Agama itu terlalu pribadi meskipun harus berjamaah dalam hal
persekutuan tetapi dari segi keyakinan orang yang sama agamapun bisa berbeda
meyakini agamanya sendiri.
Untuk itu terlalu bodoh jika seorang beragama lalu melakukan
pembanding atau menganggap agamanya paling benar. Yang ada justru akan terjadi
konflik. Kalaupun berdebat maka akan terjadi debat kusir. Tidak akan ada
habisnya.
Kalau saya melihat seorang penkhotbah dari agama manapun dan
berkhotbah tentang agama lain dalam hal menjelekkan maka kesimpulannya pengkhotbah tersebut pasti
kekurangan bahan untuk khotbah alias pengkhotbah yang dangkal.
Khotbahkan agama berdasarkan kitab suci sendiri lebih
bijaksana daripada berisi tentang menjelekkan agama lain. Naif jika beragama
tetapi isinya menyerang agama lain. Pasti ujungnya adalah kebencian sementara
kebencian tidak diajarkan oleh agama manapun.
Yang paling bijak adalah:
1.
Renungkan kitab suci sendiri dan berusahalah
mengamalkan tanpa menganggu orang lain. Karena apapun yang kita inginkan orang
lain perbuat, perbuatlah itu. Kalau kita tidak ingin dipaksa maka janganlah
kita memaksa orang lain.
2.
Untuk semakin yakin terhadap agama sendiri maka
pelajari dengan teliti kitab suci masing-masing.
3.
Jangan identikkan perbuatan orang beragama dan
agama. Orang beragama belum tentu kelakuannya sesuai dengan ajaran agama yang
dia anut.
4.
Hidup beragama harus nampak pada perbuatan bukan
pada pemahaman saja.
5.
Periksa baik-baik kitab suci sendiri
a.
Bagaimana dibuat
b.
Bagaimana diilhamkan, sejak kapan dikanonkan
c.
Kapan menjadi satu kitab
d.
Baca teliti isinya dan mengertilah dengan baik.
Jika tidak mengerti terjemahannya cari sesuai arti bahasa asli dan konteks
penulisannya. Ingat belum tentu suatu kata pada masa itu sama maknanya dengan
kata yang berlaku saat ini.
e.
Lihat kronologis dan kesesuaian dengan sejarah.
Misalnya pada saat Presiden Suharto berkuasa jalan tol cileunyi belum ada.
Sehingga janggal jika ada cerita lalulintas cileunyi berada di jaman Suharto.
Atau kesesuaian tokoh cerita. Misalnya, yang katakan ganyang Malaysia adalah
sukarno sehingga kalau ada yang katakana Habibilah yang mengatakannya tentu
sudah tidak sesuai alur sejarah bukan?
f.
History dari agama sendiri yang objektif sesuai
dengan bukti-bukti yang otentik. Jangan hanya berdasarkan kata orang sehingga tidak diombang-ambingkan. Kata si A belum tentu
sama dengan kata si B. Carilah, temukan kebenaran sendiri .Jangan beragama
karena ikut-ikutan tapi alami secara pribadi sehingga keyakinan iman tidak
mungkin goyah.
g.
Jangan jadikan pengalaman pribadi sebagai
kebenaran. Belum tentu apa yang anda alami dan rasakan dirasakan dan dialami
orang lain. Jangan paksa mereka mengalami hal yang sama.
6.
Allah itu tidak terbatas. Allah yang menciptakan
manusia sehingga tidak mungkin yang terbatas mengerti yang tidak terbatas.
Mahluk tidak dapat memahami Khalik. Untuk itu Khaliklah yang menyatakan pada
Mahkluk apa yang dikehendaki-Nya dengan
bahasa yang terbatas yang dimiliki oleh Mahluk. Oleh sebab itu karena
kita terbatas maka ada hal-hal yang
tidak dapat dipahami akal. Bukan karena tidak masuk akal tetapi karena
melampaui akal. itulah wilayah Iman.
Sehingga tidak semua manusia dapat dipaksa untuk memeluk agama tertentu karena
apa yang dipahaminya secara pribadi bisa berbeda dengan yang dialami orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar