http://sosbud.kompasiana.com/2014/04/16/tritunggal-649312.html
Beriman itu Subyektif tidak dapat dibandingkan, tidak dapat dipaksakan
Calon presiden banyak. Sebut salah satu, langsung diketahui siapa yang disebut, siapa yang dimaksud. Nah, Tuhan?
Sebut salah satu dari agama manapun tidak dapat ‘diketahui’ dan fisiknya tidak dapat dihadirkan. Kenapa? Karena tidak bisa dilihat.
Menurut orang beragama Tuhan ada tapi untuk membuktikan itu yang sulit. (Baca tidak bisa)
Tidak ada orang yang dapat membuktikan dan membawa ‘Tuhannya’ untuk dibuktikan di depan mata orang lain. Oleh sebab itu mengenai Tuhan sangat subjektif. Keyakinan agama subyektif adanya.
Meskipun ada orang mengaku telah bertemu Tuhan, tidak langsung membuktikan bahwa Tuhan itu ada.
Satu agamapun, bisa berbeda gambaran Tuhannya. Benak masing-masing orang mengandaikan ímage TUHAN pasti berbeda-beda….Kenapa, kita tidak pernah bertemu bersama-sama dan melihat bersama-sama Tuhan itu. Masing-masing pasti memiliki gambaran berbeda tentang Tuhan yang disembahnya.
Orang yang beriman bisa berbeda pemahaman tentang Tuhannya yang sama-sama disembah.
Apa yang dipahami tentang Tuhannya berimplikasi pada cara penyembahannya dan cara hidupnya.
Kalau sudah begini maka jangan memaksakan orang yang berbeda agama untuk dapat memahami Tuhannya. Tidak terlihat, tidak terbatas dan maha segalanya. Mana mungkin yang tidak terbatas dapat dibawa dan dipajang di depan mata yang terbatas.
Jadi , sebagaimana subyektivitas itu maka tidak mungkin keyakinan orang terhadap Tuhannya sama. Perbedaan harus diterima sebagai kenyataan. Bukan untuk dipertentangkan. Sekali lagi, berbeda itu mau tidak mau harus diterima. Keyakinan tidak dapat diperbandingkan apalagi dipaksakan.
Mengenai Tritunggal
Allah itu Esa, begitu kata banyak pemeluk agama. Lalu bagaimana Esanya? Bagaimana rupanya? Bagaimana zatnya? Bagaimana lain-lainnya? Tidak ada yang bisa menggambarkannya.
Tritunggal juga adalah TUHAN yang ESA. Kok bisa? Ya, itulah yang diperkenalkan Alkitab. Allah yang tidak terbatas itu mewahyukan Firman dan dikenal dalam ketiga oknum itu yang adalah satu.
Allah yang tidak terbatas itu berwahyu/berfirman dalam kepada ciptaan-Nya yang terbatas melalui komunikasi yang dapat dipahami oleh ciptaan-Nya yang terbatas. Kondisi ini tentu menimbulkan ada lingkup misteri. Ya, jelas misteri karena ada yang tidak terbatas yang sangat jauh untuk dipahami rasio mahluk ciptaan.Yang dicipta tentu tidak sama eksistensinya dengan yang mencipta. Khalik tidak mungkin sejajar dengan Mahluk. Mahluk tidak mungkin menyamai Khalik.
Karena yang terbatas tidak mungkin dapat memahami secara penuh yang tidak terbatas tersebut, maka ada area yang melampaui rasio dan itulah aspek yang hanya dapat diterima melalui Iman. Sesuatu yang melampaui akal atau melampaui rasio, berbeda sekali artinya dengan tidak masuk akal. Hal yang melampaui akal hanya dapat dipahami bila percaya. Dengan percaya maka akan terlihat, semakin menyadari tentang keterbatasan semakin disingkapkan. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Satu kali anak saya kelas II SD bertanya, “Pa, partai itu apa?” Panjang lebar saya jelaskan, dia tanya lagi berikut…”kenapa musti beda kepentingan kalau sama-sama membangun negara?” …..bak politikus handal saya jelaskan panjang tapi kemudian dia tanya lagi, “kepentingan itu apa?”……walah pusing juga, saya bilang nanti semakin besar kamu akan tahu apa itu kepentingan…..baru dia diam. Mau jelaskan bagaimanapun kepentingan itu kepada anak ini, sangat terbatas kemampuannya untuk memahaminya (atau mungkin kemampuan saya yang terbatas menerangkannya) Makna ‘kepentingan’ dalam pertanyaan itu boleh dikatakan sama dengan bagaimana menjelaskan makna Tritunggal. Tidak dapat dijelaskan tapi dapat dipahami. Nah, lhoapalagi itu, tidak dapat dijelaskan tapi dapat dipahami. Ada hal hal yang terbatas disampaikan dalam kata-kata dan hanya dapat dipahami ketika ‘menjalaninya’. Semakin bertumbuh dalam pembelajaran terhadap wahyu-Nya barulah dapat dipahami ke-Tritunggalan Allah itu.
Bagaimana mungkin tiga itu satu, bagaimana mungkin satu itu tiga? Hendak dijelaskan bagaimana yang disampaikan Alkitab tentang hal ini? Sulit, tidak ada analoginya. Tidak Terbatas, hendak digambarkan dalam lingkup ciptaan-Nya yang terbatas, tidak ada/bisa. Kristen mengenal Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Selalu digambarkan ketiga oknum ini sebagai satu kesatuan. Dia adalah Allah yang Esa.
Mengenal agama lain akan membantu kita saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar