Arsip Blog

Minggu, 25 Mei 2014

HIKMAT

Disarikan oleh Decroly Sakul

Hikmat

Hikmat boleh diberi definisi dengan dua cara, secara umum dan secara khusus

1). Definisi Umum Dari Hikmat

                Definisi umum mencakup beberapa kata: intelegensi, pengertian, discernment, pengertian yang luar biasa dan kecakapan yang semuanya berasal dari takut akan TUHAN. Pertama-tama maju kedepan untuk  mendapatkan hikmat yang benar adalah takut akan TUHAN: “Permulaai hikmat adalah takut akan TUHAN” (Amsal 9:10). Hikmat kadangkala digunakan bertukaran dengan pengertian: “Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah pengertian”. (Amsal 4:7). Kata pengertian (understanding) dalam pemikiran orang Ibrani berarti pengetahuan yang dalam sebagai suatu pemberian dari Allah – tidak sebagai bawaan lahir atau dimiliki secara alamiah, tetapi apa yang Tuhan berikan.
                Suka atau tidak, satu-satunya cara untuk memperoleh hikmat adalah takut akan TUHAN. Seseorang bisa saja mempunyai intelek yang hebat secara lahiriah (bawaan) dan tidak mempunyai hikmat. Seseorang bisa saja mempunyai pendidikan yang tinggi tetapi tidak mempunyai hikmat. “Pandai tapi tidak bijaksana“ adalah suatu ungkapan yang bisa menggambarkan sekian banyak orang dengan riwayat yang hebat di politik, pendidikan, pemerintahan, perusahaan, lembaga keuangan dan juga pelayanan (ministry). Oleh karena itu langkah pertama menuju hikmat adalah meletakkan hubungan anda dengan Allah secara benar, mematuhi Dia dan Firman-Nya, dan menjadikan kehormatan-Nya sebagai prioritas utama anda.
                Bagaimanapun ada suatu perbedaan antara takut akan Allah dan roh ketakutan “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (II Timotius 1:7). Suatu roh ketakutan mengarahkan ke arah berlawanan dengan pengendalian lidah. Sesungguhnya, suatu roh ketakutan menghasilkan apa yang Yakobus sebut hikmat palsu- yaitu ”hikmat dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan”. (Yakobus 3:15) Suatu roh ketakutan diatasi oleh suatu ketakutan yang benar akan Allah. (Catatan tambahan: Hikmat dari atas (sorga) bercirikan sebagai murni, kedamaian yang mengasihi, penuh perhatian dan berbagai-bagai sifat yang serupa yang meletakkan berkat-berkat pada orang lain lebih dahulu. Hikmat dari bawah (dari nafsu manusia yang dikuasai Iblis) adalah berpusat pada diri, dikendalikan oleh nafsu yang mementingkan diri sendiri (egois). Yang satu menghasilkan kebenaran dan keadilan, yang lain melahirkan “segala praktik kejahatan”. Oleh karena itu bijaksanalah dalam hikmat yang anda gunakan pada waktu anda mengambil keputusan-keputusan).
– (Dari buku The Bible Reader’s Companion. By Lawrence O Richards)


2). Definisi yang khusus dari hikmat

                Suatu definisi khusus dari hikmat adalah mengetahui apa yang akan dilakukan berikut dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya. Kita semua harus berdoa untuk hikmat semacam ini setiap hari. ( Cuplikan dari buku Controlling the Tongue by R.T. Kendall)

Hikmat dan Pengetahuan

                “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN” (Amsal 9:10). Marilah kita memikirkan akibat wajarnya”. “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7).  Pengetahuan dan hikmat adalah tidak sama meskipun demikian keduanya berhubungan  secara erat. Kita bisa melukiskan hikmat sebagai aplikasi yang terbaik dan penggunaan dari pengetahuan yang kita punya (definisi khusus menurut R.T. Kendall)


Fondasi perspektif yang benar
                Amsal 1: 7 dibaca secara lengkap: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikkan”. Pengetahuan yang digunakan disini adalah lebih daripada suatu pengumpulan informasi. Itu juga meliputi kemampuan untuk melihat informasi itu dengan perpektif yang benar dan menggunakannya untuk tujuan yang tepat. Paulus, sebagai contoh berbicara tentang suatu pengetahuan yang “menjadi sombong “ (I Korintus 8: 1) dan juga sebagai suatu pengetahuan yang menuju ibadah (kesalehan) (Titus 1:1). Hanya yang terakhir yang mempunyai perspektif yang benar dan tujuan yang tepat dalam pikiran.
                Dua orang pada dasarnya bisa memiliki pengetahuan yang sama dalam pengertian dari kumpulan fakta-fakta. Seseorang memandang pengetahuan ini sebagai suatu alat mencapai posisi, kuasa dan materi, dan menggunakannya pada tujuan itu. Orang yang lain melihatnya sebagai suatu pemberian dari Allah dan sebagai suatu penatalayanan yang digunakan untuk melayani Dia. Hanya orang yang takut akan Allah mempunyai perspektif yang benar yang memimpin dia untuk menggunakan informasinya bagi tujuan yang tepat.
                Salomo mengatakan bahwa pengetahuan tidak mulai dengan belajar suatu kumpulan informasi atau dengan memperoleh pelbagai ketrampilan, tetapi dengan takut akan TUHAN. Ia sedang mengatakan bahwa takut akan Allah harus menjadi fondasi yang diatasnya pengetahuan dibangun. Adalah takut akan TUHAN yang memberikan kita perspektif yang benar dan mendorong kita menggunakannya untuk tujuan yang tepat. Adalah takut akan TUHAN yang seharusnya menentukan pandangan kita yang dasar pada kehidupan.
                Tujuan utama kita dalam kehidupan harus memuliakan Allah. Itulah tujuan terakhir yang padanya seluruh pengetahuan seharusnya diarahkan walaupun, begitu bermanfaatnya suatu hal atau kumpulan pengetahuan bagi masyarakat, jika tidak mempunyai tujuan utama yakni memuliakan Allah, itu tetap tidak sempurna. Dalam keadaan yang paling baik itu adalah sebagian atau sedikit menyimpang. Seperti bangunan tanpa fondasi, suatu tanaman tanpa akar.
                Tentu saja ketakutan kita akan Allah selalu tidak sempurna, pengetahuan kita akan selalu menjadi tidak sempurna dan tidak lengkap-tidak hanya berdasarkan fakta-fakta, tetapi juga dalam penggunaannya. Tetapi orang yang tidak takut akan Allah tidak mempunyai fondasi yang atasnya dibangun. Ia bisa saja seorang yang baik hati dan biasanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi akhirnya dia mengecewakan karena ia tidak mengenal dan tidak takut akan Allah. Sebaiknya orang-orang yang takut akan Allah dapat menggunakan pengetahuan mereka baik untuk kemuliaan Allah maupun menikmati-Nya.
                Akhirnya, kita harus memikirkan pengetahuan yang paling penting dari semua. Yesus berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah engkau utus”. (Yohanes 17:3) Sesungguhnya disinilah pengetahuan  yang benar mulai. Orang yang mengenal Allah dan takut akan Dia memiliki sesuatu yang lebih berharga daripada semua pengetahuan yang digabungkan dari gabungan filsafat dan ilmu pengetahuan. Ahli ilmu pengetahuan dan filsuf bisa menemukan cara-cara untuk meningkatkan kehidupan ini, tetapi orang Kristen telah menemukan cara menuju kehidupan kekal. Itulah sebabnya pengetahuan orang  Kristen lebih berharga yang dibuktikan oleh Yesus ketika Ia berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya”. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Markus 8:36-37)
(Kutipan buku The Joy of Fearing God – by Jerry Bridges).


                Dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris modern, kata knowledge (pengetahuan) sering digunakan untuk dua kata berbeda dalam bahasa Yunani, ginesko dan epiginesko. Kata yang pertama digunakan untuk memperoleh pengetahuan paling sederhana dari kebenara. Kata yang kedua dengan jelas didasarkan pada yang pertama tetapi menganjurkan tanggapan daya memahami sesuatu yang lebih lengkap dan penerapan dari pengetahuan tersebut.
                Kita bisa melihat perbedaan kedua kata ini ketika digunakan Paulus dalam I Korintus 8: 1 dan Kolose 1: 9. Dalam ayat yang lebih dahulu, Paulus menggunakan kata ginosko yang dalam Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan  “knowledge”. Jemaat Korintus “mengetahui” bahwa “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa (I Korintus 8: 4). Paulus tidak membantah kebenaran dari pengetahuan mereka.  Problem mereka adalah bukannya kurang pengetahuan, tetapi masalahnya adalah dalam penerapan yang salah dari pengetahuan itu dalam wilayah kebebasan Kristen dan Kasih Kristen.
                Sebaliknya dalam Kolose 1: 9 “Sebab itu sejak waktu kami mendegarkannya, kami tidak berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna”, Paulus menggunakan kata epiginosko. Ia ingin mereka berpartisipasi dalam pengetahuan ini dengan mempergunakannya pada kehidupan mereka.
                Paulus juga menggunakan epiginosko dalam Titus 1:1...”pengetahuan akan kebenaran seperti  yang nampak dalam ibadah kita”. Kemanakah arah pengetahuan kita akan Kitab Suci membawa kita? Apakah itu membawa kita ke arah kesombongan, yang di dalamnya kita mengetahui begitu banyak  namun gagal menggunakannya dalam kehidupan kita atau bahkan salah menggunakannya? Atau apakah pengetahuan kita tentang Alkitab membawa kita ke arah tidak hanya mengetahui tetapi juga melakukan kehendak-Nya yang sedikit banyak menuju pertumbuhan dalam kesalehan?
                Kita dapat dengan mudah membodohi diri kita dengan pengetahuan cendekiawan (ginosko), sementara gagal masuk ke dalam pengalaman sejati dan penerapan dari pengetahuan itu (epigonosko)
(Cuplikan dari buku The Transforming Power Of The Gospel by Jerry Bridges)

Dimana Hikmat Mulai
                “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal yang mahakudus adalah pengertian” (Amsal 9:10). Sekali lagi perhatikan hubungan yang erat antara hikmat dan pengetahuan. Baik Amsal 1:7  dan 9:10 menggunakan kata itu. Karena hikmat adalah pengetahuan yang diaplikasikan pada tujuan yang tepat, sedangkan pengetahuan menyadari tujuannya hanya bisa bersamaan dengan hikmat.
                Biasanya hikmat diberi definisi sebagai keputusan yang baik atau kemampuan untuk menghasilkan jalan yang terbaik dari tindakan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi tertentu. Bagaimanapun di dalam Alkitab hikmat mempunyai suatu kandungan yang bersifat etis yang kuat. Sebagai contoh Yakobus 3:17 mengatakan, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
                Penekanan secara etis dalam hikmat begitu kuat teristimewa dalam Kitab Amsal. Ini tidak meniadakan apa yang kita sebut dimensi praktis seperti orang bijaksana menggunakan waktu atau uang. Nyatanya Kitab Amsal penuh dengan perintah-perintah untuk kehidupan hari-hari. Tetapi hikmat yang praktis ini selalu mempunyai suatu sifat yang etis padanya. Hikmat dalam Amsal lebih mengenai kehidupan yang benar daripada dengan pertimbangan yang cerdas. Praktis tidak pernah dipisahkan dari etis.
                Adalah dengan hubungan yang etis dan praktis dalam pikiran inilah yang kita seharusnya mengerti bagaimana takut akan TUHAN adalah permulaan hikmat. Sebagaimana takut akan Allah merupakan fondasi dari pengetahuan, demikian juga itu merupakan fondasi dari hikmat.
(Kutipan dari buku The Joy of Fearing God by Jerry Bridges)

Catatan:
Perbedaan LORD dan Lord
LORD à Yahweh              à I am who I am
Lord   à Adonai                à The Sovereign One

Sumber: Dr R.C. Sproul – Holiness of God in Preaching


The Art of Skillful Living
(Amsal  4:7-9)

Kata Ibrani untuk hikmat mengarahkan lebih daripada suatu pengumpulan fakta-fakta. Dalam pernjanjian lama kata ini digunakan untuk seseorang yang mempunyai suatu tingkat ketrampilan yang luar biasa dalam suatu bidang yang diberikan. Contohnya, jika seorang pembuat tembikar mampu menciptakan barang-barang pecah belah yang indah, ia disebut mempunyai hikmat. Hal yang sama akan dikatakan terhadap seorang penggubah yang mampu merangkai nada-nada menjadi  musik yang indah. Seorang pembicara berbakat yang mengetahui bagaimana menggunakan kata-kata untuk mempengaruhi orang-orang disebut bijaksana oleh mereka yang mendengarkannya. Kata itu berarti menjadi trampil dalam berapa bidang kehidupan. Hikmat dalam Kitab Amsal diberi definisi sebagai kemampuan untuk menghidupi kehidupan dengan mahir dari sudut pandang Tuhan. Itu berasal dari memandang kehidupan dari suatu perspektif secara vertikal dan berbuat sesuai dengan itu.
Oleh karena itu langkah pertama untuk memperoleh hikmat adalah benar-benar berhasrat meraihnya lebih daripada suatu yang lain. Sama seperti semua yang lain dalam bidang rohani, hikmat dapat dimiliki dengan Cuma-Cuma, tetapi itu akan meminta seluruh sumber yang anda punya. Karena hikmat adalah tertinggi diantara kebajikan-kebajikan, maka itu tidak dapat diperoleh dengan harga murah. Biarlah tidak ada seorangpun berpikir ia akan menjadi bijaksana secara kebetulan. Tidak ada hal seperti itu pernah terjadi sejak permulaan penciptaan. Tidak, seorang harus mencari hikmat seolah-olah ia mencari perak atau emas, ia harus mengesampingkan pengejaran-pengejaran yang remeh dan setuju yang hanya berasal dari Tuhan.
Anda harus menolak kejahatan jika anda benar-benar menginginkan hikmat. Dalam satu tempat kita diberitahu bahwa “Takut akan Allah adalah permulaan hikmat”(Amsal 9:10); ditempat lain, “Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan”(Amsal 8:13). Anda dapat hidup di kegelapan atau anda dapat berjalan dalam terang, tetapi anda tidak dapat melakukan keduanya pada waktu yang sama. Allah mengundang Anda pada suatu kehidupan baru sama sekali. Apakah anda menginginkan hikmat? Kalau begitu “datang... makan.... minum....hidup....ikuti (Amsal 9: 5-6) Anda dapat memperoleh itu, tetapi anda harus membuat keputusan dan mengejar hikmat dengan segenap hati.
Tetapi ada suatu langkah lebih lanjut yang harus anda ambil. Itu mencakup: buatlah diri anda rendah hati, kenalilah kebutuhan anda, akuilah kekurangan anda, dan mintalah pada Allah untuk menolong anda.
Beberapa kali Salomo memperingati mereka y ang “menganggap dirinya bijaksana”(Amsal 26:12, 28: 11). Jika anda berpikir anda telah memperoleh bijaksana dengan kemampuan diri anda, karena dengan sikap itu, anda tidak melangkah lebih lanjut dengan Tuhan.
Jika anda membutuhkan hikmat, anda bisa memperolehnya. Itu gratis (cuma-Cuma), tetapi itu akan meminta seluruh sumber yang anda punya.
(The ABC’S of Wisdom by Ray Pritchard)



Protective Wisdom
Supreme Wisdom
Exalting Wisdom                                                               Yang berikut berasal dari Walk With God Devotional
A Higher Mind                                                                   by Chris Tiegreen
The Available Mind of God
The Obedient Mind of Man



Protective Wisdom
(Amsal 4: 1-9)

Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya,  kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya (Amsal 4:6)

                Hikmat dari atas melindungi. Ayat ini jelas. Tetapi itu melindungi kita dari apa? Penyakit? Bencana? Konflik? Mungkin tidak selalu, tetapi terkadang ini semua terjadi karena pilihan-pilihan yang tidak bijaksana. Lebih dari segala sesuatu, himat dari atas melindungi kita dari kemalangan yang diakibatkan oleh diri sendiri karena keputusan-keputusan yang dangkal. Itu akan menghindarkan kita dari mengorbankan diri kita kepada dewa kemauan sendiri.
                Samson adalah seorang dari pahlawan Alkitab yang paling tragis (Hakim-Hakim 13-16). Dipersembahkan dari sebelum kelahirannya untuk pelayanan kepada Allah dan diberkati dengan kekuatan supranatural, Samson tertawan pada dorongan-dorongan hatinya sendiri yang berlalu dengan cepat. Pembebas ini diikat dan ditawan karena ia memperkembangkan suatu pola yang memuaskan dorongan-dorongan hatinya dengan mengorbankan tujuan jangka panjang.
                Begitu juga dengan kita. Kita dipanggil untuk membuat keputusan yang merobah kehidupan. Kepada siapa kita kawin, karir apa yang kita kejar pada umur masih muda, ketika baru saja diperlengkapi untuk membuat itu semua. Banyak orang telah memilih dengan bodoh dan menghancurkan masa depan mereka dikarenakan oleh kurangnya hikmat. Dengan seluruh sumber-sumber dari Allah yang kekal tersedia buat kita untuk digunakan yang terbatas. Dan ketika kita bertambah tua, kita harus memilih pilhan-pilihan yang berulang yang akan mempengaruhi hidup kita sendiri dan kehidupan dari mereka yang berada disekitar kita secara mendalam. Makin cepat kita mempelajari hikmat dari atas, makin aman kita ke depan. Hikmat melindungi kita dari kesia-siaan.
                Kita diberikan jumlah waktu yang sangat singkat di bumi ini. Tetapi apa yang kita buat disini dapat mempunyai suatu dampak yang kekal pada diri kita sendiri dan orang lain. Kita harus menginvestasikan waktu kita. Kita harus menginvestasikan sumber-sumber kita. Kita harus mengarahkan segala sesuatu yang tesedia bagi kita ke arah suatu kerajaan kekal. Tanpa hikmat dari Allah, tahun-tahun dihamburkan dengan percuma. Kita membuat pilihan-pilihan yang merusak diri sendiri. Kita menyia-nyiakan kesempatan-kesempatan untuk melayani Allah dan menghasilkan buah yang kekal.
                Mengapa kita seharusnya tidak pernah mengabaikan hikmat? Karena hikmat adalah persoalan self defense. Itu melindungi kita dari suatu dunia kejahatan, dan itu juga melindungi kita dari diri kita sendiri.

Supreme Wisdom
(Amsal 4: 1-9)

Wisdom is supreme; therefore get wisdom. Though if cost all you have get understanding (Proverbs 4: 7 NIV)
Permulaan hikmat ialah, peroleh hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah pengertian (Amsal 4:7)

                Hikmat adalah suatu komoditi yang jarang di dunia kita. Kita mempunyai banyak orang pintar, tetapi sesungguhnya sedikit yang bijaksana. Dan budaya kita hampir tidak mengetahui perbedaanya. Kita menghargai status, ketenaran, kekayaan, suatu reputasi yang baik, persahabatan, dan pencapaian tidak semua buruk pada diri mereka sendiri. Tetapi tidak ada dari mereka memuaskan kecuali dikendalikan dengan hikmat. Kita harus mencari  pengertian yang benar pertama dan terutama, jika tidak, semua dari yang lain-lainnya menjadi berhala belaka.
                Hikmat adalah suatu pengertian yang benar tentang dunia dan peran kita di dalamnya. Hikmat mengenal siapa Allah, hikmat mengenal siapa kita, dan hikmat mengetahui  kepentingan yang relatif dan segala hal. Itu adalah suatu urutan yang benar dari prioritas-prioritas, mengutamakan kebenaran dan karakter daripada kesenangan-kesenangan yang dangkal. Hikmat adalah satu-satunya cara untuk dipuaskan secara benar dalam jangka panjang.
                Sejarah berserakan dengan raja-raja dan selebriti-selebriti yang kelihatan memperoleh itu semua. Tetapi pada akhirnya mereka tidak memperoleh apa-apa. Mereka tidak mengenal Allah dan membangun kehidupan mereka di atas kedangkalan-kedangkalan. Berkelimpahan cerita dari orang-orang yang sedang sekarat di tempat tidur mereka, berharap mereka dapat mengulangi itu semua lagi. Mereka sering dicemburui oleh setiap orang kecuali diri mreka sendiri, karena mereka mengetahui kekosongan dan kebohongan dari pencapaian duniawi. Mereka belajar bahwa segala sesuatu yang mereka pikir akan memuaskan tetapi akhirnya tidak demikian.
                Apakah anda puas dengan kehidupan? Apakah anda berpikir bahwa prestasi berikut, gaji berikut, pekerjaan berikut, hubungan berikut, apa saja yang berikut yang akhirnya akan membuat anda puas? Berhenti dimana anda berada dan carilah hikmat di atas segala yang lain. Buatlah itu menjadi prioritas anda yang dominan dalam hal mempelajari siapa Allah, bagaimana Dia berhubungan dengan kita, dan apa yang Ia lakukan di dalam dunia ini. Kemudian investasikan seluruh kehidupan anda pada apa yang telah anda pelajari. Bahkan jika itu meminta seluruh kepunyaan anda, itu sangat berguna. Hanya suatu kehidupan didasarkan pada pengertian semacam ini yang akan memuaskan. Hanya hikmat dari atas yang dapat membuat segala sesuatu yang lain berarti.

Exalting Wisdom
(Amsal 4: 1-9)

Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya  (Amsal 4: 8)

Kita semua merindukan kemuliaan dan kehormatan. Itu adalah suatu kerinduan yang ditanam di dalam diri kita oleh Sang Pencipta yang gambar-Nya kita emban dan yang hanya Diri-Nya Sendiri yang patut mendapat kemuliaan dan kehormatan. Dan sesungguhnya ada satu cara di dunia ini yang kita bisa hidup untuk menerima suatu mahkota. Tetapi bukan cara terbanyak orang pikir.
                Naluri manusia mengatakan pada kita untuk mencari suatu mahkota dengan menjunjung diri kita sendiri. Itu mendorong kita untuk memanjat puncak dari tangga secara sosial, profesional, emosional dan bahkan secara rohani semuanya tentang pencapaian. Hikmat dari atas pada sisi lain, mengatakan kepada kita untuk menjadi rendah hati dan sadar akan diri, tunduk pada suatu otoritas yang lebih tinggi dan menjadi seperti Dia. Itu hampir tidak ada hubungan dengan pencapaian, itu semua tentang karakter.
                Perjuangan manusia adalah suatu dinamika yang menarik. Ketika kita mencari diri, kita kehilangan diri. Ketika kita mencari Allah, kita memperoleh Allah dan diri dan dengan Allah termasuk  semua berkat-berkat-Nya. Yesus mengatakan itu dengan baik : “Karena siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”. (Matius 8:35)
                Suatu bagian penting dari mencari Allah adalah mencari hikmat-Nya. Mereka yang mau beruntuntung dari berkat-berkat-Nya tetapi tidak mau membangun kehidupan mereka di atas kebenaran-Nya adalah membodohi diri mereka sendiri. Mereka meminta sesuatu yang tidak mungkin seperti manfaat dari kesehatan yang baik tanpa hikmat dari suatu diet yang baik dan latihan, atau manfaat dari lulus dari suatu mata pelajaran tanpa melakukan pekerjaan rumah. Allah tidak membangun kehidupan untuk bekerja seperti itu. Ada berkat di dalam membangun di atas kebenaran-Nya.
                Hikmat dari siapa yang membangun fondasi kehidupan anda? Apakah dari milik anda sendiri? Anggota keluarga atau teman? Suara kolektif dari budaya kita? Jika demikian mengapa? Dengan semua hikmat Allah tersedia buat kita, mengapa membangun di atas bahan yang mutunya kurang? Carilah hikmat Allah. Hargai dan peluklah itu, dan anda akan dijadikan terhormat oleh satu-satunya Pribadi yang pikiran-Nya sangat berarti.


A Higher Mind
(I Korintus 2: 16)

Kami memiliki pikiran Kristus (I Korintus 2: 16)

                Pada pandangan pertama, pernyataan Paulus dalam ayat hari ini adalah sombong. Itu tidak akan disukai dalam budaya kita sekarang ini dipandang dari kebenaran secara politik. Itu mungkin juga tidak disukai dalam budaya Korintus waktu itu, kecuali di dalam gereja. Ada suatu kebenaran yang berharga dan suatu wahyu yang menakjubkan dalam pernyatan itu.
                Begitu juga dengan kita. Hampir tidak dapat dipertimbangkan: Pikiran dari Kristus yang melalui-Nya seluruh alam semesta diciptakan, sumber dari seluruh hikmat, tersedia buat kita. Kita tidak terbatas pada pemikiran manusia. Kita tidak diikat oleh keterbatasan dari pemikir-pemikir yang terhebat dalam sejarah, yang walaupun sering melewati standard kecerdasan manusia, semuanya telah mengecewakan secara drastis untuk menemukan kebenaran kekal dengan menggunakan alat-alat yang alamiah. Kita mempunyai suatu jalan masuk secara supranatural ke realitas terakhir dari suatu perspektif yang kekal. Kita mengetahui arah sejarah dan kemana itu sedang menuju. Kita tahu bagaimana menghindarkan dunia yang telah jatuh ini, dan kita tahu siapa yang memegang semua kuasa dalam telapak tangan kanan-Nya. Harta yang berlimpah, tak terpahami ini adalah milik kita, jika kita mau menerimanya.
                Itulah masalah kita. Kita sering mengambil sumber-sumber hikmat yang kurang mutunya karena kita tidak sadar bahwa pemikiran Kristus dapat diperoleh, atau kita tidak dapat mempercayai suatu janji yang royal. Tetapi jika kita tidak dapat mempercayai itu, kita tidak dapat memperolehnya. Pikiran Kristus bisa menjadi milik kita melalui Roh Kudus, yang datang kepada kita melalui iman. Roh menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (ayat 10) dan menyatakannya kepada umat-Nya. Hal-hal demikian adalah kebodohan bagi dunia, tetapi walaupun demikian itu semua adalah benar-kebenaran yang kita bisa ketahui dan mendasarkan hidup kita padanya.
                Anda mempunyai pikiran sendiri. Anda juga mempunyai pikiran Kristus. Anda lebih suka bergantung pada yang mana? Setiap hari mulai dengan mengingkari hikmat anda sendiri. Kita harus mengakui bahwa kita tidak memiliki pengertian untuk mengambil keputusan-keputusan yang kita hadapi setiap hari. Kita tidak mengetahui semua seluk beluk atau dampak-dampak yang akan datang dari setiap keputusan. Tetapi Allah mengetahui dan Dia membuat hikmat-Nya tersedia. Akuilah ketergantungan anda yang mutlak pada pikiran Kristus, mintalah hikmat-Nya, dan percaya.

  
 The Available Mind of God
(Yakobus 1: 2-7)

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit-, maka hal itu akan diberikan kepadanya. (Yakobus 1:5)

                Mengapa Allah mau menset suatu proses buat kit auntuk memperoleh hikmat? Mengapa Ia tidak mau memberikan itu kepada kita begitu saja? Karena meminta hikmat-Nya dan menerimanya membawa kita ke dalam hubungan dengan Dia. Hikmat yang kita terima bukan informasi yang ditanamkan, tetapi karakter yagn dipelajari. Kita mempelajari siapa Dia dan kita belajar berkelakuan seperti Dia. Kita mulai mengerti Dia lebih baik dalam proses. Hikmat-Nya sudah tersedia, tetapi kita harus minta.
                Pernahkah anda mendapatkan diri anda memerlukan tuntunan dalam suatu situasi yang tertentu? Kecondongan kita yang biasa adalah berdoa untuk memperoleh arah (bimbingan). Tetapi Allah mempunyai suatu cara yang lebih baik. Berdoa untuk memperoleh hikmat, dan arah akan menjadi jelas. Seandainya kita harus berdoa untuk memperoleh arah, Allah akan hanya memberikan jawaban dengan memberikan kita informasi. Tetapi jika berdoa untuk memperoleh hikmat, Allah menjawab dengan memberikan kita pikiran-Nya.
                Kita condong datang kepada Allah untuk memperoleh hikmat hanya ketika kita menemukan diri kita dalam suatu kesulitan. Tetapi itu sama sekali tidak menjadi suatu permintaan yang hanya satu kali disuatu momen dari kebutuhan. Ayat hari ini menginsyaratkan pada suatu proses yagn terus menerus. Bukannya kita meminta hikmat setiap hari karena kita akan menemukan diri kita kehabisan akal cepat atau lambat. Persediaan Allah akan pikiriran-Nya sering diberikan dimuka. Itu lebih daripada instruksi-instruksi untuk  suatu cara yang akan dijalankan. Itu adalah latihan untuk suatu cara tentang  kehidupan.
                Apakah anda memerlukan arah? Tuntunan?  Hikmat dari atas? Langkah yagn sangat penting, sering dilalaikan, yaitu meminta. Begitu sering kita mencoba memahami hal-hal secara sendirian! Begitu sering kita meminta saran pada orang lain sebelum kita meminta kepada Allah! Mintalah pada-Nya sekarang. Mintalah sesegera mungkin. Buatlah permintaan  sebagai suatu bagian yang tetap pada kehidupan anda. Jangan menunggu  sampai kesulitan datang; belajarlah pikiran Allah sekarang! Dia menawarkan itu dengan murah hati.

 The Obedient Mind of Man
(Yakobus 1: 2-7)

Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimgbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin .(Yakobus 1:6)

                Kita mudah sekali melupakan persyaratan sebelum janji. Seperti ayat hari ini mengatakan kepada kita, hadiah yang royal dari hikmat-Nya Allah hanya diberikan bila syarat sebelumnya dipenuhi. Ketika kita meminta, kita harus percaya. Jika tidak, hikmat-Nya tidak akan datang.
                Apa yang Allah maksudkan dengan mengharuskan kepercayaan kita? Apakah itu satu-satunya bahwa kita harus percaya dulu baru Ia akan menjawab kita? Itu adalah memang demikian, tetapi lebih lagi, kita harus percaya – lebih dulu-  bahwa apa yang Ia katakan kepada kita adalah hikmat untuk dituruti. Kita harus ikut serta memperhatikan instruk-instruksi-Nya sebelum Ia memberikan itu semua. Jika kita tidak ikut serta, Ia tidak akan menjawab. Jika kita tidak bermaksud dalam hati kita untuk melakukan kehendak-Nya, kita tidak akan pernah menemukannya.
                Banyak orang Kristen meminta hikmat Allah sebagai pilihan untuk menambahkan dalam campuran (adonan). Itu menjadi salah satu kemungkinan diantara suatu jajanan yang banyak. Jika kita hanya meminta saran-Nya, Ia tidak akan memberikannya. Ia hanya memberikan solusi-solusi untuk dilaksanakan, bukan saran (usul) untuk dipertimbangkan. Tanggung jawab untuk melakukan datang duluan. Pikiran Allah diberikan kepada kita dengan murah hati, tetapi hanya kita yang mau menaati. Itu bukan suatu barang belanjaan (dagangan). Itu tidak terdapat bersama dengan suatu kebijakan pengembalian barang yang telah dibeli.
                Meminta kehendak Allah sebagai suatu pilihan untuk dipertimbangkan dari pada suatu perintah untuk ditaati adalah menempatkan intelek kita di atas pengetahuan-Nya. Kita meletakkan diri kita pada posisi sebagai orang yang berwenang. Tetapi Ia tidak akan berhubungan dengan kita secara demikian. Tuhanlah yang berwenang. Ketika Ia berkata, tidak ada pilihan lebih baik. Pencipta yang maha tahu tidak menawarkan pada kita suatu rencana yang bermutu kelas dua. Petunjuk-Nya yang pertama adalah selalu yang benar.

                Apakah anda meminta pada Allah akan hikmat-Nya dengan suatu ketetapan hati untuk menaati-Nya? Jika tidak, jangan mengharapkan itu datang. Hati anda hanya akan diombang-ambingkan seperti suatu gelombang di dalam badai. Tetapi jika hati anda mau menuruti jalan-Nya, jalan-Nya akan mudah ditemukan. Allah memberikan pikiran-Nya sebagai jawaban atas iman kita.

Tidak ada komentar: