk diakal, tetapi Tahanan politik tersiksa seperti Mandela bisa mengampuni dan merangkum musuhnya menjadi kawan.
Berkorban apalagi. Umumnya orang hanya sampai pada “kasihan…..” , paling banter kasih bunga dan ucapan turut simpati……tapi mau berkorban? Tunggu dulu.
Baru-baru ini di salah satu wilayah papua 32 orang meninggal. Sedang mereka iringi calonnya tetapi KPU daerah menolaknya. Kenapa? Pengikutnya banyak! Kenapa banyak? Kemungkinan besar karena sering memberi. Di tengah kondisi saat ini orang lebih tertarik pada yang suka memberi uang. Ya, iyalah siapa yang tidak mau uang. Pemberian uang menjadi tolak ukur baik tidaknya orang itu. Moralitas dan backround orang tersebut dibelakang bahkan motivasi pemberian dari orang tersebut tidak diperdulikan. Yang penting dapat uang. Sama persis dengan pengemis, yang penting dapat uang untuk sesuap nasi. Apakah uang itu haram atau diberikan dengan motivasi salah, itu bukan urusanku. Manusia suka terjebak pada fenomena. Sehingga nomena cuma fatamorgana. Orang disebut baik berdasarkan pemberiannya, sumbangannya. Hampir semua pemilu kada pemenangnya langsung diperkarakan...ternyata pemberiannya dari uang haram.
Banyak orang mampu memberi dari kelimpahannya. Orang yang memberi dari kelimpahannya wajar dan tidak ada yang istimewa dari hal itu. Jadi, tidak dapat disebut berkorban. Sebab semua orang yang berkelebihan memiliki kemampuan dasar untuk memberi. Sebaliknya orang yang berkekurangan tetapi masih dapat memberi, itulah yang disebut berkorban.
Tidak heran orang seperti Bai Fang Li Jarang kita temui dalam dunia ini. Yang dalam kemiskinannya bekerja mengayuh becak, dapat menyisihkan upah hasil keringatnya yang tidak seberapa ke yayasan yatim piatu. Rela tinggal digubuk kecil, membatasi makanan setiap hari demi menghidupi anak-anak miskin di Panti Asuhan yang dia sumbang. Bai yang tua sampai meninggal tidak menyadari bahwa ia telah menyumbangkan total 455 juta dari tahun hidupnya setiap hari membawa sumbangan hasil kaki tuanya mengayuh becak. Bai Fang Li bukan hanya memberi sejumlah uang tetapi ia mengorbankan hidupnya demi kehidupan lain.
Jadi jangan kira, milyaran pemberian dapat menandingi nilai ketulusan seorang janda miskin yang memberi dari kekurangannya. Oleh sebab itu ironis sekali orang yang berkekurangan lebih terbuka pemikirannya dalam hal memberi daripada orang yang berkelimpahan. Orang berkekurangan dapat mengumpulkan uang untuk Prita, untuk korban bencana, untuk bantuan kesehatan dan seterusnya sementara sang kaya membantu Lapindo tidak tergerak tetapi pesta mewah dapat digelar.
Banyak orang tergerak memberi dengan pertimbangan ekonomis, apa untungnya memberi. Tidak heran hari raya justru di tempat yang kaya banyak memperoleh pemberian. Orang memberi dengan motif ingin menerima lebih, ingin menguasai, atau paling tidak harus ada timbal baliknya. Tidak heran ada aparat yang gaji kecil tetapi memiliki banyak kelebihan dari pemberian orang. Pemberian bukan karena kebutuhan dan kekurangan tetapi karena ingin menguasai. Hakim yang menerima pemberian, Polisi yang menerima pemberian, Jaksa yang menerima pemberian, Aparat yang menerima pemberian tidak semestinya pasti bagaikan seekor sapi yang menuruti tarikan kekangnya.
Makanya memberi di suasana pemilihan atau kongres menjadi pemberian yang wasalam. Pemberian yang membutuhkan timbal balik, pemberian yang membutuhkan tahu sama tahu. Sehingga ketika satu pihak tidak mau tahu, maka hancurlah kongsi sepeti tempe orek.
Kecenderungan orang untuk memberi agar untuk dilihat orang.
Tapi pengorbanan memikirkan kepentingan lebih besar, jangka panjang dan bukan untuk dimeriahkan pers. Pengorbanan adalah wujud tanggung jawab sehingga melewati batasan suka atau tidak suka, musuh atau kawan. Pengorbanan adalah kasih mengalahkan dendam. Karena kasih memiliki kakak kandung pengorbanan.
Pengorbanan tidak terlihat karena sifatnya tulus. Pengorbanan tidak terlihat karena motivasinya bukan untuk pencitraan. Pengorbanan dasarnya kasih dan bukan untuk menguasai.
Saking tidak terlihat, kadang justru dijadikan korban dari adik kandung kebencian yaitu fitnah.
Kata memang terbatas, pembelaan kadang sia-sia. Tapi keadilan tidak pernah dapat disegel. Waktu kelak memberi jawab.
Hari esok kita dilupakan. Segala sesuatu akan berakhir dan sia-sia. Dalam tangan siapa hidupmu itulah yang menentukan sebuah harapan
Arsip Blog
- Juli (1)
- April (4)
- Januari (1)
- April (1)
- Juli (1)
- Maret (47)
- April (7)
- Maret (1)
- Februari (1)
- Desember (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Januari (1)
- Juni (1)
- April (1)
- Desember (3)
- November (1)
- Oktober (1)
- September (2)
- Agustus (1)
- Juni (2)
- Maret (1)
- Januari (3)
- Desember (1)
- November (1)
- Oktober (2)
- Agustus (1)
- Juni (1)
- April (1)
- Januari (1)
- Desember (2)
- Oktober (3)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Juni (5)
- Mei (2)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- Januari (3)
- November (4)
- Oktober (1)
- Juli (2)
- Mei (1)
- April (3)
- Februari (1)
- Juli (4)
- Maret (3)
- Februari (2)
- Januari (2)
- November (1)
- September (3)
- Agustus (2)
- Maret (1)
- November (1)
- Juli (1)
- Juni (1)
- Mei (3)
- April (3)
- Maret (2)
- Oktober (2)
- Juni (1)
- April (2)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar