Pada
masa itu dengan 4 kurir, tidak akan terbayang jika saat ini ada kurang lebih
700 orang menjadi karyawan di dalammnya.
Mulai dengan janji sebuah bank yang
meleset. Kalaupun ada pengiiriman
hanyalah pengiriman non rutin sehingga tenaga yang dipergunakan menjadi serba
tangung dan sulit pengaturannya. Kurir datang hanya untuk bekerja malah disuruh
pulang sebagian mengingat ketidakpastian jumlah pengiriman yang ada.
Memang benar tidak boleh mengandalkan manusia.
Memang benar tidak boleh mengandalkan manusia.
Tahun itu benar-benar tahun yang kering untuk menanam pada jasa kurir
tapi langkah telah diambil, optimisme dijabarkan dalam setiap hari kemarau.
Jawaban doa mulai dijawab, tidak tanggung-tanggung bank yang tidak
pernah dilobby justru memanggil
pimpinan saya ini, menantang beliau apa yang akan dilakukan jika dipercayakan
membawa kiriman dari bank besar ini…..
Momentum ini yang membawa
perusahaan ini memasuki tahap lebih pasti dalam mengarungi bisnis ini. Bank
internasional yang menjadi panutan perbankan nasional ini mulai memberi
pengaruh dan satu-satu client bertambah. Kegairahan mulai bertumbuh dengan
adanya kantor operasional kantor cabang dan mulai memperluas overage area.
Ironisnya, semakin maju justru keterlibatan banyak orang yang tadinya
(mungkin luput dari pandangan saya) tidak pernah ada mulai terlibat bahkan
perusahaan ini menjadi penunjang kegiatan lain. Tidak dapat disangkal, perusahaan ini jadi tempat 'meminta' sumbangan untuk kegiatan bergengsi bidang lain. Bahkan tempat orang 'pinjam'dana (ada yang tidak kembalikan). Syukurlah. Perusahaan boleh kecil tapi dapat memberikan kontribusi.
Kalau orang lain jalan-jalan keluar negeri, berlibur atau bersenang-senang maka pimpinan saya ini beda. Keuntungan semata-mata lebih banyak dikembalikan untuk kepentingan kantor. Jangka panjang menurut beliau. Ingat cerita yusuf, masa panen kadang diberikan untuk memberikan kesempatan bagi kita menabung agar masa panceklik kita dapat memenuhi kebutuhan.
Kalau orang lain jalan-jalan keluar negeri, berlibur atau bersenang-senang maka pimpinan saya ini beda. Keuntungan semata-mata lebih banyak dikembalikan untuk kepentingan kantor. Jangka panjang menurut beliau. Ingat cerita yusuf, masa panen kadang diberikan untuk memberikan kesempatan bagi kita menabung agar masa panceklik kita dapat memenuhi kebutuhan.
Memang
benarlah konflik justru mudah terjadi
pada ‘kedekatan’ bukan pada ‘kejauhan’. Tapi kerendahan hati, kesabaran dan
pikiran yang dibawa pada kebenaran Iman yang dipegangnya membuat konflik selalu
diupayakan rekonsiliasi dengan inisiatif dari beliau.
Kadang orang tidak menghadiri masa sulit, masa jual mobil sendiri, masa
pinjam uang dan hanya hadir pada saat masa panen sehingga tidak melihat
bagaimana cucuran air mata telah membasahi 'tanah' agar yang memang memerlukan kerja keras untuk dikelola biar gembur dan menghasilkan.
Bayangkan dari berbagai
kesempatan untuk dapat ‘memanfaatkan keuntungan bersifat pribadi’ tidak
dilakukan termasuk ada keluarga bahkan anaknya meninggal tidak memanfaatkan apalagi menggerogoti
keuangan kantor.
Beliau bisa membedakan mana kepentingan pribadi dan mana kepentingan
kantor.
Padahal dari sisi kewajaran banyak hal yang merupakan haknya diabaikan demi kepentingan yang lebih besar. Itulah kepribadian yang benar-benar diwarnai praktek
imannya pada Kristus.
Saya ingat ketika kekecewaan dialaminya dan kesempatan besar untuk
membalasnya dengan cara menandatangani akta baru terbukan lebar, tetapi
kebencian tidak dibiarkan mempengaruhi keputusannya. Hati yang curang, hati berkelok tidak ada dalam
pikirannya sehingga konsep itu ditolak hingga akta perusahaan tidak berubah.
Curahan
iman dan pengharapannya mewarnai setiap
detik perjalanan perusahaan ini. Dari empat kurir, dari tidak dikenal menjadi
dikenal oleh semua bank. Beliau terus berada pada jalur berliku.
Tetapi liku-liku itu semakin mematangkan beliau pada iman yang
diyakini. Sehingga meskipun peralihan ini diatas kerikil tetap beliau berada
pada ketulusan untuk mendoakan. GOD
Bless You. (OR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar