"Yes,
lady, God himself could not sink this ship"
(Southampton, 10 April 1912)
Bab 1 Buku Word That Circled the World (Ungkapan yang
mengguncang dunia) -Richard Bewes
"Ya, Nyonya, Allah sendiri tidak bisa menenggelamkan kapal
ini"
Pendeta J. Stuart Holden, 38 tahun, menghadapi suatu masalah
ketika ia bangun di pastorinya di London, pada Selasa, 9 April 1912. Berlayar
atau tidak? Sebagai pengkhotbah yang terkenal di gereja
Angklikan di St. Paul Portman Squere; dimana-mana ia diminta menjadi pembicara
pada acara-acara seperti Konvensi Keswick yang terkenal di Inggris Utara.
Perjalanannya untuk pelayanan telah membawanya melintasi Atlantik tidak kurang
dari 35 kali, dan ia akan naik kapal untuk ke-36 kali.
Ia
sendirian di rumah. Tanpa diduga-duga, Istrinya harus dirawat di rumah sakit
untuk operasi. Sekali lagi, Stuart mengamat-amati tiket yang seakan menatap ke
arahnya. Di tiket tersebut tertulis
Pdt. J.
Stuart Holden
PERUSAHAAN
PELAYARAN WHITE STAR
Mohon perhatian
khusus Anda atas persyaratan-persyaratan pengangkutan dalam kontrak terlampir.
Pertanggungjawaban perusahaan atas bagasi sangat terbatas, namun para penumpang
dapat mengasuransikannya sendiri.
Tiket
penumpang kelas satu dengan kapal uap “Titanic”
BERLAYAR
10 April 1912
Tidak
diragukan lagi, pikir Stuart. Karena istrinya di rumah sakit, mau tidak mau, ia
harus membatalkan perjalanannya dan membatalkan perlayaran perdana kapal yang
paling memesonakan yang pernah dibuat (kesempatan yang harusnya tidak boleh
dilewatkan-jb). Dengan nafas panjang, ia mengangkat telepon.
Beberapa
hari kemudian, ia membaca berita kematiannya di surat kabar! Berdasarkan daftar
penumpang, surat kabar-surat kabar memasukkan nama Stuart Holden sebagai salah
satu penumpang yang tenggelam dalam bencana kapal laut yang terbesar,
tenggelamnya kapal Titanic, hanya empat hari pelayaran dari Southampton. Selama
sisa pelayanannya, Stuart Holden menyimpan tiket yang tidak dipakai tersebut
dalam pigura di ruang kerjanya, sebagai pengingat utangnya kepada Sang
Pemelihara. Gerejanya di St. Paul, Portman Squere, yang kemudian dikenal
sebagai St. Paul di Robert Adam Street, saat ini menjadi mitra gereja di All
Souls Langham Place, dalam jemaat tunggal yang dipersatukan.
Ya, Nyonya,
Allah pun tidak bisa menenggelamkan kapal ini.....
Ironisnya,
perkataan ini diucapkan oleh salah seorang pelaut kepada seorang misionaris
Kristen, Sylvia Caldwell, yang bersama dengan suaminya, Albert, menumpang di
kelas dua. Mereka baru kembali dari Thailand. Pasang tersebut tadinya mengajar
di Bangkok Christian College. Dengan bayi laki-laki mereka, Albert,-yang
dibungkus di dalam selimut pada malam naas tanggal 15 April-mereka hidup untuk
menceritakan kisah yang menyedihkan tersebut, dan dengan demikian, menyediakan
kepada dunia salah satu kutipan yang mengesankan di abad ke -20.
Tragedi
kapal Titanic yang sangat mengejutkan tersebut menandakan berakhirnya zaman
optimisme yang tidak terpatahkan di Dunia Barat. Hal tersebut menimbulkan
pertanyaan, “Keyakinan apa yang dapat kita peroleh dari cangkang remis
keberadaan kita yang rapuh ini?” Hal tersebut menekankan isu, “Apa sesungguhnya
yang akan terjadi, bila anak tangga yang berada di bawah kaki Anda pada tangga
rumah yang tinggi dirasakan tidak benar, papannya mulai miring – tetapi belum
sampai kepada taraf yang bisa menarik perhatian Anda, tanpa memperhatikan bahwa
Anda sedikit atau sama sekali tidak peka?”
Titanic
memeteraikan memori kolektif kepada seluruh keluarga kami-setidaknya untuk ibu
saya yang pada waktuitu berumur sembilan tahun, bersama dengan empat saudari
dan saudaranya, sedang berdiri di Sea View di Pulau Wight, menyaksikan dan
melambaikan tangan ketika kapal raksasa bertingkat sebelas dan sepanjang
seperenam mil (kira-kira 267 meter-red) berlayar tenang melewati mereka, dan
tidka pernah akan terlihat lagi. Mereka tidak pernah melupakan penglihatan yang
pertama sekaligus terakhir tersebut.
Saya
mengetahui semua kisah dan kutipan pada waktu kejadian.
Dari anjungan – “Apa
yang anda lihat?”- “Gunung es tepat
di depan!” Balasan yang tenang, “Terima
kasih!” Keyakinan yang lemah-“Ada pembicaraan tentang suatu gunung es,
Nyonya. “Perkataan klise-“Ïtu gaun malam
Anda yang indah yang sudah hilang.”
Sekoci-sekoci penolong dan kursi untuk berjemur; nasib
permata-permata Lady Astor (dan seribu lima ratus orang hilang); band di kapal
yang memainkan lagu-lagu jaz, dan kemudian lagu Nearer My God to Thee ketika
kapal yang besar tersebut mulai meluncur sejauh ±3 km- Titanic menjadi suatu
simbol yang universal di abad ke -20 tentang hilangnya keyakinan akan
keselamatan, lembaga-lembaga, nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan
kemampuan kita untuk mengatur nasib kita.
Ketika lampu-lampu kristal bergelantungan miring, ketika
mesin derek sedang menurunkan sekoci-sekoci penolong-tetapi hanya cukup untuk
separuh penumpang-hal apa pada saat itu yang paling berharga di dunia ini? Apa
yang dinilai sebagai suatu yang berharga untuk diselamatkan pada saat itu?
Banyak peristiwa di saat-saat awal kejadian naas tanggal 15 April tersebut
menggambarkan prinsip lama yang dinyatakan dalam tantangan Kristus: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya
sebagai ganti nyawanya? (Markus 8:36-37)
Suatu krisis entah dikapal Titanic atau bukan, sudah
cukup untuk menyoroti masalah tersebut dan memutarbalikkan nilai-nilai manusia
yang ada di kepala mereka. Seorang ahli kita dari Toronto, Major Arthur Peuchen
yang sedang beristirahat di kamar kelas satunya bertanya-tanya apa yang harus
dia selamatkan dari kapal yang naas tersebut. Akhirnya ia meninggalkan sekotak
timah yang berisi 200.000 dollar Amerika dalam bentuk surat-surat oblikasi dan
100.000 dollar Amerika dalam bentuk saham utama – dan melangkah keluar dari
geladak yang dingin membekukan tersebut
dengan hanya membawa tiga buah jeruk.
Ada penumpang kelas dua, Stuart Collett, seorang
mahasiswa muda teologia, meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, kecuali
Alkitab, karena ia sudah berjanji kepada saudaranya bahwa ia kan selalu
membawanya sampai mereka bertemu kembali. Seperti Peuchen, ia selamat.
Segala sesuatu terjungkir balik dalam krisis. Perasaan
Anda tentang waktu menjadi bias (menyimpang) karena suatu hal. Waktu menjadi
terulur – dari saat panggilan telepon yang tidak diharapkan pada jam 6 pagi ke
atas. Kemudia anda mengira sudah jam 4 sore dan Anda heran karena sebenarnya
baru jam 11 siang. Reaksi-reaksi juga berubah sebagaiman yang terjadi di kapal
Titanic. “Pada jam 12.15, sulit untuk mengetahui apakah waktu itu sedang
bercanda tatu sedang serius – apakah mendobrak pintu akan menjadi seorang
pahlawan atau mendobraknya lalu ditangkap” (catatan Walter Lord, A Night to
Remember, Corgi Books)
“Bung, apa Anda sudah selamat?” tanya pendeta dari
Glasgow, John Harper, kepada seorang sesama Skotlandia ketika mereka sedang
berjuang di air yang bersuhu dibawah nol derajat, sedang memegang
potongan-potongan barang rongsokan.
“Tidak, saya belum, “ Jawab orang itu.
“Percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan Anda akan
selamat!” imbau Harper.
Ombak
membawa pendeta tersebut menjauh, tetapi tidak lama kemudian, ia dihanyutkan
kembali ke samping orang tersebut.
“Apakah sekarang Anda sudah selamat?”ia
mendesak.
“Tidak, saya tidak bisa dengan jujur
mengatakan bahwa saya selamat.”
Sekali lagi
Harper mengulangi ayat Kitab Suci, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus maka
Anda akan selamat. “Lalu peganggannya terlepas dan ia tenggelam.
Sebagaimana yang diceritakan oleh
anak muda Skotlandia tersebut kemudia di suatu pertemuan di Hamilton, Kanada, “Dan
di sana, sendirian pada malam itu, dan dengan ±3 km air di bawah saya, saya
percaya. Saya adalah petobat terakhir
dari John Harper”.
Sekarang ini gereja
John Harper Memorial dapat dikunjungi di Glasgow; ada juga tanda peringatan di
Gereja Moody di Chicago, untuk mengenang seorang duta Injil Kristen yang
terkemuka.
Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah
yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Ketika Yesus mengucapkan perkataan ini kepada orang banyak yang berada disekitar-Nya,
Ia sedang menggambarkan suatu perbedaan yang mencolok antara dua hal. Bukan,
sebagaimana yang mungkin kita kira, antara masa sekarang dan masa depan. Ia
tidak sedang bertanya apa gunanya bagi seseorang untuk mendapatkan yang sekarang,
tetapi kehilanga masa depan. Pasti, orang yang memperoleh masa sekarang yang
cepat berlalu dan kehilangan masa depan yang kekal sudah membuat transaksi yang
buruk. Namun bukan perbedaan tersebut yang tersirat disini. Sebenarnya,
Pernjanjian Baru tidak pernah mengajar bahwa jika kita kehilangan nyawa kita,
Pastilah kita akan kehilangan masa depan, tetapi Kristus tidak pernah
menyarankan sedikitpun bahwa kita akan memperoleh bahkan yang sekarang ini
dengan berfokus pada ambisi-ambisi kita.
Pada waktu
yang sama, orang-orang yang menyelamatkan hidupnya demi kehidupan kekal tidak
kehilangan masa sekarang ini!
Berdasarkan pengajaran Yesus, selain memperoleh masa depan yang kekal, mereka
juga memperoleh yang terbaik dalam hidup yang sekarang ini. Begitulah ajaran
Kitab Suci.
Namun,
bagaiman seandainya saya, sebagai seorang Kristen, keliru dan kritik materilis
saya benar? Bahwa dimensi rohani tidak ada, tidak ada Allah, tidak ada Kristus,
tidak ada jiwa yang memerlukan keselamatan, tidak ada penyelesaian akhir. Hanya
berandai-andai?
Dalam
kasus demikian, saya masih tetap beruntung. Saya pernah mengatakan hal ini
kepada seorang supir taksi di London ketika ia mengantar saya ke suatu pesta
pernikahan.
“Saya
sangat prihatin terhadap orang-orang seperti Anda,” ucapnya sambil menoleh. “Anda
bertekun dengan Alkitab dan gereja Anda, dan sangat menanti-natikan kenyamanan
dan upah di akhir semua usaha Anda – hanya untuk sampai kesana dan tidak
menemukan apa pun di sana!” Ia tertawa hingga tubuhnya bergoncang.
Saya
juga tertawa. Namun, kemudian saya membalas sopir yang tidak beriman tersebut.
“Namun,
seandainya Anda benar dan saya tertipu,“
tanggap saya.
“Apa yang saya
lakukan ini tetap lebih baik dari Anda! Di sini saya, diyakinkan – di dalam khayalan
saya – bahwa saya berada di sini karena suatu tujuan dan bahwa seseorang yang
disebut Yesus telah menang terhadap kejahatan dan kematian dan telah mengampuni
dosa saya dan memberikan saya hidup yang kekal dan suatu keyakinan yang
mendasar! Dan kemudian, jika Anda sebagai seorang materialis benar, saya
pada akhirnya meninggal dunia dan ke luar seperti terang – dan bahkan tidak
merasa kecewa karena mengetahui bahwa saya tertipu!”
“Tetapi
bagaimana Anda?” lanjut saya. “Jika saya yang benar dan Anda yang keliru, tentu
saja Anda menjadi pecundang! Di sanalah Anda berada, hidup dalam
kekuatan-kekuatan diri Anda sendiri, berusaha untuk memahami hidup yang singkat
ini, bertahan semampu Anda untuk melawan penyakit yang menyerang kesehatan Anda
dan berusaha seceria mungkin sampai energi Anda memudar dan Anda meninggal
dunia. Dan lalu, Anda berada dalam suatu goncangan yang paling mengerikan –
ketika Anda akan berhadapan dengan suatu Pribadi yang sudah Anda abaikan seumur
hidup Anda, dan menjadi sadar bahwa segala sesuatu yang Anda kejar dalam hidup
ini berakhir dengan sia-sia dan mengalami kerugian total. Hanya mengutarakan
hal-hal yang demikian sudah cukup untuk dapat mengubah pemikiran seseorang.”
Kami berpisah sebagai teman, ketika turun dari taksi ke pesta pernikahan.
Namun,
kita tidak perlu tetap berada dalam pola pikir seandainya itu. Ada cukup banyak bukti, banyak data akurat di dalam
hidup tentang perbuatan, pengajaran dan pernyataan Yesus Kristus yang sudah
menciptakan keluarga iman yang paling besar di dunia ini. Ditemukan di setiap
benua; di setiap negara, dari Islandia sampai Antartika, dari Fiji sampai
Pasifik sampai Garis Meridian Greenwich di London. Sesungguhnya, itulah
satu-satunya iman yang mendunia yang pernah ada. Setiap hari, ada 100.000 orang
percaya baru. Setiap minggu, ada sekitar 1600 atau 1700 jemaat baru yang
muncul, yang tidak ada sebelumnya. Semuanya mengatakan, ada sekitar dua miliar
orang yang dengan berbagai cara, setidaknya secara nominal, berada di bawah
panji Yesus Kristus. Selain itu, pasti ada banyak lagi orang-orang percaya yang
sembunyi-sembunyi dan persekutuan underground
di negara-negara yang praktik dan kepercayaan Kristen ditentang keras.
Diperlukan
prospek kemartiran, atau suatu krisis seperti Titanic, untuk menyampaikan
masalah tentang hidup dan kekekalan – dan dari tanggapan manusia kita terhadap
klaim Kristus – menjadi fokus yang jelas. Namun, dengan tegas, bukan masa depan
dan masa sekarang yang menjadi perbedaan secara mencolok. Menurut pengajaran
Kristus di dalam Markus 8:36-37, perbedaan yang mencolok adalah dunia dan jiwa.
Dunia!
Dunia material yang nyata dengan semua isinya: kekayaan, sukses, kuasa,
peralatan, kesenangan, kemajuan pendidikan, promosi bisnis, reputasi – sebenarnya
segala sesuatu yang menarik perhatian; segala sesuatu yang kita makan, lihat,
lakukan, dan alami.
Pada
hakikatnya, tidak ada yang salah pada hal-hal atau benda-benda tersebut,
kecuali jia – kita melekatkan perhatian utama kita ke atasnya, sehingga kita
tidak dapat melihat perkataan Yesus tentang yang harus lebih diutamakan dari
pada segala sesuatu, yakni, jiwa.
Jiwa! Diri Anda yang sesungguhnya, yagn tidak tergantikan, yang berpikir,
merencanakan, memutuskan, berkehendak, menangis, bermimpi, dan menyembah. Mana
yang lebih penting – dunia atau jiwa? Jelas sekali bahwa Guru terbesar
sepanjang masa memerhatikan jiwa – pribadi dan karakter dasar kita – yang meliputi
kepribadian yang sejati dan unik kita masing-masing- yang lebih berharga
daripada timbunan keuntungan materi atau pengalaman sensual apa pun yang hanya
bersifat sementara.
Kekayaan
hampir tidak berarti pada malam yang membekukan di bulan April di Lautan
Atlantik. Mungkin banyak yang sudah dilakukan, di lain kesempatan, oleh
hartawan John Jacob Astor, dan istrinya yang kehilangan barang-barang permata;
atau tentang mutiara-mutiara milik Nyonya Widener; atau tentang keluarga
Ryerson yang naik kapal Titanic, dengan 16 koper yang semuanya mengapung di
dalam kapal; tentang pelayan pria, perawat, guru privat, dan kawan-kawan yang
membayar – semua yang ada di sana untuk membuat hidup lebih mudah bagi
seseorang. Namun tidak pada malam itu! Tidak
ada yang dapat menyamai pentingnya prospek suatu kapal yang akan tenggelam pada
jam itu dalam memfokuskan pikiran kepada apa yang benar-benar penting.
Benar,
Anda masih bisa mempunyai waktu yang cukup baik, bahkan suatu kesenangan yang
kecil, dalam waktu yang demikian singkat jika Anda memilih untuk mengabaikan
bencana yang mengancam. Anda bisa mencungkil gunung es tersebut mengambil
pecahannya untuk mencampurkan dalam wiski Anda, atau menaikkan volume musik
jaz, lebih keras... lebih cepat...
“Semua orang di kelas tiga, Anda sekarang dapat masuk
kelas satu!”
“Minum? Ya, mulai dari sekarang gratis!”
“Anda ingin bermain sepak bola di kamar makan kelas satu?
Silahkan langsung saja; boleh saja dekat lampu-lampu itu!”
Namun dalam
satu jam, kapal sudah akan berada di dasar samudera
Ada orang-orang yang menganggap dunia ini sebagai sebuah
kapal persiar yang pada dasarnya tidak bisa memuaskan roh manusia. Berpihak
kepada masyarakat konsumen, ketimbang pada pemasok; bergabung dengan
orang-orang yang mencari kesenangan, dan mengakhiri hari dengan suatu koleksi
memori saja; tidak melakukan apapun yang memiliki nilai kekal – dan dengan
suatu karakter moral yang kira-kira seukuran kulit kacang – kita tidak lahirkan
untuk itu.
Dengan
sedih, Charles Darwin, ilmuwan besar abad ke-19, menulis kepada seorang
kenalannya. J.D. Hooker, pada 17 Juni 1868. Terlihat bahwa pada awal-awal
hidupnya, Darwin mempunyai hubungan dengan iman Kristen, tetapi ikatan-ikatan
ini semakin lama semakin longgar. Dalam suratnya teradapat pengakuan berikut
ini:
Saya gembira Anda bersama Mesias, Ada
suatu hal yang ingin saya dengar kembali. Namun, saya berani mengatakan bahwa
jiwa saya terlalu kering untuk menghargainya seperti hari-hari sebelumnya.
Karena ini merupakan kejemuan yang mengerikan, sebagaimana yang terus menerus
yang saya rasakan, bahwa saya ini bagaikan daun yang layu, bagi segalanya,
kecuali bagi ilmu pengetahuan.
Kering...kejemuan
yang mengerikan. Pasti kita lebih berharga ketimbang hal tersebut!
Jiwa....keberadaan yang unik setiap orang – mengapa diri kita begitu berharga?
Jawaban
orang Kristen ada dua. Pertama, kita berharga karena hak Ciptaan dan yang kedua
karena hak Penebusan. Kita diciptakan
sesuai gambar Allah, lalu – setelah pemberontakan kita terhadap Sang Pencipta –
kita ditebus oleh kasih Allah melalui
Salib Kristus. Siapa diri kita ini? Ada jawaban-jawaban yang mengubah hidup
terhadap pertanyaan tersebut!`
Titanic adalah suatu bencana yang
mengerikan yang meninggalkan kesan mendalam di sepanjang abad 20. Jika hal
tersebut membuat dampak positif terhadap umat manusia, mungkin hal tersebut
akan membantu banyak orang – pria maupun wanita – berpikir;
Jika bagian
tehnologi yang terbaik yang sudah kita haislkan sedemikian rapuhnya, bagaimana
kita ini? Untuk apa kita berada disini? Ada masalah apa dengan diri kita? Di manakah
semua yagn dapat bertahan lama? Bagaimana saya sebagai satu pribadi bisa
mempertahankan hidup dan terus hidup?
Jangan
menantikan sampai krisis pribadi menghamtam kita sebelum kita menemukan
jawabnnya! Mereka yang selamat dari cobaan berat tanggal 15 April 1912
tersebut, tidak pernah melupakannya – suara gedebuk yang jatuh di air, hancurnya
lima piano besar, dering pecahan kaca, dan raungan terakhir ketika segala
sesuatu berjatuhan; barang-barang pecah belah, perabot-perabot, 30.000 telur,
lampu-lampu kristal, dan banyak sekali barang berharga yang ditinggalkan.
Jangan
menunggu sampai krisis mendatangi Anda. Yang paling penting adalah salib, yang
menghadang kita denga krisis yang pasti dan keputusan hidup kita, yang
menantang kita untuk menanggapi Kristus yang sudah mati agar kita mendapatkan
pengampunan dan hidup yang kekal. Peristiwa-peristiwa dahsyat di dunia yang
sudah bergoncang dan terhuyung-huyung menjadi suatu pengingat atas pesan-Nya
yang memberikan ketenangan: hidup
seseorang, baik pria maupun wanita, tidak tergantung pada kelimpahan harta yang
dimilikinya.
Satu-satunya
yang kita bawa di akhir hidup kita
adalah karakter kita. Apa yang akan terjadi kemudian? Kisah orang-orang seperti
Sylvia Caldwell, Stuat Holden dan John Harper dapat menolong kita menemukan
jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar