Ayat 5:
Ayat 3 dan 4 menunjukkan bahwa Allah telah
memberikan kepada kita semua yang diperlukan untuk kehidupan ilahi. Tuhan tidak
membuat kita kudus tanpa menyertakan kehendak kita atau tanpa keterlibatan
kita. Harus ada keinginan, tekad, dan disiplin dipihak kita.
Dalam
pengembangan karakter Kristen Petrus mengasumsikan orang percaya telah memiliki
iman. Bagaimanapun, ia menulis kepada orang-orang Kristen – kepada mereka yang
telah menjalankan iman yang menyelamatkan di dalam Tuhan Yesus. Jadi dia tidak
menyuruh mereka untuk menambahkan iman; dia berasumsi bahwa mereka sudah
memilikinya.
Apa
yang diperlukan adalah bahwa iman dilengkapi dengan tujuh unsur kekudusan, tidak menambahkan ini satu demi satu, tetapi
memanifestasikan semua anugerah sepanjang waktu.
Ayah
Ton Olson biasa membacakan bagian itu untuk putranya sebagai berikut:
Tambahkan pada iman Anda kebajikan atau
keberanian Daud; dan untuk keberanian Daud, pengetahuan Salomo; dan pengetahuan
Salomo, kesabaran Ayub; dan kesabaran Ayub, kesalehan Daniel; dan kesalehan
Daniel, kasih persaudaraan Yonatan; dan kasih persaudaraan Yonatan, kasih
Yohanes.
Karakteristik
pertama adalah kebajikan (virtue).
Ini mungkin kesalehan, kebaikan hidup, atau keunggulan moral, meskipun ini
tampaknya kemudian dibahas oleh kata “kesalehan” (godliness). Mungkin juga
kebajikan di sini berarti keberanian spiritual dalam menghadapi dunia yang
bermusuhan, kekuatan untuk membela apa yang benar. Keberanian harus dilengkapi
dengan pengetahuan (knowledge),
terutama pengetahuan tentang kebenaran spiritual. Ini menekankan pentingnya
mempelajari firman Allah dan mematuhi ajaran-ajaran sucinya.
Ayat 6: Tuhan memanggil setiap orang Kristen
untuk hidup disiplin atau penguasaan
diri (self-control). Seseorang telah mendefinisikan ini sebagai kekuatan
pengendalian kehendak di bawah kerja Roh Kudus. Harus ada disiplin dalam doa,
disiplin dalam mempelajari Alkitab, disiplin dalam penggunaan waktu, disiplin
dalam menahan nafsu tubuh, disiplin dalam hidup berkorban. Pengendalian diri
kita harus dilengkapi dengan ketekunan
(perseverance), yaitu kesabaran dalam menghadapi penderitaan. Kita perlu
selalu diingatkan bahwa kehidupan Kristen adalah tantangan yang harus dihadapi.
Tidaklah cukup untuk memulai dengan kemuliaan , kita harus bertahan meskipun
ada kesulitan. Dalam kehidupan ada rutinitas sehari-hari, tugas yang bersifat
mekanistis, keadaan yang mengecewakan, kesedihan yang pahit, rencana yang
hancur. Ketekunan adalah seni bertahan dan maju menghadapi semua yang tampaknya
menentang kita.
Kebajikan
berikutnya adalah kesalehan (godliness).
Hidup kita harus seperti Tuhan, dengan segala sarananya di jalan kekudusan yang
praktis. Harus ada kualitas supranatural dalam prilaku kita sehingga orang lain
akan tahu bahwa kita adalah anak-anak Bapa surgawi. Paulus mengingatkan kita,
“Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (godliness) itu berguna dalam
segala hal, karena mengandung janji,
baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang” (1 Timotius 4:8).
Ayat 7: Kasih persaudaraan (brotherly
kindness)
mengidentifikasi kita kepada dunia sebagai murid-murid Kristus: “Dengan
demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau
kamu saling mengashi” (Yohanes 13:35). Kasih antar saudara menuntun pada kasih akan semua orang (love). Ini
bukan terutama masalah emosi tetapi tentang kemauan (will). Ini bukan
kegembiraan sentimental untuk mengalami tetapi sebuah perintah untuk dipatuhi.
Dalam pengertian PB, kasih itu supranatural. Orang yang tidak percaya tidak
dapat mengasihi seperti yang diperintahkan
Alkitab karena dia tidak memiliki kehidupan ilahi. Dibutuhkan kehidupan
ilahi untuk mencintai musuh dan berdoa bagi para penganiaya. Kasih
memanifestasikan dirinya dalam memberi. Misalnya, “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). “Kristus juga mengasih jemaat (gereja) dan
telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25b). Kita dapat menunjukkan
kasih kita dengan memberikan waktu, talenta, dan hidup kita untuk orang lain.
Ketujuh
anugerah ini membuat karakter Kristen yang utuh.
Ayat 8-9: Ada kemajuan atau kemunduran dalam jalur
pemuridan – tidak ada yang berhenti. Ada kekuatan dan keamanan dalam bergerak
maju; juga ada bahaya dan kegagalan dalam gerak mundur. Untuk menguraikan ayat-ayat
ini kita akan melihat dalam alkitab bahasa Inggris (NKJV), “For these things
are yours and abound, you will be neither
barren nor unfruitful in the
knowledge of our Lord Jesus Christ. For he who lacks these things is shortsighted, even to blindness, and has forgotten that he was cleansed from his old sins”.
Kegagalan
untuk bertekun dalam pengembangan karakter Kristen menyebabkan kemandulan (barren), tidak berbuah
(unfruitful), rabun jauh (shortsighted), kebutaan (blindness) dan pelupa (forgotten).
Kemandulan (barrenness).
Hanya kehidupan yang dijalani dalam
persekutuan dengan Tuhan yang dapat benar-benar efektif. Bimbingan Roh Kudus
menghilangkan aktivitas yang mandul dan menjamin efesiensi maksimum. Jika
tidak, kita tidak akan berhasil.
Tidak berbuah (unfruitfulness).
Adalah
mungkin untuk memiliki pengetahuan yang cukup tetang Tuhan Yesus Kristus namun
tidak berbuah dalam pengetahuan itu. Kegagalan untuk mempraktekkan apa yang
kita ketahui mengarah kepada kemandulan. Aliran masuk tanpa keluar jadi seperti
Laut Mati yang tidak ada kehidupan, dan juga mematikan produktivitas di dalam
spiritual.
Rabun jauh (shortsightedness).
Ada berbagai tingkat gangguan
penglihatan yang disebut sebagai kebutaan. Rabun jauh (berpandangan pendek) di
sini menentukan bentuk kebutaan di mana manusia hidup untuk masa kini daripada
masa depan. Dia begitu sibuk dengan hal-hal material sehingga dia mengabaikan
spiritual.
Kebutaan (blindness).
Siapa
pun yang tidak memiliki tujuh karakteristik yang tercantum dalam ayat 5-7
adalah buta. Dia tidak menyadari apa yang sentral dalam hidup. Dia tidak
memiliki pemahaman tentang nilai-nilai
spiritual yang sejati. Dia hidup dalam bayangan yang gelap.
Kelupaan (forgetfulness).
Akhirnya, orang yang tidak memiliki
tujuh kebajikan telah lupa bahwa dia telah dibersihkan dari dosa-dosa lamanya.
Kebenaran penebusannya telah kehilangan pegangannya. Dia akan kembali ke arah
dari mana dia pernah diselamatkan. Dia mempermainkan dosa yang menyebabkan
kematian Anak Allah.
Ayat 10: Dan Petrus mendesak para pembacanya untuk mengkonfirmasi panggilan (call) dan pemilihan (election) mereka. Ini adalah dua segi dari rencana keselamatan Allah. Pemilihan (election) mengacu pada pilihan-Nya yang berdaulat dan kekal bagi individu-individu untuk menjadi milik-Nya. Panggilan (call) mengacu pada tindakan-Nya dalam waktu di mana pilihan menjadi jelas. Pemilihan kita terjadi sebelum dunia dijadikan, panggilan kita terjadi ketika kita bertobat. Secara kronologis, ada pemilihan dulu, baru panggilan. Tetapi dalam pengalaman manusia pertama-tama kita menjadi sadar akan panggilan-Nya, kemudian kita menyadari bahwa kita dipilih di dalam Kristus dari kekekalan.
Kita
tidak dapat membuat panggilan dan pemilihan kita lebih pasti daripada yang
sudah ada; tujuan kekal Allah tidak
pernah dapat digagalkan. Tetapi kita dapat meneguhkannya dengan bertumbuh dalam
keserupaan dengan Tuhan. Dengan memanifestasikan buah Roh, kita dapat memberikan
bukti yang tidak salah lagi bahwa kita benar-benar milik-Nya. Kehidupan suci
membuktikan realitas keselamatan kita.
Menjalani
hidup yang kudus akan menjauhkan kita dari tersandung. Ini bukan masalah jatuh
ke dalam kebinasaan abadi; pekerjaan Kristus telah membebaskan kita dari itu. Sebaliknya,
ini merujuk pada kegagalan dalam dosa, aib, atau tidak digunakan. Jika kita
gagal maju dalam hal-hal ilahi, kita berada dalam bahaya menghancurkan hidup
kita. Tetapi jika kita berjalan dalam Roh, kita akan terhindar dari
diskualifikasi untuk pelayanan-Nya. Tuhan menjaga orang Kristen yang bergerak
maju untuk-Nya. Bahayanya terletak pada kemalasan dan kebutaan rohani.
Decroly Sakul - September 2021
Virginia USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar