Arsip Blog

Rabu, 30 Maret 2022

TURNING TRIALS INTO TRIUMP

                                          

                                                                (Yakobus 1:1-4)

 Salam

1:1 Salam dari Yakobus,  hamba Allah  dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. 
Iman dan hikmat
1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan ,   1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu  itu menghasilkan ketekunan.   1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,   supaya kamu menjadi sempurna 2  dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

                                            kutip dari Alkitab Sabda

Diseluruh Alkitab ada orang-orang yang mengubah kekalahan menjadi kemenangan dan pencobaan menjadi kemenangan. Bukannya menjadi korban, mereka malah menjadi pemenang.

                Yakobus memberitahu kita bahwa kita dapat memiliki pengalaman yang sama hari ini. Tidak peduli apa pencobaan di luar (Yakobus 1:1-12) atau pencobaan di dalam (Yakobus 1:13-27), melalui iman di dalam Kristus kita dapat mengalami kemenangan. Hasil dari kemenangan ini adalah kedewasaan rohani.

                Jika kita ingin mengubah pencobaan menjadi kemenangan, kita harus mematuhi perintah: anggaplah (Yakobus 1:2), tahu (Yakobus 1:3), biarkanlah (Yakobus 1:4), memintanya (Yakobus 1:5-8). Atau, dengan kata lain, ada empat hal penting untuk kemenangan dalam pencobaan; sikap gembira, pikiran yang berpengertian, kemauan yang berserah dan hati yang mau percaya.

 1)      Anggaplah (count) – Sikap gembira (1:2)

Pandangan menentukan hasil, dan sikap menentukan tindakan. Tuhan memberitahu kita untuk mengantisipasi cobaan. Ini bukan “jika kamu jatuh ke dalam cobaan”, tetapi “apabila kamu jatuh ke dalam cobaan”. Orang percaya yang mengharapkan kehidupan Kristennya mudah akan terkejut.

Yesus memperingatkan murid-murid-Nya, “Dalam dunia kamu akan mengalami kesusahan” (Yohanes 16:33). Paulus mengatakan kepada para petobatnya bahwa, “kita harus melalui banyak kesengsaraan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah (Kis. 14:22). Dan Filipi 1:29, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”

Petrus juga mengatakan dalam 1 Petrus 4:1, “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian – karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.” (Ini tidak berarti bahwa ia tidak lagi melakukan perbuatan dosa, tetapi kuasa dosa dalam hidupnya telah dipatahkan ketika seseorang menderita karena ia menolak untuk berbuat dosa, ia tidak lagi dikendalikan oleh keinginan daging).

                Kata kuncinya adalah anggaplah (count). Ini adalah istilah keuangan, dan itu berarti “mengevaluasi”. Paulus menggunakannya beberapa kali dalam Filipi 3 ketika Paulus menjadi seorang Kristen, dia mengevaluasi hidupnya dan menetapkan tujuan dan prioritas baru. Hal-hal yang dulunya penting baginya menjadi “sampah” berdasarkan pengalamannya bersama Kristus. Ketika kita menghadapi pencobaan hidup, kita harus mengevaluasinya dalam terang apa yang Tuhan sedang lakukan bagi kita.

                Ini menjelaskan mengapa orang Kristen yang berdedikasi dapat memiliki sukacita di tengah-tengah pencobaan: ia hidup untuk hal-hal yang paling penting. Bahkan Tuhan Yesus mampu menanggung salib karena “sukacita yang disediakan bagi Dia” (Ibrani 12:2), sukacita kembali ke sorga dan suatu hari berbagi kemuliaan-Nya dengan gereja-Nya.

                Nilai-nilai kita menentukan evaluasi kita. Jika kita lebih menghargai kenyamanan daipada karakter, maka cobaan akan membuat kita kesal. Jika kita lebih menghargai materi dan fisik daripada spiritual, kita tidak akan bisa “menganggap sebagai kebahagiaan”. Jika kita hidup hanya untuk sesaat ini dan melupakan masa depan, maka cobaan akan membuat kita pahit, bukan lebih baik. Ayub memiliki pandangan yang benar ketika dia berkata, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10).

                Maka ketika pencobaan datang, segeralah bersyukur kepada Tuhan dan ambil sikap gembira. Jangan berpura-pura:jangan mencoba menghipnotis diri sendiri, lihat saja cobaan melalui mata iman. Pandangan menentukan hasil, berakhir dengan sukacita, mulailah dengan sukacita.

                “Tetapi bagaimana”, kita harus bertanya, “mungkinkah bersukacita ditengah-tengah pencobaan?” Perintah kedua menjelaskan ini.

 2)      Tahu (Know) – Pikiran yang berpengertian (Yakobus 1:3)

Apa yg diketahui org Kristen yg mempermudah menghadapi cobaan dan mendpt manfaat darinya?

                Iman selalu diuji. Ketika Tuhan memanggil Abraham untuk hidup dengan iman, Dia mengujinya untuk meningkatkan imannya. Tuhan selalu menguji kita untuk mengeluarkan apa yang terbaik. Setan menggoda kita untuk mengeluarkan yang terburuk. Ujian iman kita membuktikan bahwa kita benar-benar dilahirkan kembali.

                Pengujian bekerja untuk kita, bukan melawan kita. Kata ujian dapat diterjemahkan sebagai “persetujuan (approval)”. Sekali lagi, Petrus memberitahu kita untuk memahaminya lebih baik, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana” (1 Petrus 1:7). Persetujuan Allah atas iman kita sangat berharga karena itu meyakinkan kita bahwa iman kita berharga.

                Pengujian bekerja untuk orang percaya, bukan melawannya. Paulus berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28), dan, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dar pada penderitaan kami” (2 Korintus 4:17).

                Pengujian yang digunakan dengan benar membantu kita menjadi dewasa. Apa yang Tuhan ingin hasilkan dalam hidup kita? Ketekunan, daya tahan, dan kemampuan untuk terus berjalan ketika segala sesuatunya sulit. “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Roma 5:3-4). Dalam Alkitab, ketekunan bukanlah penerimaan pasif terhadap keadaan. Ini adalah ketekunan yang berani dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan.

                Satu-satunya cara Tuhan dapat mengembangkan ketekunan dan karakter dalam hidup kita adalah melalui pencobaan. Ketekunan tidak dapat dicapai dengan membaca buku, mendengarkan khotbah, atau bahkan berdoa. Kita harus melewati kesulitan hidup, percaya kepada Tuhan, dan mentaati-Nya. Hasilnya adalah daya tahan dan karakter. Mengetahui hal ini, kita bisa menghadapi ujian dan cobaan dengan sukacita. Kita tahu pencobaan apa yang akan terjadi dalam diri kita dan bagi kita, dan kita tahu bahwa hasil akhirnya akan membawa kemuliaan bagi Allah.

                Fakta menjelaskan mengapa mempelajari Alkitab membantu kita bertumbuh dalam ketekunan (Roma 15:4). Saat kita membaca tentang Abraham, Yusuf, Musa, Daud dan bahkan Tuhan Yesus, kita menyadari bahwa Tuhan memiliki tujuan dalam pencobaan. Tuhan memenuhi tujuan-Nya saat kita percaya kepada-Nya. Tidak ada pengganti untuk pikiran yang berpengertian. Setan dapat mengalahkan orang percaya yang kurang pengetahuan tetapi dia tidak dapat mengalahkan orang Kristen yang mengetahui Alkitabnya dan memahami tujuan Tuhan.

 3)      Biarkanlah (Let) – Kemauan yang berserah (Yakobus 1:4)

Tuhan tidak akan membangun karakter kita tanpa kerjasama kita. Jika melawan Dia , maka Dia menghajar kita agar tunduk. Tetapi jika kita tunduk kepada-Nya, maka Dia dapat menyelesaikan pekerjaan-Nya. Dia tidak puas dengan pekerjaan setengah jalan. Tuhan menginginkan pekerjaan yang sempurna, Dia menginginkan produk jadi yang matang dan lengkap.

                Tujuan Tuhan bagi hidup kita adalah kedewasaan. Akan menjadi tragedy jika anak-anak kita tetap bayi kecil. Kita senang melihat mereka bertumbuh dewasa, meskipun kedewasaan membawa bahaya dan juga kesenangan. Banyak orang Kristen melindungi diri mereka dari cobaan hidup, dan akibatnya, tidak pernah tumbuh dewasa. Tuhan ingin “anak-anak” menjadi “pemuda” dan “pemuda” menjadi “dewasa” (1 Yohanes 2:12-14).

                Paulus menguraikan tiga pekerjaan yang terlibat dalam kehidupan Kristen yang lengkap (Efesus 2:8-10): “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Pertama, ada pekerjaan yang Tuhan lakukan bagi kita, yaitu keselamatan. Yesus Kristus menyelesaikan pekerjaan ini di kayu salib. Jika kita percaya kepada-Nya, Dia akan menyelamatkan kita.

Kedua, ada pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam kita. “Karena kita adalah buatan-Nya”. Pekerjaan ini dikenal sebagai pengkudusan (sanctification): Tuhan membangun karakter kita dan kita menjadi seperti Kristus, “serupa dengan gambar Anak-Nya” (Roma 8;29).

Pekerjaan ketiga adalah apa yang Tuhan lakukan melalui kita yaitu pelayanan (service). Kita “diciptakan dalam Kristus Yesus untuk pekerjaan baik.”

                Tuhan membangun karakter sebelum Dia memanggil kita untuk melayani. Dia harus bekerja di dalam kita sebelum Dia dapat bekerja melalui kita.

                Tetapi Tuhan tidak akan bekerja di dalam kita tanpa persetujuan kita. Harus ada kemauan yang berserah. Orang dewasa tidak membantah kehendak Tuhan; sebaliknya, dia menerimanya dengan rela dan mematuhinya dengan sukacita “dengan segenap hati melakukan kehendak Allah” (Efesus 6:6). Jika kita mencoba melewati cobaan tanpa kemauan yang berserah kita akan berakhir lebih seperti anak-anak yang belum dewasa daipada karakter yang matang.

Decroly Sakul - Virginia Maret 2022

Gambar dari google



 

Tidak ada komentar: