(Yakobus 1:1-8) Sesi 1
1:1 Salam dari Yakobus, a hamba Allah b dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku c di perantauan. d e
1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan , 1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat , hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya. 1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. 1:7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. 1:8 Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=yakobus%201:1-8
Perpetua & Felicitas
Vibia Perpetua Felicitas
·
22
tahun (ca. 203 M) -
Seorang budak
·
Terpelajar -
Sedang hamil
·
Dari
keluarga terhormat
·
Baru
menikah
·
Sedang
menyusui bayinya
Perpetua & Felicitas
·
Adalah
katekumen (murid yang belum dibaptis)
Ragam Penderitaan
Ø Aspek hidup manusia: fisik dan mental (emosional, psikologis), individual dan sosial.
Ø Sifat (Ray Ortlund):
-
Deserved (pantas)
-
Innocent (tidak bersalah)
-
Righteous (benar)
Ø 10 macam penderitaan Alkitab (Ps John Ludovina & Garrison Weiner)
1. Creation suffering 6. Collective suffering
2. Grief suffering 7. Preventive/discipline suffering
3. Consequential suffering 8. Holiness suffering
4. Victim suffering 9. Opposition suffering
5. Emphatetic suffering 10. Missional suffering
Apa bedanya sikap
orang Kristen/beriman dari orang lain ketika menghadapi penderitaan?
Yakobus 1:2-4,
2. Saudara-saudara, anggaplah sebagai
suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
3. sebab kamu tahu, bahwa ujian
terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
4. Dan biarkanlah ketekunan itu
memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak
kekurangan suatu apa pun.
APA? Konteks:
Apa yang dimaksud dengan “…… Ay. 1 (kedua
belas suku di perantauan/
Jatuh ke dalam berbagai-bagai diaspora) –
Kematian Stefanus
Pencobaan? *
Penganiayaan karena mereka hanya
Penderitaan macam apakah ini? Menyembah satu Allah
(menolak ilah-ilah Romawi, termasuk
kaisar)
*”Jatuh
ke dalam” ~ “dikelilingi oleh”
*”Berbagai-bagai”
~ frekwensi, ragam.
·
Kis. 8:1, “Pada waktu itu mulailah
penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali
rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.”
· Kis. 11:19, “Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenesia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.”
PERINTAH
“Anggaplah (pengalaman penderitaan) * “Anggaplah”
~ “pertimbangkan,
Sebagai suatu kebahagiaan.” pikirkan,pandanglah.”
*”Kebahagiaan”
~ “sukacita”
*
Cara pandang Kristen terhadap
penderitaan berbeda dari
yang lain.
ALASAN DAN TUJUAN
Filsafat (mis.:
Epicureanisme &Stoicism) dan agama (mis.: Buddhism & Hinduism)
memandang penderitaan sebagai bagian hidup yang harus diatasi (dihindari)
dengan usaha manusia (Pengembangan pengertian atau cara pandang)
Kekristenan memandang penderitaan sebagai bagian hidup yang sudah jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah berkuasa atasnya dan berkenan menggunakannya untuk tujuan yang mulia dan kekal.
Dunia: Penderitaan meniadakan sukacita, tidak bernilai kekal, musuh pertumbuhan rohani.
Kekristenan: Penderitaan (di tangan Allah) mendatangkan sukacita ilahi, bernilai kekal, konteks/sarana pertumbuhan rohani.
Ø Mazmur 119:67, “Sebelum aku tertindas aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang
pada janji-Mu
Ø Mazmur 119:71, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar
ketetapan-ketetapan-Mu
Bagaimana mungkin bersukacita dalam penderitaan?
·
Roma 8:26-28, “Demikian juga Roh membantu kita
dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;
tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang
tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh
itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang
kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
·
Roma 8:38-39, “Sebab aku yakin, baik maut, maupun
hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada
sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun
yang di bawah, ataupun sesuatu mahluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita
dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
·
1 Korintus 10:13, “Pencobaan-pencobaan yang kamu
alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
Kita bukan bersukacita karena penderitaan pada dirinya sendiri, tetapi karena:
1) Sang Imanuel menyertai
2) Sang El-Shaddai menolong, dan
3) Sang Penjunan memperindah kita
Bersukacita dalam penderitaan adalah buah Roh
Kudus yang diberikan karena kita sinkron dengan kehendak Tuhan, berada di jalan
Tuhan.
(SESI 2)
“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan………supaya kamu menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apa pun” (Yak. 1:2,3a).
·
“Tahu” à “mengenal (personal)” à cara kerja Tuhan
·
Penderitaan
adalah bukan untuk mematikan iman, tapi “ujian iman.”
·
Buah
ujian iman: “ketekunan.”
·
Tujuan:
“menjadi sempurna utuh, tak kekurangan apa pun”
·
Penderitaan
Kristen bukan “virus” yang mematikan, tetapi “vaksin” yang menguatkan!
Roma 5:3-5, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan , karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”
1 Petrus 1:7, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”
2 Korintus 4:7-9, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.”
2 Korintus 4:16-17, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot , namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan
kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan
kami.”
Ø Pertumbuhan iman sejati tidak pernah di zona nyaman!
Matius 4:18-22 àMari ikutlah Aku
Ø Jesus has many who love His Kingdom in Heaven, but few who bear His cross (Luke 14:27). He has many who desire comfort, but few who desire suffering. He finds many to share His feast, but few His fasting. All desire to rejoice with Him, but few are willing to suffer for His sake. Many follow Jesus to the breaking of bread, but few to the drinking of the cup of His passion. Many admire His miracles, but few follow Him in the humiliation of His cross. Many love Jesus as long as no hardship touches them…
(Yesus memiliki banyak orang yang
mencintai Kerajaan-Nya di sorga, tetapi sedikit yang memikul salib-Nya (Lukas
14:27). Dia memiliki banyak orang yang menginginkan kenyamanan, tetapi sedikit
yang menginginkan penderitaan. Dia menemukan banyak untuk berbagi pesta-Nya,
tetapi sedikit yang berbagi puasa-Nya. Semua ingin bersukacita bersama Dia,
tetapi hanya sedikit yang mau menderita demi Dia. Banyak yang mengikuti Yesus
untuk memecahkan roti, tetapi sedikit untuk minum dari cawan sengsara-Nya.
Banyak yang mengagumi mujizat-Nya, tetapi sedikit yang mengikuti-Nya dalam
kehinaan dari salib-Nya. Banyak yang mencintai Yesus selama tidak ada kesulitan
yang menyentuh mereka….)
Thomas a Kempis, Imitation of Christ
Mintahlah HIKMAT
“Tetapi
apabila di antara kamu ada yang
kekurangan hikmat, hendaknya ia memintakannya
kepada Allah, - yang memberikan kepada
semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya”
(Yakobus 1:5).
Siapa yang meminta?
“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat…”
·
Siapa
saja yang kekurangan hikmat!
·
Mereka
yang mengalami kesulitan mengenal, menghayati, dan menghadapi penderitaan
sebagaimana yang Tuhan kehendaki
·
Mereka
yang lebih dikuasai oleh ketakutan dan kesakitan ketimbang oleh Allah sendiri
Apa yang diminta?
“…hendaklah ia memintanya kepada Allah…’
·
“…minta
hikmat dari Allah” àhikmat Allah
·
Amsal 2:6, “Karena TUHANlah yang memberikan
hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.”
Hikmat: pengetahuan/kepandaian
sorgawi, kebenaran Tuhan yang bernilai kekal.
·
Amsal 9:10 – hikmat: takut akan Tuhan, pengenalan
(relasional) akan Allah
·
Hikmat:
menghidupi kebenaran, keterampilan menerapkan kebenaran dalam konteks hidup
Mengapa perintah meminta kepada Allah?
“…yang memberikan kepada semua orang
dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan
diberikan kepadanya.”
·
Karena
manusia tidak punya inisiatif untuk menginginkan hikmat Allah
·
Karena
tanpa hikmat Allah, orang salah paham terhadap penderitaan
·
Karena
meminta adalah wujud iman (percaya) kepada Allah
·
Karena
Allah berjanji akan memberi kepada yang meminta
Bagaimana Allah memberi hikmat?
·
“kepada
semua orang” (yang meminta)
·
Dengan
murah hati (generous; true love is superfluous)
·
Dengan
“tidak membangkit-bangkit” (Yunani: oneidizo: to disgrace, insult, cast blame,
mock) – tidak merendahkan, menghina, mengungkit-ungkit kesalahan.
·
Lewat
apa? Firman Tuhan dan komunitas orang beriman
Kolose 3:16,
“Hendaklah perkataan Kristus diam
dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang
akan yang lain…”
Meminta dalam iman (bukan bimbang)
“Hendaklah ia memintanya dalam iman dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut,
yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu
dari Tuhan. Sebab orang yang mendua
hati tidak akan tenang dalam hidupnya” (Yakobus 1:6-8).
IMAN
·
Iman
Alkitabiah terdiri dari 3 aspek: notitia (pengenalan), assensus (persetujuan)
dan fiducia (penyerahan diri).
·
Meminta
dalam iman bukan meminta “untung-untungan” (spekulatif), “diberi Ok, nggak
diberi ya nggak apa-apa”
·
Memintas dalam iman berarti meminta karena kita percaya
kepada Allah
Amsal 3:12, “Karena
TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada
anak-anak yang disayangi.” à mengenal Allah, setuju dengan cara kerja-Nya,
berserah kepada kedaulatan dan keputusan-Nya.
BIMBANG
·
“bimbang” (Yunani: diakrino à judging, back-and-forth,
discriminating, overjuding, doubt, hesistate). Dalam konteks Yakobus 1:6,
mempertimbangkan berlebihan, meragukan Allah
·
“Mendua hati” (Yunani: dipsuchos à two souled, double-minded,
spiritual schizophrenia)
Hati /pikirannya bercabang, tidak
stabil – tidak akan tenang hidupnya (ayat 8)
“Orang yang demikian (meminta dengan
bimbang) janganlah mengira, bahwa akan menerima sesuatu dari Tuhan” (Yak 1:7).
Mengapa?
·
Meminta
dalam iman adalah masalah relasi
·
Allah
mendengar doa dalam iman, bukan dalam kebimbangan, manipulative, transaksional
KONKLUSI
·
Di
tangan Allah, penderitaan bukan tujuan akhir atau penghancur iman
·
Sebaliknya,
penderitaan adalah petunjuk kepada Allah dan pemurni iman
·
Emas
tidak takut api, api hanya akan memurnikannya
Filipi 3:10-11, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kau menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”
COMPLAINING
Amsal 19:3,
“Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN.”
Ini
adalah masalah umum. Ketika keadaan menjadi buruk bagi kita, kita mulai
menyalahkan Tuhan seolah-olah Dia adalah sumber semua masalah. Seperti Adam di
Taman Eden, ia berkata, “itu adalah perempuan yang Engkau berikan kepadaku, “
melupakan selama ini bahwa tidak ada yang menyuruh dia makan buah itu.
Mengeluh merupakan kontraproduktif dalam
banyak hal:
Pertama, itu
bisa membuat kita melawan Tuhan dan menghalangi aliran berkat-Nya ke dalam
hidup kita.
Kedua, hal
itu dapat menyebabkan kita menyalahkan orang lain alih-alih mencari sumber
masalah kita ke dalam.
Ketiga, hal
itu dapat menyebabkan kita kehilangan pelajaran yang Tuhan coba ajarkan kepada
kita melalui kesulitan yang kita hadapi.
Masa-masa
sulit memberikan beberapa pelajaran terpenting dari pertumbuhan rohani.
Beberapa tahun yang lalu seorang teman membagikan pernyataan yang merevolusi
pemikiran saya di bidang ini. Ini tampak sederhana: “Ketika masa-masa sulit
datang, jadilah murid (a student),
bukan korban (a victim).” Semakin
saya merenungkan kata-kata itu, semangkin dalam tampaknya. Banyak orang
menjalani hidup sebagai korban professional, selalu berbicara tentang betapa
tidak adilnya hidup ini.
·
Seorang
korban (a victim) berkata, “Mengapa ini terjadi pada saya?”
Seorang murid (a student) berkata,
“Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”
·
Seorang
korban menyalahkan orang lain atas masalahnya.
Seorang murid bertanya, Berapa
banyak dari masalah ini yang menyebakan kebaikan untuk diri saya sendiri?
·
Seorang korban melihat orang lain dan
berteriak, “Hidup ini tidak adil.”
Seorang murid melihat kehidupan dan
berkata, “Apa yang terjadi pada saya bisa terjadi pada siapa saja.”
·
Seoran
korban percaya bahwa masa-masa sulit telah datang karena Tuhan sedang mencoba
untuk menghukumnya.
Seorang murid memahami bahwa Tuhan
mengijinkan masa-masa sulit untuk membantuhnya tumbuh.
·
Seorang
korban lebih suka mengeluh dari pada mencari solusi.
Seorang murid tidak punya waktu
untuk mengeluh karena dia sibuk memanfaatkan situasinya dengan baik.
·
Seorang
korban percaya bahwa tumpukan kehidupan selamanya ditumpuk melawannya.
Seorang murid percaya bahwa Tuhan
dapat mengatur tumpukan kehidupan kapan saja Dia mau.
·
Seorang
korban merasa sangat kasihan pada dirinya sendiri (self-pity) sehingga dia
tidak punya waktu untuk orang lain.
Seorang murid berfokus untuk
membantu orang lain sehingga dia tidak punya waktu untuk mengasihani dirinya
sendiri.
·
Seorang
korban memohon kepada Tuhan untuk menghapus semua masalah hidup agar dia
bahagia.
Seorang murid telah belajar melalui
masalah-masalah kehidupan bahwa hanya Tuhanlah sumber dari semua kebahagiaan
sejati.
·
Para
Korban (victims) khawatir tentang apa
yang orang lain pikirkan tentang mereka.
Para murid (students) tahu bahwa
satu-satunya hal yang penting adalah apa yang Tuhan pikirkan tentang mereka.
·
Para
korban tertatih-tatih menjalani hidup, mengeluh tentang beban berat mereka.
Para murid berlomba menuju garis
finis, mencari hadiah mereka.
Banyak hal terjadi pada kita di luar kendali kita. Dalam hal ini,
kita semua adalah korban dari keadaan yang tak terduga. Sayangnya, beberapa
orang tidak pernah naik di atas mode korban. Tapi tidak harus seperti itu. Kita
memiliki kesempatan untuk memilih cara
kita menananggapi hal-hal yang terjadi pada kita. Atas anugerah Allah, kita bisa memutuskan utuk menjadi murid, bukan
korban, saati kita menghadapi ujian dan cobaan hidup.
DOA: Ya Tuhan, tolonglah saya untuk menjadi seorang murid dan bukan korban hari ini. AMIN.
Apakah Anda seorang pengeluh (a complainer)? Apa yang akan teman-teman Anda katakan? Dalam bidang kehidupan apa Anda paling tergoda untuk menjadi korban? Apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadi murid?
(Ray Pritchard – Tha ABC’S of
Wisdom)
WHEN HARD TIMES
COME
BE A STUDENT
NOT
A VICTIM
Decroly Sakul - Virginia Maret 2022
Caption fr FB

Tidak ada komentar:
Posting Komentar