Arsip Blog

Rabu, 30 Maret 2022

MENGHADAPI PENDERITAAN DENGAN HIKMAT DAN IMAN

 (Yakobus 1:1-8) Sesi 1

Salam

1:1 Salam dari Yakobus, a  hamba Allah b  dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku c  di perantauan. d  e 

Iman dan hikmat

1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan  ,   1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu   itu menghasilkan ketekunan.   1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,   supaya kamu menjadi sempurna   dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat  , hendaklah ia memintakannya kepada Allah,   --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya.  1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang,  sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. 1:7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. 1:8 Sebab orang yang mendua hati   tidak akan tenang  dalam hidupnya.

https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=yakobus%201:1-8

 Perpetua & Felicitas                                                                      

Vibia Perpetua                                                                                  Felicitas

·         22 tahun (ca. 203 M)                                                      - Seorang budak

·         Terpelajar                                                                           - Sedang hamil

·         Dari keluarga terhormat

·         Baru menikah

·         Sedang menyusui bayinya

 Perpetua & Felicitas

·         Adalah katekumen (murid yang belum dibaptis)

 Ragam Penderitaan

Ø  Aspek hidup manusia: fisik dan mental (emosional, psikologis), individual dan sosial.

Ø  Sifat (Ray Ortlund):

-          Deserved (pantas)

-          Innocent (tidak bersalah)

-          Righteous (benar)

Ø  10 macam penderitaan Alkitab (Ps John Ludovina & Garrison Weiner)

1.       Creation suffering                                    6.   Collective suffering

2.       Grief suffering                                           7.    Preventive/discipline suffering

3.       Consequential suffering                        8.    Holiness suffering

4.       Victim suffering                                        9.    Opposition suffering

5.       Emphatetic suffering                              10.   Missional suffering

Apa bedanya sikap orang Kristen/beriman dari orang lain ketika menghadapi penderitaan?

 Yakobus 1:2-4,

2. Saudara-saudara, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,

3. sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

4. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.

 

APA?                                                                                     Konteks:

Apa yang dimaksud dengan “……                                Ay. 1 (kedua belas suku di perantauan/                 

Jatuh ke dalam berbagai-bagai                                   diaspora) – Kematian Stefanus                                  

Pencobaan?                                                                       * Penganiayaan karena mereka hanya

Penderitaan macam apakah ini?                                   Menyembah satu Allah

                                                                                                   (menolak ilah-ilah Romawi, termasuk

                                                                                                   kaisar)

                                                                                *”Jatuh ke dalam” ~ “dikelilingi oleh”

                                                                                *”Berbagai-bagai” ~ frekwensi, ragam.

 

·         Kis. 8:1, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.”

 ·         Kis. 11:19, “Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenesia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.”

 PERINTAH

“Anggaplah (pengalaman penderitaan)                                  * “Anggaplah” ~ “pertimbangkan,

Sebagai suatu kebahagiaan.”                                                          pikirkan,pandanglah.”

                                                                                                *”Kebahagiaan” ~ “sukacita”

                                                                                                * Cara pandang Kristen terhadap

                                                                                                    penderitaan berbeda dari

                                                                                                    yang lain.

 ALASAN DAN TUJUAN

Filsafat (mis.: Epicureanisme &Stoicism) dan agama (mis.: Buddhism & Hinduism) memandang penderitaan sebagai bagian hidup yang harus diatasi (dihindari) dengan usaha manusia (Pengembangan pengertian atau cara pandang)

 Kekristenan memandang penderitaan sebagai bagian hidup yang sudah jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah berkuasa atasnya dan berkenan menggunakannya untuk tujuan yang mulia dan kekal.

 Dunia: Penderitaan meniadakan sukacita, tidak bernilai kekal, musuh pertumbuhan rohani.

 Kekristenan: Penderitaan (di tangan Allah) mendatangkan sukacita ilahi, bernilai kekal, konteks/sarana pertumbuhan rohani.

Ø  Mazmur 119:67, “Sebelum aku tertindas aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu

Ø  Mazmur 119:71, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu

 Bagaimana mungkin bersukacita dalam penderitaan?

·         Roma 8:26-28, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

·         Roma 8:38-39, “Sebab aku yakin, baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu mahluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

·         1 Korintus 10:13, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

 Kita bukan bersukacita karena penderitaan pada dirinya sendiri, tetapi karena:

1)      Sang Imanuel menyertai

2)      Sang El-Shaddai menolong, dan

3)      Sang Penjunan memperindah kita

Bersukacita dalam penderitaan adalah buah Roh Kudus yang diberikan karena kita sinkron dengan kehendak Tuhan, berada di jalan Tuhan.

(SESI 2)

 “Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan………supaya kamu menjadi sempurna, utuh dan tak kekurangan suatu apa pun” (Yak. 1:2,3a).

·         “Tahu” à “mengenal (personal)” à cara kerja Tuhan

·         Penderitaan adalah bukan untuk mematikan iman, tapi “ujian iman.”

·         Buah ujian iman: “ketekunan.”

·         Tujuan: “menjadi sempurna utuh, tak kekurangan apa pun”

·         Penderitaan Kristen bukan “virus” yang mematikan, tetapi “vaksin” yang menguatkan!

 Roma 5:3-5, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan , karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”

 1 Petrus 1:7, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”

 2 Korintus 4:7-9, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.”

2 Korintus 4:16-17, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot , namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.”

 Ø  Pertumbuhan iman sejati tidak pernah di zona nyaman!

 Matius 4:18-22 àMari ikutlah Aku

 Ø  Jesus has many who love His Kingdom in Heaven, but few who bear His cross (Luke 14:27). He has many who desire comfort, but few who desire suffering. He finds many to share His feast, but few His fasting. All desire to rejoice with Him, but few are willing to suffer for His sake. Many follow Jesus to the breaking of bread, but few to the drinking of the cup of His  passion. Many admire His miracles, but few follow Him in the humiliation of His cross. Many love Jesus as long as no hardship touches them…

(Yesus memiliki banyak orang yang mencintai Kerajaan-Nya di sorga, tetapi sedikit yang memikul salib-Nya (Lukas 14:27). Dia memiliki banyak orang yang menginginkan kenyamanan, tetapi sedikit yang menginginkan penderitaan. Dia menemukan banyak untuk berbagi pesta-Nya, tetapi sedikit yang berbagi puasa-Nya. Semua ingin bersukacita bersama Dia, tetapi hanya sedikit yang mau menderita demi Dia. Banyak yang mengikuti Yesus untuk memecahkan roti, tetapi sedikit untuk minum dari cawan sengsara-Nya. Banyak yang mengagumi mujizat-Nya, tetapi sedikit yang mengikuti-Nya dalam kehinaan dari salib-Nya. Banyak yang mencintai Yesus selama tidak ada kesulitan yang menyentuh mereka….)

Thomas a Kempis, Imitation of Christ

 

 

Mintahlah HIKMAT

                “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaknya ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5).

 Siapa yang meminta?

“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat…”

·         Siapa saja yang kekurangan hikmat!

·         Mereka yang mengalami kesulitan mengenal, menghayati, dan menghadapi penderitaan sebagaimana yang Tuhan kehendaki

·         Mereka yang lebih dikuasai oleh ketakutan dan kesakitan ketimbang oleh Allah sendiri

 Apa yang diminta?

“…hendaklah ia memintanya kepada Allah…’

·         “…minta hikmat dari Allah” àhikmat Allah

·         Amsal 2:6, “Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.”

Hikmat: pengetahuan/kepandaian sorgawi, kebenaran Tuhan yang bernilai kekal.

·         Amsal 9:10 – hikmat: takut akan Tuhan, pengenalan (relasional) akan Allah

·         Hikmat: menghidupi kebenaran, keterampilan menerapkan kebenaran dalam konteks hidup

 Mengapa perintah meminta kepada Allah?

“…yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”

·         Karena manusia tidak punya inisiatif untuk menginginkan hikmat Allah

·         Karena tanpa hikmat Allah, orang salah paham terhadap penderitaan

·         Karena meminta adalah wujud iman (percaya) kepada Allah

·         Karena Allah berjanji akan memberi kepada yang meminta

 Bagaimana Allah memberi hikmat?

·         “kepada semua orang” (yang meminta)

·         Dengan murah hati (generous; true love is superfluous)

·         Dengan “tidak membangkit-bangkit” (Yunani: oneidizo: to disgrace, insult, cast blame, mock) – tidak merendahkan, menghina, mengungkit-ungkit kesalahan.

·         Lewat apa? Firman Tuhan dan komunitas orang beriman

Kolose 3:16, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain…”

 Meminta dalam iman (bukan bimbang)

“Hendaklah ia memintanya dalam iman dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya” (Yakobus 1:6-8).

 IMAN

·         Iman Alkitabiah terdiri dari 3 aspek: notitia (pengenalan), assensus (persetujuan) dan fiducia (penyerahan diri).

·         Meminta dalam iman bukan meminta “untung-untungan” (spekulatif), “diberi Ok, nggak diberi ya nggak apa-apa”

·         Memintas dalam iman berarti meminta karena kita percaya kepada Allah

Amsal 3:12, “Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak-anak yang disayangi.” à mengenal Allah, setuju dengan cara kerja-Nya, berserah kepada kedaulatan dan keputusan-Nya.

 

BIMBANG

·         bimbang” (Yunani: diakrino à judging, back-and-forth, discriminating, overjuding, doubt, hesistate). Dalam konteks Yakobus 1:6, mempertimbangkan berlebihan, meragukan Allah

·         Mendua hati” (Yunani: dipsuchos à two souled, double-minded, spiritual schizophrenia)

Hati /pikirannya bercabang, tidak stabil – tidak akan tenang hidupnya (ayat 8)

 

“Orang yang demikian (meminta dengan bimbang) janganlah mengira, bahwa akan menerima sesuatu dari Tuhan” (Yak 1:7).

Mengapa?

·         Meminta dalam iman adalah masalah relasi

·         Allah mendengar doa dalam iman, bukan dalam kebimbangan, manipulative, transaksional

 

KONKLUSI

·         Di tangan Allah, penderitaan bukan tujuan akhir atau penghancur iman

·         Sebaliknya, penderitaan adalah petunjuk kepada Allah dan pemurni iman

·         Emas tidak takut api, api hanya akan memurnikannya

 

Filipi 3:10-11, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kau menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.”

 

 

                                                                                COMPLAINING

 

Amsal 19:3, “Kebodohan menyesatkan jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN.”

 

                Ini adalah masalah umum. Ketika keadaan menjadi buruk bagi kita, kita mulai menyalahkan Tuhan seolah-olah Dia adalah sumber semua masalah. Seperti Adam di Taman Eden, ia berkata, “itu adalah perempuan yang Engkau berikan kepadaku, “ melupakan selama ini bahwa tidak ada yang menyuruh dia makan buah itu.

                Mengeluh merupakan kontraproduktif dalam banyak hal:

Pertama, itu bisa membuat kita melawan Tuhan dan menghalangi aliran berkat-Nya ke dalam hidup kita.

Kedua, hal itu dapat menyebabkan kita menyalahkan orang lain alih-alih mencari sumber masalah kita ke dalam.

Ketiga, hal itu dapat menyebabkan kita kehilangan pelajaran yang Tuhan coba ajarkan kepada kita melalui kesulitan yang kita hadapi.

                Masa-masa sulit memberikan beberapa pelajaran terpenting dari pertumbuhan rohani. Beberapa tahun yang lalu seorang teman membagikan pernyataan yang merevolusi pemikiran saya di bidang ini. Ini tampak sederhana: “Ketika masa-masa sulit datang, jadilah murid (a student), bukan korban (a victim).” Semakin saya merenungkan kata-kata itu, semangkin dalam tampaknya. Banyak orang menjalani hidup sebagai korban professional, selalu berbicara tentang betapa tidak adilnya hidup ini.

·         Seorang korban (a victim) berkata, “Mengapa ini terjadi pada saya?”

Seorang murid (a student) berkata, “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?”

·         Seorang korban menyalahkan orang lain atas masalahnya.

Seorang murid bertanya, Berapa banyak dari masalah ini yang menyebakan kebaikan untuk diri saya sendiri?

·          Seorang korban melihat orang lain dan berteriak, “Hidup ini tidak adil.”

Seorang murid melihat kehidupan dan berkata, “Apa yang terjadi pada saya bisa terjadi pada siapa saja.”

·         Seoran korban percaya bahwa masa-masa sulit telah datang karena Tuhan sedang mencoba untuk menghukumnya.

Seorang murid memahami bahwa Tuhan mengijinkan masa-masa sulit untuk membantuhnya tumbuh.

·         Seorang korban lebih suka mengeluh dari pada mencari solusi.

Seorang murid tidak punya waktu untuk mengeluh karena dia sibuk memanfaatkan situasinya dengan baik.

·         Seorang korban percaya bahwa tumpukan kehidupan selamanya ditumpuk melawannya.

Seorang murid percaya bahwa Tuhan dapat mengatur tumpukan kehidupan kapan saja Dia mau.

·         Seorang korban merasa sangat kasihan pada dirinya sendiri (self-pity) sehingga dia tidak punya waktu untuk orang lain.

Seorang murid berfokus untuk membantu orang lain sehingga dia tidak punya waktu untuk mengasihani dirinya sendiri.

·         Seorang korban memohon kepada Tuhan untuk menghapus semua masalah hidup agar dia bahagia.

Seorang murid telah belajar melalui masalah-masalah kehidupan bahwa hanya Tuhanlah sumber dari semua kebahagiaan sejati.

·         Para Korban (victims) khawatir tentang  apa yang orang lain pikirkan tentang mereka.

Para murid (students) tahu bahwa satu-satunya hal yang penting adalah apa yang Tuhan pikirkan tentang mereka.

·         Para korban tertatih-tatih menjalani hidup, mengeluh tentang beban berat mereka.

Para murid berlomba menuju garis finis, mencari hadiah mereka.

Banyak hal terjadi pada kita di luar kendali kita. Dalam hal ini, kita semua adalah korban dari keadaan yang tak terduga. Sayangnya, beberapa orang tidak pernah naik di atas mode korban. Tapi tidak harus seperti itu. Kita memiliki kesempatan untuk memilih cara kita menananggapi hal-hal yang terjadi pada kita. Atas anugerah Allah, kita bisa memutuskan utuk menjadi murid, bukan korban, saati kita menghadapi ujian dan cobaan hidup.

 DOA: Ya Tuhan, tolonglah saya untuk menjadi seorang murid dan bukan korban hari ini. AMIN.

 

 Apakah Anda seorang pengeluh (a complainer)? Apa yang akan teman-teman Anda katakan? Dalam bidang kehidupan apa Anda paling tergoda untuk menjadi korban? Apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadi murid?

(Ray Pritchard – Tha ABC’S of Wisdom)

 

                                                 WHEN HARD TIMES

                                                COME BE A STUDENT

                                                NOT A VICTIM

Decroly Sakul - Virginia Maret 2022

Caption fr FB



Tidak ada komentar: