Semakin 'majunya' peradaban manusia semakin yakin pada dirinya
sendiri. Peradaban manusia sudah beberapa kali mengalami pasang surut. Kita
ingat jaman Purba ketika manusia hendak membuat menara, bersatu dan membuat
kekuatan sendiri melawan Sang Khalik. Apa lacur dalam masa jaya pengaggungan
terhadap kekuatan manusia itu sendiri kehancuran melanda. Mereka terpecah
karena tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Humanisme sekarang
semakin kuat. Manusia seolah sanggup mengatasi semua masalah. Negara yang
menganggap maju peradaban tidak lagi menganggap Tuhan itu penting. Eropa dan
Amerika yang telah mengalami perbaikan cara pandang dan diperbaharui
kekristenan telah dengan sengaja melupakan bahwa perolehan kemajuan yang
dicapai adalah karena kekristenan. Dengan pasti kekristenan diangggap produk
usang. Humanisme menjadi peganggan. Manusialah yang menentukan takdirnya.
Buku kuno dan dianggap tidak penting; Alkitab terus
dikesampingkan. Ditolak atau tidak, buku ini telah memberikan kesaksian tentang
manusia itu sendiri. Dan akan terus membuktikan tentang ceritanya. (His Story)
Kejadian 4:26 ceritakan tentang Enos.
Lahirlah seoran anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos.
Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN. Dalam versi Korea menerjemahkan
waktu itu barulah orang-orang memulai ibadah sambil memanggil nama Tuhan
(Silsilah di Alkitab Kejadian Seri 1 – Pdt Abraham Park, D. Min., D.D. hal 113)
Kenapa dinamai Enos? Enos kan artinya
mudah pecah atau lemah.
Set yang hidup 912 tahun dan hidup
bersama dengan ayahnya Adam 800 tahun mengetahui keturunan dari kakaknya Kain
dan bagaimana mereka mengandalkan diri mereka. Semakin lama semakin manusia
meninggalkan Tuhan. Kain tahu persis tentang penciptaan. Tahu bahwa ayahnya
tidak pernah melewati masa bayi. Tahu bahwa ayahnya bisa bergerak karena
hembusan nafas dari Allah. Tahu bahwa eksistensi manusia itu adalah ciptaan.
Dan Pencipta adalah segala-galanya. Tapi gairah dan cara pandang semakin jauh
dari Pencipta. Kain lebih percaya pada dirinya sendiri. Kain tidak mau melihat
keterbatasan dan semakin jauh dari Adam semakin jauh dari Allah.
105 tahun usia Set kemudian
memperoleh seorang putera. Set
menamainya Enos. Ada satu yang istimewa dari kelahiran Enos yang dicatat oleh
buku úsang’bahwa pada saat itu orang mulai beribadah pada Tuhan. Set berlawanan
dengan kakaknya Kain. Set menyadari benar bahwa manusia sangat lemah. Mudah
Pecah dan perlu sesuatu untuk kekuatannya. Perlu tempat berpijak yang kokoh.
Set tahu bahwa Tuhanlah tempatnya. Pecipta-Nya sendirilah tempat berpijak dan
berpaut. Terbukti nantinya keturunan dari Set inilah yang menjadi cikal bakal
keturunan yang melahirkan Kristus.
Semakin jauh manusia dari pencipta
maka semakin yakinlah manusia tersebut bahwa kekuatannya adalah yang paling
utama. Semakin jauh dari pencipta semakin yakin manusia itu bahwa dirinya dapat
menyelamatkan jiwanya sendiri. Manusia itu sendirilah yang dapat menentukan
masa depannya. Semakin jauh dari Pencipta semakin yakin manusia itu bahwa
dirinya tidak mudah pecah. Dirinya kuat dan dapat diandalkan.
Cerita Enos dari buku usang yang sudah
semakin ditinggalkan manusia terjadi zaman awal manusia eksis di dalam semesta.
Dan model tentang meninggalkan Pencipta dan bergantung pada Pencipta menjadi
cerita yang akan terus berlangsung sampai Pencipta itu datang kembali. Buku
usang ini tidak pernah meleset karena masa depanpun telah diceritakan dalam
bentuk nubuatan. Setiap hari terus
menegaskan dirinya dengan nubuatan yang dibukakan. Kerajaan dan pemimpin beralu
tapi cerita ini tidak pernah berlalu. Buku usang ini tidak diperdulikan dan
hanya menjadi tempat debu menutupi bagi manusia yang menganggap dirinya kuat
dan mampu. Ironi karena manusia itu sendiri hanya berasal dari debu hanya bisa
hidup ketika debu itu diberi tiupan Ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar