Disarikan oleh Decroly Sakul
Protective Wisdom
Hikmat
Hikmat
boleh diberi definisi dengan dua cara, secara umum dan secara khusus
1).
Definisi Umum Dari Hikmat
Definisi umum mencakup beberapa
kata: intelegensi, pengertian, discernment, pengertian yang luar biasa dan
kecakapan yang semuanya berasal dari takut akan TUHAN. Pertama-tama maju
kedepan untuk mendapatkan hikmat yang
benar adalah takut akan TUHAN: “Permulaai hikmat adalah takut akan TUHAN”
(Amsal 9:10). Hikmat kadangkala digunakan bertukaran dengan pengertian:
“Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kau peroleh
perolehlah pengertian”. (Amsal 4:7). Kata pengertian (understanding) dalam
pemikiran orang Ibrani berarti pengetahuan yang dalam sebagai suatu pemberian
dari Allah – tidak sebagai bawaan lahir atau dimiliki secara alamiah, tetapi
apa yang Tuhan berikan.
Suka atau tidak, satu-satunya
cara untuk memperoleh hikmat adalah takut akan TUHAN. Seseorang bisa saja
mempunyai intelek yang hebat secara lahiriah (bawaan) dan tidak mempunyai
hikmat. Seseorang bisa saja mempunyai pendidikan yang tinggi tetapi tidak
mempunyai hikmat. “Pandai tapi tidak bijaksana“ adalah suatu ungkapan yang bisa
menggambarkan sekian banyak orang dengan riwayat yang hebat di politik,
pendidikan, pemerintahan, perusahaan, lembaga keuangan dan juga pelayanan
(ministry). Oleh karena itu langkah pertama menuju hikmat adalah meletakkan
hubungan anda dengan Allah secara benar, mematuhi Dia dan Firman-Nya, dan
menjadikan kehormatan-Nya sebagai prioritas utama anda.
Bagaimanapun ada suatu perbedaan
antara takut akan Allah dan roh ketakutan “Sebab Allah memberikan kepada kita
bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban” (II Timotius 1:7). Suatu roh ketakutan mengarahkan ke arah
berlawanan dengan pengendalian lidah. Sesungguhnya, suatu roh ketakutan
menghasilkan apa yang Yakobus sebut hikmat palsu- yaitu ”hikmat dari dunia, dari
nafsu manusia, dari setan-setan”. (Yakobus 3:15) Suatu roh ketakutan diatasi
oleh suatu ketakutan yang benar akan Allah. (Catatan tambahan: Hikmat dari atas
(sorga) bercirikan sebagai murni, kedamaian yang mengasihi, penuh perhatian dan
berbagai-bagai sifat yang serupa yang meletakkan berkat-berkat pada orang lain
lebih dahulu. Hikmat dari bawah (dari nafsu manusia yang dikuasai Iblis) adalah
berpusat pada diri, dikendalikan oleh nafsu yang mementingkan diri sendiri
(egois). Yang satu menghasilkan kebenaran dan keadilan, yang lain melahirkan
“segala praktik kejahatan”. Oleh karena itu bijaksanalah dalam hikmat yang anda
gunakan pada waktu anda mengambil keputusan-keputusan).
– (Dari buku The Bible Reader’s Companion. By Lawrence O Richards)
2).
Definisi yang khusus dari hikmat
Suatu definisi khusus dari
hikmat adalah mengetahui apa yang akan dilakukan berikut dan mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikannya. Kita semua harus berdoa untuk hikmat semacam
ini setiap hari. ( Cuplikan dari buku
Controlling the Tongue by R.T. Kendall)
Hikmat
dan Pengetahuan
“Permulaan hikmat adalah takut
akan TUHAN” (Amsal 9:10). Marilah kita memikirkan akibat wajarnya”. “Takut akan
TUHAN adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7). Pengetahuan dan hikmat adalah tidak sama meskipun
demikian keduanya berhubungan secara
erat. Kita bisa melukiskan hikmat sebagai aplikasi yang terbaik dan penggunaan
dari pengetahuan yang kita punya (definisi khusus menurut R.T. Kendall)
Fondasi
perspektif yang benar
Amsal 1: 7 dibaca secara lengkap:
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikkan”. Pengetahuan yang digunakan disini adalah lebih daripada
suatu pengumpulan informasi. Itu juga meliputi kemampuan untuk melihat
informasi itu dengan perpektif yang benar dan menggunakannya untuk tujuan yang
tepat. Paulus, sebagai contoh berbicara tentang suatu pengetahuan yang “menjadi
sombong “ (I Korintus 8: 1) dan juga sebagai suatu pengetahuan yang menuju
ibadah (kesalehan) (Titus 1:1). Hanya yang terakhir yang mempunyai perspektif
yang benar dan tujuan yang tepat dalam pikiran.
Dua orang pada dasarnya bisa
memiliki pengetahuan yang sama dalam pengertian dari kumpulan fakta-fakta.
Seseorang memandang pengetahuan ini sebagai suatu alat mencapai posisi, kuasa
dan materi, dan menggunakannya pada tujuan itu. Orang yang lain melihatnya
sebagai suatu pemberian dari Allah dan sebagai suatu penatalayanan yang
digunakan untuk melayani Dia. Hanya orang yang takut akan Allah mempunyai
perspektif yang benar yang memimpin dia untuk menggunakan informasinya bagi
tujuan yang tepat.
Salomo mengatakan bahwa
pengetahuan tidak mulai dengan belajar suatu kumpulan informasi atau dengan
memperoleh pelbagai ketrampilan, tetapi dengan takut akan TUHAN. Ia sedang
mengatakan bahwa takut akan Allah harus menjadi fondasi yang diatasnya
pengetahuan dibangun. Adalah takut akan TUHAN yang memberikan kita perspektif
yang benar dan mendorong kita menggunakannya untuk tujuan yang tepat. Adalah
takut akan TUHAN yang seharusnya menentukan pandangan kita yang dasar pada
kehidupan.
Tujuan utama kita dalam
kehidupan harus memuliakan Allah. Itulah tujuan terakhir yang padanya seluruh
pengetahuan seharusnya diarahkan walaupun, begitu bermanfaatnya suatu hal atau
kumpulan pengetahuan bagi masyarakat, jika tidak mempunyai tujuan utama yakni
memuliakan Allah, itu tetap tidak sempurna. Dalam keadaan yang paling baik itu
adalah sebagian atau sedikit menyimpang. Seperti bangunan tanpa fondasi, suatu
tanaman tanpa akar.
Tentu saja ketakutan kita akan
Allah selalu tidak sempurna, pengetahuan kita akan selalu menjadi tidak
sempurna dan tidak lengkap-tidak hanya berdasarkan fakta-fakta, tetapi juga
dalam penggunaannya. Tetapi orang yang tidak takut akan Allah tidak mempunyai
fondasi yang atasnya dibangun. Ia bisa saja seorang yang baik hati dan biasanya
bermanfaat bagi masyarakat, tetapi akhirnya dia mengecewakan karena ia tidak
mengenal dan tidak takut akan Allah. Sebaiknya orang-orang yang takut akan
Allah dapat menggunakan pengetahuan mereka baik untuk kemuliaan Allah maupun
menikmati-Nya.
Akhirnya, kita harus memikirkan
pengetahuan yang paling penting dari semua. Yesus berkata, “Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah engkau utus”. (Yohanes 17:3) Sesungguhnya
disinilah pengetahuan yang benar mulai.
Orang yang mengenal Allah dan takut akan Dia memiliki sesuatu yang lebih
berharga daripada semua pengetahuan yang digabungkan dari gabungan filsafat dan
ilmu pengetahuan. Ahli ilmu pengetahuan dan filsuf bisa menemukan cara-cara
untuk meningkatkan kehidupan ini, tetapi orang Kristen telah menemukan cara
menuju kehidupan kekal. Itulah sebabnya pengetahuan orang Kristen lebih berharga yang dibuktikan oleh
Yesus ketika Ia berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi
ia kehilangan nyawanya”. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti
nyawanya? (Markus 8:36-37)
(Kutipan buku The Joy of Fearing God – by Jerry Bridges).
Dalam terjemahan Alkitab bahasa
Inggris modern, kata knowledge (pengetahuan) sering digunakan untuk dua
kata berbeda dalam bahasa Yunani, ginesko dan epiginesko. Kata
yang pertama digunakan untuk memperoleh pengetahuan paling sederhana dari
kebenara. Kata yang kedua dengan jelas didasarkan pada yang pertama tetapi
menganjurkan tanggapan daya memahami sesuatu yang lebih lengkap dan penerapan
dari pengetahuan tersebut.
Kita bisa melihat perbedaan
kedua kata ini ketika digunakan Paulus dalam I Korintus 8: 1 dan Kolose 1: 9.
Dalam ayat yang lebih dahulu, Paulus menggunakan kata ginosko yang dalam
Alkitab bahasa Inggris diterjemahkan “knowledge”.
Jemaat Korintus “mengetahui” bahwa “tidak ada berhala di dunia dan tidak
ada Allah lain daripada Allah yang esa (I Korintus 8: 4). Paulus tidak
membantah kebenaran dari pengetahuan mereka.
Problem mereka adalah bukannya kurang pengetahuan, tetapi masalahnya
adalah dalam penerapan yang salah dari pengetahuan itu dalam wilayah kebebasan
Kristen dan Kasih Kristen.
Sebaliknya dalam Kolose 1: 9
“Sebab itu sejak waktu kami mendegarkannya, kami tidak berhenti-henti berdoa
untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian
yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna”, Paulus
menggunakan kata epiginosko. Ia ingin mereka berpartisipasi dalam
pengetahuan ini dengan mempergunakannya pada kehidupan mereka.
Paulus juga menggunakan
epiginosko dalam Titus 1:1...”pengetahuan akan kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita”. Kemanakah
arah pengetahuan kita akan Kitab Suci membawa kita? Apakah itu membawa kita ke
arah kesombongan, yang di dalamnya kita mengetahui begitu banyak namun gagal menggunakannya dalam kehidupan
kita atau bahkan salah menggunakannya? Atau apakah pengetahuan kita tentang
Alkitab membawa kita ke arah tidak hanya mengetahui tetapi juga melakukan
kehendak-Nya yang sedikit banyak menuju pertumbuhan dalam kesalehan?
Kita dapat dengan mudah
membodohi diri kita dengan pengetahuan cendekiawan (ginosko), sementara gagal
masuk ke dalam pengalaman sejati dan penerapan dari pengetahuan itu
(epigonosko)
(Cuplikan dari buku The Transforming Power Of The Gospel by Jerry Bridges)
Dimana
Hikmat Mulai
“Permulaan hikmat adalah takut
akan TUHAN, dan mengenal yang mahakudus adalah pengertian” (Amsal 9:10). Sekali
lagi perhatikan hubungan yang erat antara hikmat dan pengetahuan. Baik Amsal
1:7 dan 9:10 menggunakan kata itu.
Karena hikmat adalah pengetahuan yang diaplikasikan pada tujuan yang tepat,
sedangkan pengetahuan menyadari tujuannya hanya bisa bersamaan dengan hikmat.
Biasanya hikmat diberi definisi
sebagai keputusan yang baik atau kemampuan untuk menghasilkan jalan yang
terbaik dari tindakan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi tertentu.
Bagaimanapun di dalam Alkitab hikmat mempunyai suatu kandungan yang bersifat
etis yang kuat. Sebagai contoh Yakobus 3:17 mengatakan, “Tetapi hikmat yang
dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut,
penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
Penekanan secara etis dalam
hikmat begitu kuat teristimewa dalam Kitab Amsal. Ini tidak meniadakan apa yang
kita sebut dimensi praktis seperti orang bijaksana menggunakan waktu atau uang.
Nyatanya Kitab Amsal penuh dengan perintah-perintah untuk kehidupan hari-hari.
Tetapi hikmat yang praktis ini selalu mempunyai suatu sifat yang etis padanya.
Hikmat dalam Amsal lebih mengenai kehidupan yang benar daripada dengan
pertimbangan yang cerdas. Praktis tidak pernah dipisahkan dari etis.
Adalah dengan hubungan yang etis
dan praktis dalam pikiran inilah yang kita seharusnya mengerti bagaimana takut
akan TUHAN adalah permulaan hikmat. Sebagaimana takut akan Allah merupakan
fondasi dari pengetahuan, demikian juga itu merupakan fondasi dari hikmat.
(Kutipan dari buku The Joy of Fearing God by Jerry Bridges)
Catatan:
Perbedaan LORD dan Lord
LORD à Yahweh à I am who I am
Lord à Adonai à The Sovereign One
Sumber:
Dr R.C. Sproul – Holiness of God in Preaching
The Art of Skillful Living
(Amsal 4:7-9)
Kata Ibrani untuk hikmat mengarahkan lebih daripada suatu pengumpulan
fakta-fakta. Dalam pernjanjian lama kata ini digunakan untuk seseorang yang
mempunyai suatu tingkat ketrampilan yang luar biasa dalam suatu bidang yang
diberikan. Contohnya, jika seorang pembuat tembikar mampu menciptakan
barang-barang pecah belah yang indah, ia disebut mempunyai hikmat. Hal yang
sama akan dikatakan terhadap seorang penggubah yang mampu merangkai nada-nada
menjadi musik yang indah. Seorang
pembicara berbakat yang mengetahui bagaimana menggunakan kata-kata untuk
mempengaruhi orang-orang disebut bijaksana oleh mereka yang mendengarkannya.
Kata itu berarti menjadi trampil dalam berapa bidang kehidupan. Hikmat dalam
Kitab Amsal diberi definisi sebagai kemampuan untuk menghidupi kehidupan dengan
mahir dari sudut pandang Tuhan. Itu berasal dari memandang kehidupan dari suatu
perspektif secara vertikal dan berbuat sesuai dengan itu.
Oleh karena itu langkah pertama untuk memperoleh hikmat adalah benar-benar
berhasrat meraihnya lebih daripada suatu yang lain. Sama seperti semua yang
lain dalam bidang rohani, hikmat dapat dimiliki dengan Cuma-Cuma, tetapi itu
akan meminta seluruh sumber yang anda punya. Karena hikmat adalah tertinggi
diantara kebajikan-kebajikan, maka itu tidak dapat diperoleh dengan harga
murah. Biarlah tidak ada seorangpun berpikir ia akan menjadi bijaksana secara
kebetulan. Tidak ada hal seperti itu pernah terjadi sejak permulaan penciptaan.
Tidak, seorang harus mencari hikmat seolah-olah ia mencari perak atau emas, ia
harus mengesampingkan pengejaran-pengejaran yang remeh dan setuju yang hanya
berasal dari Tuhan.
Anda harus menolak kejahatan jika anda benar-benar menginginkan hikmat.
Dalam satu tempat kita diberitahu bahwa “Takut akan Allah adalah permulaan
hikmat”(Amsal 9:10); ditempat lain, “Takut akan Tuhan ialah membenci
kejahatan”(Amsal 8:13). Anda dapat hidup di kegelapan atau anda dapat berjalan
dalam terang, tetapi anda tidak dapat melakukan keduanya pada waktu yang sama.
Allah mengundang Anda pada suatu kehidupan baru sama sekali. Apakah anda
menginginkan hikmat? Kalau begitu “datang... makan.... minum....hidup....ikuti
(Amsal 9: 5-6) Anda dapat memperoleh itu, tetapi anda harus membuat keputusan
dan mengejar hikmat dengan segenap hati.
Tetapi ada suatu langkah lebih lanjut yang harus anda ambil. Itu mencakup:
buatlah diri anda rendah hati, kenalilah kebutuhan anda, akuilah kekurangan
anda, dan mintalah pada Allah untuk menolong anda.
Beberapa kali Salomo memperingati mereka y ang “menganggap dirinya
bijaksana”(Amsal 26:12, 28: 11). Jika anda berpikir anda telah memperoleh
bijaksana dengan kemampuan diri anda, karena dengan sikap itu, anda tidak
melangkah lebih lanjut dengan Tuhan.
Jika anda membutuhkan hikmat, anda bisa memperolehnya. Itu gratis
(cuma-Cuma), tetapi itu akan meminta seluruh sumber yang anda punya.
(The ABC’S of Wisdom by Ray Pritchard)
Supreme Wisdom
Exalting Wisdom Yang
berikut berasal dari Walk With God Devotional
A Higher Mind by
Chris Tiegreen
The Available Mind of God
The Obedient Mind of Man
Protective Wisdom
(Amsal 4: 1-9)
Janganlah
meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya (Amsal 4:6)
Hikmat dari atas melindungi.
Ayat ini jelas. Tetapi itu melindungi kita dari apa? Penyakit? Bencana?
Konflik? Mungkin tidak selalu, tetapi terkadang ini semua terjadi karena
pilihan-pilihan yang tidak bijaksana. Lebih dari segala sesuatu, himat dari
atas melindungi kita dari kemalangan yang diakibatkan oleh diri sendiri karena
keputusan-keputusan yang dangkal. Itu akan menghindarkan kita dari mengorbankan
diri kita kepada dewa kemauan sendiri.
Samson adalah seorang dari
pahlawan Alkitab yang paling tragis (Hakim-Hakim 13-16). Dipersembahkan dari
sebelum kelahirannya untuk pelayanan kepada Allah dan diberkati dengan kekuatan
supranatural, Samson tertawan pada dorongan-dorongan hatinya sendiri yang
berlalu dengan cepat. Pembebas ini diikat dan ditawan karena ia memperkembangkan
suatu pola yang memuaskan dorongan-dorongan hatinya dengan mengorbankan tujuan
jangka panjang.
Begitu juga dengan kita. Kita
dipanggil untuk membuat keputusan yang merobah kehidupan. Kepada siapa kita
kawin, karir apa yang kita kejar pada umur masih muda, ketika baru saja
diperlengkapi untuk membuat itu semua. Banyak orang telah memilih dengan bodoh
dan menghancurkan masa depan mereka dikarenakan oleh kurangnya hikmat. Dengan
seluruh sumber-sumber dari Allah yang kekal tersedia buat kita untuk digunakan
yang terbatas. Dan ketika kita bertambah tua, kita harus memilih pilhan-pilihan
yang berulang yang akan mempengaruhi hidup kita sendiri dan kehidupan dari
mereka yang berada disekitar kita secara mendalam. Makin cepat kita mempelajari
hikmat dari atas, makin aman kita ke depan. Hikmat melindungi kita dari
kesia-siaan.
Kita diberikan jumlah waktu yang
sangat singkat di bumi ini. Tetapi apa yang kita buat disini dapat mempunyai
suatu dampak yang kekal pada diri kita sendiri dan orang lain. Kita harus menginvestasikan
waktu kita. Kita harus menginvestasikan sumber-sumber kita. Kita harus
mengarahkan segala sesuatu yang tesedia bagi kita ke arah suatu kerajaan kekal.
Tanpa hikmat dari Allah, tahun-tahun dihamburkan dengan percuma. Kita membuat
pilihan-pilihan yang merusak diri sendiri. Kita menyia-nyiakan
kesempatan-kesempatan untuk melayani Allah dan menghasilkan buah yang kekal.
Mengapa kita seharusnya tidak
pernah mengabaikan hikmat? Karena hikmat adalah persoalan self defense. Itu
melindungi kita dari suatu dunia kejahatan, dan itu juga melindungi kita dari
diri kita sendiri.
Supreme Wisdom
(Amsal 4: 1-9)
Wisdom is
supreme; therefore get wisdom. Though if cost all you have get understanding (Proverbs 4: 7 NIV)
Permulaan hikmat
ialah, peroleh hikmat dan dengan segala yang kau peroleh perolehlah pengertian (Amsal 4:7)
Hikmat adalah suatu komoditi
yang jarang di dunia kita. Kita mempunyai banyak orang pintar, tetapi
sesungguhnya sedikit yang bijaksana. Dan budaya kita hampir tidak mengetahui
perbedaanya. Kita menghargai status, ketenaran, kekayaan, suatu reputasi yang
baik, persahabatan, dan pencapaian tidak semua buruk pada diri mereka sendiri.
Tetapi tidak ada dari mereka memuaskan kecuali dikendalikan dengan hikmat. Kita
harus mencari pengertian yang benar
pertama dan terutama, jika tidak, semua dari yang lain-lainnya menjadi berhala
belaka.
Hikmat adalah suatu pengertian
yang benar tentang dunia dan peran kita di dalamnya. Hikmat mengenal siapa
Allah, hikmat mengenal siapa kita, dan hikmat mengetahui kepentingan yang relatif dan segala hal. Itu
adalah suatu urutan yang benar dari prioritas-prioritas, mengutamakan kebenaran
dan karakter daripada kesenangan-kesenangan yang dangkal. Hikmat adalah
satu-satunya cara untuk dipuaskan secara benar dalam jangka panjang.
Sejarah berserakan dengan
raja-raja dan selebriti-selebriti yang kelihatan memperoleh itu semua. Tetapi
pada akhirnya mereka tidak memperoleh apa-apa. Mereka tidak mengenal Allah dan
membangun kehidupan mereka di atas kedangkalan-kedangkalan. Berkelimpahan
cerita dari orang-orang yang sedang sekarat di tempat tidur mereka, berharap
mereka dapat mengulangi itu semua lagi. Mereka sering dicemburui oleh setiap
orang kecuali diri mreka sendiri, karena mereka mengetahui kekosongan dan
kebohongan dari pencapaian duniawi. Mereka belajar bahwa segala sesuatu yang
mereka pikir akan memuaskan tetapi akhirnya tidak demikian.
Apakah anda puas dengan
kehidupan? Apakah anda berpikir bahwa prestasi berikut, gaji berikut, pekerjaan
berikut, hubungan berikut, apa saja yang berikut yang akhirnya akan membuat
anda puas? Berhenti dimana anda berada dan carilah hikmat di atas segala yang
lain. Buatlah itu menjadi prioritas anda yang dominan dalam hal mempelajari
siapa Allah, bagaimana Dia berhubungan dengan kita, dan apa yang Ia lakukan di
dalam dunia ini. Kemudian investasikan seluruh kehidupan anda pada apa yang
telah anda pelajari. Bahkan jika itu meminta seluruh kepunyaan anda, itu sangat
berguna. Hanya suatu kehidupan didasarkan pada pengertian semacam ini yang akan
memuaskan. Hanya hikmat dari atas yang dapat membuat segala sesuatu yang lain
berarti.
Exalting Wisdom
(Amsal 4: 1-9)
Junjunglah dia,
maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila
engkau memeluknya (Amsal 4: 8)
Kita semua merindukan kemuliaan dan kehormatan. Itu adalah suatu kerinduan
yang ditanam di dalam diri kita oleh Sang Pencipta yang gambar-Nya kita emban
dan yang hanya Diri-Nya Sendiri yang patut mendapat kemuliaan dan kehormatan.
Dan sesungguhnya ada satu cara di dunia ini yang kita bisa hidup untuk menerima
suatu mahkota. Tetapi bukan cara terbanyak orang pikir.
Naluri manusia mengatakan pada
kita untuk mencari suatu mahkota dengan menjunjung diri kita sendiri. Itu
mendorong kita untuk memanjat puncak dari tangga secara sosial, profesional,
emosional dan bahkan secara rohani semuanya tentang pencapaian. Hikmat dari
atas pada sisi lain, mengatakan kepada kita untuk menjadi rendah hati dan sadar
akan diri, tunduk pada suatu otoritas yang lebih tinggi dan menjadi seperti
Dia. Itu hampir tidak ada hubungan dengan pencapaian, itu semua tentang
karakter.
Perjuangan manusia adalah suatu
dinamika yang menarik. Ketika kita mencari diri, kita kehilangan diri. Ketika
kita mencari Allah, kita memperoleh Allah dan diri dan dengan Allah termasuk semua berkat-berkat-Nya. Yesus mengatakan itu
dengan baik : “Karena siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil,
ia akan menyelamatkannya”. (Matius 8:35)
Suatu bagian penting dari
mencari Allah adalah mencari hikmat-Nya. Mereka yang mau beruntuntung dari
berkat-berkat-Nya tetapi tidak mau membangun kehidupan mereka di atas
kebenaran-Nya adalah membodohi diri mereka sendiri. Mereka meminta sesuatu yang
tidak mungkin seperti manfaat dari kesehatan yang baik tanpa hikmat dari suatu
diet yang baik dan latihan, atau manfaat dari lulus dari suatu mata pelajaran
tanpa melakukan pekerjaan rumah. Allah tidak membangun kehidupan untuk bekerja
seperti itu. Ada berkat di dalam membangun di atas kebenaran-Nya.
Hikmat dari siapa yang membangun
fondasi kehidupan anda? Apakah dari milik anda sendiri? Anggota keluarga atau
teman? Suara kolektif dari budaya kita? Jika demikian mengapa? Dengan semua
hikmat Allah tersedia buat kita, mengapa membangun di atas bahan yang mutunya
kurang? Carilah hikmat Allah. Hargai dan peluklah itu, dan anda akan dijadikan
terhormat oleh satu-satunya Pribadi yang pikiran-Nya sangat berarti.
A Higher Mind
(I Korintus 2: 16)
Kami memiliki
pikiran Kristus (I Korintus 2: 16)
Pada pandangan pertama,
pernyataan Paulus dalam ayat hari ini adalah sombong. Itu tidak akan disukai
dalam budaya kita sekarang ini dipandang dari kebenaran secara politik. Itu
mungkin juga tidak disukai dalam budaya Korintus waktu itu, kecuali di dalam
gereja. Ada suatu kebenaran yang berharga dan suatu wahyu yang menakjubkan
dalam pernyatan itu.
Begitu juga dengan kita. Hampir
tidak dapat dipertimbangkan: Pikiran dari Kristus yang melalui-Nya seluruh alam
semesta diciptakan, sumber dari seluruh hikmat, tersedia buat kita. Kita tidak
terbatas pada pemikiran manusia. Kita tidak diikat oleh keterbatasan dari
pemikir-pemikir yang terhebat dalam sejarah, yang walaupun sering melewati
standard kecerdasan manusia, semuanya telah mengecewakan secara drastis untuk
menemukan kebenaran kekal dengan menggunakan alat-alat yang alamiah. Kita
mempunyai suatu jalan masuk secara supranatural ke realitas terakhir dari suatu
perspektif yang kekal. Kita mengetahui arah sejarah dan kemana itu sedang
menuju. Kita tahu bagaimana menghindarkan dunia yang telah jatuh ini, dan kita
tahu siapa yang memegang semua kuasa dalam telapak tangan kanan-Nya. Harta yang
berlimpah, tak terpahami ini adalah milik kita, jika kita mau menerimanya.
Itulah masalah kita. Kita sering
mengambil sumber-sumber hikmat yang kurang mutunya karena kita tidak sadar
bahwa pemikiran Kristus dapat diperoleh, atau kita tidak dapat mempercayai
suatu janji yang royal. Tetapi jika kita tidak dapat mempercayai itu, kita
tidak dapat memperolehnya. Pikiran Kristus bisa menjadi milik kita melalui Roh
Kudus, yang datang kepada kita melalui iman. Roh menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi dalam diri Allah (ayat 10) dan menyatakannya kepada umat-Nya.
Hal-hal demikian adalah kebodohan bagi dunia, tetapi walaupun demikian itu
semua adalah benar-kebenaran yang kita bisa ketahui dan mendasarkan hidup kita
padanya.
Anda mempunyai pikiran sendiri.
Anda juga mempunyai pikiran Kristus. Anda lebih suka bergantung pada yang mana?
Setiap hari mulai dengan mengingkari hikmat anda sendiri. Kita harus mengakui
bahwa kita tidak memiliki pengertian untuk mengambil keputusan-keputusan yang
kita hadapi setiap hari. Kita tidak mengetahui semua seluk beluk atau
dampak-dampak yang akan datang dari setiap keputusan. Tetapi Allah mengetahui
dan Dia membuat hikmat-Nya tersedia. Akuilah ketergantungan anda yang mutlak
pada pikiran Kristus, mintalah hikmat-Nya, dan percaya.
The Available Mind of God
(Yakobus 1: 2-7)
Tetapi apabila di
antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada
Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak
membangkit-bangkit-, maka hal itu akan diberikan kepadanya. (Yakobus 1:5)
Mengapa Allah mau menset suatu proses buat kit auntuk
memperoleh hikmat? Mengapa Ia tidak mau memberikan itu kepada kita begitu saja?
Karena meminta hikmat-Nya dan menerimanya membawa kita ke dalam hubungan dengan
Dia. Hikmat yang kita terima bukan informasi yang ditanamkan, tetapi karakter
yagn dipelajari. Kita mempelajari siapa Dia dan kita belajar berkelakuan
seperti Dia. Kita mulai mengerti Dia lebih baik dalam proses. Hikmat-Nya sudah
tersedia, tetapi kita harus minta.
Pernahkah anda mendapatkan diri anda memerlukan
tuntunan dalam suatu situasi yang tertentu? Kecondongan kita yang biasa adalah
berdoa untuk memperoleh arah (bimbingan). Tetapi Allah mempunyai suatu cara
yang lebih baik. Berdoa untuk memperoleh hikmat, dan arah akan menjadi jelas.
Seandainya kita harus berdoa untuk memperoleh arah, Allah akan hanya memberikan
jawaban dengan memberikan kita informasi. Tetapi jika berdoa untuk memperoleh
hikmat, Allah menjawab dengan memberikan kita pikiran-Nya.
Kita condong datang kepada Allah untuk memperoleh
hikmat hanya ketika kita menemukan diri kita dalam suatu kesulitan. Tetapi itu
sama sekali tidak menjadi suatu permintaan yang hanya satu kali disuatu momen
dari kebutuhan. Ayat hari ini menginsyaratkan pada suatu proses yagn terus
menerus. Bukannya kita meminta hikmat setiap hari karena kita akan menemukan
diri kita kehabisan akal cepat atau lambat. Persediaan Allah akan pikiriran-Nya
sering diberikan dimuka. Itu lebih daripada instruksi-instruksi untuk suatu cara yang akan dijalankan. Itu adalah
latihan untuk suatu cara tentang
kehidupan.
Apakah anda memerlukan arah? Tuntunan? Hikmat dari atas? Langkah yagn sangat
penting, sering dilalaikan, yaitu meminta. Begitu sering kita mencoba memahami
hal-hal secara sendirian! Begitu sering kita meminta saran pada orang lain
sebelum kita meminta kepada Allah! Mintalah pada-Nya sekarang. Mintalah
sesegera mungkin. Buatlah permintaan
sebagai suatu bagian yang tetap pada kehidupan anda. Jangan
menunggu sampai kesulitan datang;
belajarlah pikiran Allah sekarang! Dia menawarkan itu dengan murah hati.
The Obedient Mind of Man
(Yakobus 1: 2-7)
Hendaklah ia
memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimgbang, sebab orang yang
bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh
angin .(Yakobus 1:6)
Kita mudah sekali melupakan persyaratan sebelum
janji. Seperti ayat hari ini mengatakan kepada kita, hadiah yang royal dari
hikmat-Nya Allah hanya diberikan bila syarat sebelumnya dipenuhi. Ketika kita
meminta, kita harus percaya. Jika tidak, hikmat-Nya tidak akan datang.
Apa yang Allah maksudkan dengan mengharuskan
kepercayaan kita? Apakah itu satu-satunya bahwa kita harus percaya dulu baru Ia
akan menjawab kita? Itu adalah memang demikian, tetapi lebih lagi, kita harus
percaya – lebih dulu- bahwa apa yang Ia
katakan kepada kita adalah hikmat untuk dituruti. Kita harus ikut serta
memperhatikan instruk-instruksi-Nya sebelum Ia memberikan itu semua. Jika kita
tidak ikut serta, Ia tidak akan menjawab. Jika kita tidak bermaksud dalam hati
kita untuk melakukan kehendak-Nya, kita tidak akan pernah menemukannya.
Banyak orang Kristen meminta hikmat Allah sebagai pilihan
untuk menambahkan dalam campuran (adonan). Itu menjadi salah satu kemungkinan
diantara suatu jajanan yang banyak. Jika kita hanya meminta saran-Nya, Ia tidak
akan memberikannya. Ia hanya memberikan solusi-solusi untuk dilaksanakan, bukan
saran (usul) untuk dipertimbangkan. Tanggung jawab untuk melakukan datang
duluan. Pikiran Allah diberikan kepada kita dengan murah hati, tetapi hanya
kita yang mau menaati. Itu bukan suatu barang belanjaan (dagangan). Itu tidak
terdapat bersama dengan suatu kebijakan pengembalian barang yang telah dibeli.
Meminta kehendak Allah sebagai suatu pilihan untuk
dipertimbangkan dari pada suatu perintah untuk ditaati adalah menempatkan
intelek kita di atas pengetahuan-Nya. Kita meletakkan diri kita pada posisi
sebagai orang yang berwenang. Tetapi Ia tidak akan berhubungan dengan kita
secara demikian. Tuhanlah yang berwenang. Ketika Ia berkata, tidak ada pilihan
lebih baik. Pencipta yang maha tahu tidak menawarkan pada kita suatu rencana
yang bermutu kelas dua. Petunjuk-Nya yang pertama adalah selalu yang benar.
Apakah anda meminta pada Allah akan hikmat-Nya dengan
suatu ketetapan hati untuk menaati-Nya? Jika tidak, jangan mengharapkan itu
datang. Hati anda hanya akan diombang-ambingkan seperti suatu gelombang di
dalam badai. Tetapi jika hati anda mau menuruti jalan-Nya, jalan-Nya akan mudah
ditemukan. Allah memberikan pikiran-Nya sebagai jawaban atas iman kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar