(Yakobus
1:1-4)
Salam
1:1 Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.kutip dari Alkitab Sabda
Diseluruh Alkitab ada orang-orang
yang mengubah kekalahan menjadi kemenangan dan pencobaan menjadi kemenangan.
Bukannya menjadi korban, mereka malah menjadi pemenang.
Yakobus
memberitahu kita bahwa kita dapat memiliki pengalaman yang sama hari ini. Tidak
peduli apa pencobaan di luar (Yakobus 1:1-12) atau pencobaan di dalam (Yakobus
1:13-27), melalui iman di dalam Kristus kita dapat mengalami kemenangan. Hasil
dari kemenangan ini adalah kedewasaan rohani.
Jika
kita ingin mengubah pencobaan menjadi kemenangan, kita harus mematuhi perintah:
anggaplah (Yakobus 1:2), tahu (Yakobus 1:3), biarkanlah (Yakobus 1:4), memintanya (Yakobus 1:5-8). Atau,
dengan kata lain, ada empat hal penting untuk kemenangan dalam pencobaan; sikap gembira, pikiran yang berpengertian,
kemauan yang berserah dan hati yang
mau percaya.
1) Anggaplah (count) – Sikap gembira (1:2)
Pandangan menentukan hasil, dan
sikap menentukan tindakan. Tuhan memberitahu kita untuk mengantisipasi cobaan.
Ini bukan “jika kamu jatuh ke dalam cobaan”, tetapi “apabila kamu jatuh ke dalam cobaan”. Orang percaya yang
mengharapkan kehidupan Kristennya mudah akan terkejut.
Yesus memperingatkan
murid-murid-Nya, “Dalam dunia kamu akan mengalami kesusahan” (Yohanes 16:33).
Paulus mengatakan kepada para petobatnya bahwa, “kita harus melalui banyak
kesengsaraan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (Kis. 14:22). Dan Filipi 1:29,
“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”
Petrus juga mengatakan dalam 1
Petrus 4:1, “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun
harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian – karena
barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.”
(Ini tidak berarti bahwa ia tidak lagi melakukan perbuatan dosa, tetapi kuasa
dosa dalam hidupnya telah dipatahkan ketika seseorang menderita karena ia
menolak untuk berbuat dosa, ia tidak lagi dikendalikan oleh keinginan daging).
Kata
kuncinya adalah anggaplah (count).
Ini adalah istilah keuangan, dan itu berarti “mengevaluasi”. Paulus
menggunakannya beberapa kali dalam Filipi 3 ketika Paulus menjadi seorang
Kristen, dia mengevaluasi hidupnya dan menetapkan tujuan dan prioritas baru.
Hal-hal yang dulunya penting baginya menjadi “sampah” berdasarkan pengalamannya
bersama Kristus. Ketika kita menghadapi pencobaan hidup, kita harus
mengevaluasinya dalam terang apa yang Tuhan sedang lakukan bagi kita.
Ini
menjelaskan mengapa orang Kristen yang berdedikasi dapat memiliki sukacita di
tengah-tengah pencobaan: ia hidup untuk hal-hal yang paling penting.
Bahkan Tuhan Yesus mampu menanggung salib karena “sukacita yang disediakan bagi
Dia” (Ibrani 12:2), sukacita kembali ke sorga dan suatu hari berbagi kemuliaan-Nya
dengan gereja-Nya.
Nilai-nilai
kita menentukan evaluasi kita. Jika kita lebih menghargai kenyamanan daipada
karakter, maka cobaan akan membuat kita kesal. Jika kita lebih menghargai
materi dan fisik daripada spiritual, kita tidak akan bisa “menganggap sebagai
kebahagiaan”. Jika kita hidup hanya untuk sesaat ini dan melupakan masa depan,
maka cobaan akan membuat kita pahit, bukan lebih baik. Ayub memiliki pandangan
yang benar ketika dia berkata, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia
menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10).
Maka
ketika pencobaan datang, segeralah bersyukur kepada Tuhan dan ambil sikap
gembira. Jangan berpura-pura:jangan mencoba menghipnotis diri sendiri, lihat
saja cobaan melalui mata iman. Pandangan menentukan hasil, berakhir dengan
sukacita, mulailah dengan sukacita.
“Tetapi
bagaimana”, kita harus bertanya, “mungkinkah bersukacita ditengah-tengah
pencobaan?” Perintah kedua menjelaskan ini.
2) Tahu (Know) – Pikiran yang berpengertian (Yakobus 1:3)
Apa yg diketahui org Kristen yg
mempermudah menghadapi cobaan dan mendpt manfaat darinya?
Iman
selalu diuji. Ketika Tuhan memanggil Abraham untuk hidup dengan iman, Dia mengujinya
untuk meningkatkan imannya. Tuhan selalu menguji kita untuk mengeluarkan apa
yang terbaik. Setan menggoda kita untuk mengeluarkan yang terburuk. Ujian iman
kita membuktikan bahwa kita benar-benar dilahirkan kembali.
Pengujian
bekerja untuk kita, bukan melawan kita. Kata ujian dapat diterjemahkan
sebagai “persetujuan (approval)”. Sekali lagi, Petrus memberitahu kita untuk
memahaminya lebih baik, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian
imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana” (1 Petrus
1:7). Persetujuan Allah atas iman kita sangat berharga karena itu meyakinkan
kita bahwa iman kita berharga.
Pengujian
bekerja untuk orang percaya, bukan melawannya. Paulus berkata, “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28), dan, “Sebab penderitaan ringan yang
sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi
segala-galanya, jauh lebih besar dar pada penderitaan kami” (2 Korintus 4:17).
Pengujian
yang digunakan dengan benar membantu kita menjadi dewasa. Apa yang Tuhan
ingin hasilkan dalam hidup kita? Ketekunan, daya tahan, dan kemampuan untuk
terus berjalan ketika segala sesuatunya sulit. “Kita malah bermegah juga
dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan” (Roma 5:3-4). Dalam Alkitab, ketekunan bukanlah penerimaan pasif
terhadap keadaan. Ini adalah ketekunan yang berani dalam menghadapi penderitaan
dan kesulitan.
Satu-satunya
cara Tuhan dapat mengembangkan ketekunan dan karakter dalam hidup kita adalah
melalui pencobaan. Ketekunan tidak dapat dicapai dengan membaca buku,
mendengarkan khotbah, atau bahkan berdoa. Kita harus melewati kesulitan hidup,
percaya kepada Tuhan, dan mentaati-Nya. Hasilnya adalah daya tahan dan
karakter. Mengetahui hal ini, kita bisa menghadapi ujian dan cobaan dengan
sukacita. Kita tahu pencobaan apa yang akan terjadi dalam diri kita dan bagi
kita, dan kita tahu bahwa hasil akhirnya akan membawa kemuliaan bagi Allah.
Fakta
menjelaskan mengapa mempelajari Alkitab membantu kita bertumbuh dalam ketekunan
(Roma 15:4). Saat kita membaca tentang Abraham, Yusuf, Musa, Daud dan bahkan
Tuhan Yesus, kita menyadari bahwa Tuhan memiliki tujuan dalam pencobaan. Tuhan
memenuhi tujuan-Nya saat kita percaya kepada-Nya. Tidak ada pengganti untuk
pikiran yang berpengertian. Setan dapat mengalahkan orang percaya yang kurang
pengetahuan tetapi dia tidak dapat mengalahkan orang Kristen yang mengetahui
Alkitabnya dan memahami tujuan Tuhan.
3) Biarkanlah (Let) – Kemauan yang berserah (Yakobus 1:4)
Tuhan tidak akan membangun karakter
kita tanpa kerjasama kita. Jika melawan Dia , maka Dia menghajar kita agar
tunduk. Tetapi jika kita tunduk kepada-Nya, maka Dia dapat menyelesaikan
pekerjaan-Nya. Dia tidak puas dengan pekerjaan setengah jalan. Tuhan menginginkan
pekerjaan yang sempurna, Dia menginginkan produk jadi yang matang dan lengkap.
Tujuan
Tuhan bagi hidup kita adalah kedewasaan. Akan menjadi tragedy jika anak-anak
kita tetap bayi kecil. Kita senang melihat mereka bertumbuh dewasa, meskipun
kedewasaan membawa bahaya dan juga kesenangan. Banyak orang Kristen melindungi
diri mereka dari cobaan hidup, dan akibatnya, tidak pernah tumbuh dewasa. Tuhan
ingin “anak-anak” menjadi “pemuda” dan “pemuda” menjadi “dewasa” (1 Yohanes
2:12-14).
Paulus
menguraikan tiga pekerjaan yang terlibat dalam kehidupan Kristen yang lengkap
(Efesus 2:8-10): “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu:
jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
Pertama,
ada pekerjaan yang Tuhan lakukan bagi kita, yaitu keselamatan. Yesus
Kristus menyelesaikan pekerjaan ini di kayu salib. Jika kita percaya
kepada-Nya, Dia akan menyelamatkan kita.
Kedua,
ada pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam kita. “Karena kita adalah
buatan-Nya”. Pekerjaan ini dikenal sebagai pengkudusan (sanctification): Tuhan
membangun karakter kita dan kita menjadi seperti Kristus, “serupa dengan gambar
Anak-Nya” (Roma 8;29).
Pekerjaan ketiga adalah apa yang Tuhan lakukan melalui
kita yaitu pelayanan (service). Kita “diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk pekerjaan baik.”
Tuhan
membangun karakter sebelum Dia memanggil kita untuk melayani. Dia harus bekerja
di
dalam kita sebelum Dia dapat bekerja melalui kita.
Tetapi
Tuhan tidak akan bekerja di dalam kita tanpa persetujuan kita. Harus ada
kemauan yang berserah. Orang dewasa tidak membantah kehendak Tuhan; sebaliknya,
dia menerimanya dengan rela dan mematuhinya dengan sukacita “dengan segenap
hati melakukan kehendak Allah” (Efesus 6:6). Jika kita mencoba melewati cobaan
tanpa kemauan yang berserah kita akan berakhir lebih seperti anak-anak yang
belum dewasa daipada karakter yang matang.
Decroly Sakul - Virginia Maret 2022
Gambar dari google

Tidak ada komentar:
Posting Komentar