Arsip Blog

Rabu, 30 Maret 2022

THE CHURCH

Menurut Kitab Suci, gereja bukanlah suatu tempat melainkan suatu umat. Gereja, lebih tepatnya adalah komunitas umat perjanjian Allah (God’s covenant people).

                Bertentangan dengan asumsi modern bahwa gereja berdiri di tempat kejadian pada hari Pentakosta, Alkitab mengajarkan bahwa gereja telah ada selama Allah telah menebus umat-Nya. Di bawah Perjanjian Lama, gereja dimanefestasikan sebagai sebuah keluarga (misalnya keluarga patriarki Abraham, Ishak, dan Yakub), suatu umat (Ulangan 6:7-8), dan suatu bangsa (Keluaran 19:5). Itu dikaitkan dengan cara tertentu dengan kehadiran Allah yang hidup, dilambangkan dengan tabernakel dan kemudian dengan bait suci, di mana Allah menyebabkan nama-Nya – hadirat-Nya sendiri – berdiam (Ulangan 12:5-8; 1 Raja-Raja 8:29; Ezra 6:12).

                Dengan kedatangan Kristus dan Perjanjian Baru, karakter internasioanal gereja, yang tersirat sejak awal (Kejadian 12:3; lih. 28:14; Kis. 3:25; Galatia 3:8),menjadi lebih jelas dan sepenuhnya terungkap dengan pencangkokan orang-orang bukan Yahudi (Galatia 3:14; Efesus 3:4-6). Paulus mendorong petobat non-Yahudinya dengan menulis, “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Efesus 2:19). Saatnya tiba, tentang yang Yesus telah berbicara dengan wanita di sumur:

                “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba , bahwa kamu akan menyembah

                Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak

                kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa

                Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-

                penyembah benar akan menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran; sebab Bapa meng-

                hendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia,

harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran (Yohanes 4:21-24).

Lokasi peribadatan tidak lagi sepenting dulu (Ulangan 12). Dengan datangnya kepenuhan yang mulia dari Perjanjian Baru, cara ibadah sejati menjadi yang terpenting.

Gereja Perjanjian Baru, seperti gereja Perjanjian Lama, digambarkan dalam hubungannya yang khusus dengan Allah (1 Timotius 3:15). Seperti nenek moyang mereka, para anggota gereja Perjanjian Baru, yang disebut Petrus sebagai “orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia kecil dan Bitania” (1 Petrus 1:1), sama seperti “Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (1 Petrus 2:9) seperti orang-orang kudus di masa lalu.

                Jadi, ada satu gereja – umat Allah – yang telah ditebus Allah” dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa” (Wahyu 5:9b) dengan pencurahan darah Kristus yang berharga. Gereja itu, yang dibeli dengan harga mahal dari darah Kristus yang berharga, harus menarik perhatian kita dengan antusias dan menimbulkan kasih sayang kita yang terdalam.

 

                                                                A Great Profession

                Kita meneliti asal usul gereja Kristen dalam empat poin: Pengakuan yang agung (a great profession), janji yang agung (a great promise), nubuat yang agung (a great prophecy) dan prinsip yang agung (a great principle).

                Pertama adalah pengakuan iman yang agung yang untuknya Tuhan kita membawa murid-murid-Nya ke tempat ini. Matius memberitahu kita bahwa “ketika Yesus datang ke daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” (Matius 16:13). Itulah isunya, sama seperti hari ini. Pusat kepercayaan kita bukanlah apa yang kita yakini tentang berbagai perspektif filosofis atau teologis. Itu selalu kembali kepada pribadi dan karya Yesus Kristus. Pada-Nyalah gereja bersandar, dan pada jawaban atas pertanyaan ini bahwa gereja berdiri atau jatuh.

                Secara alami, ada sejumlah sudut pandang. “Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi” (matius 16:14). Ini sama seperti sekarang ini – orang memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang harus kita katakan tentang Yesus

Oleh karena itu, Yesus memfokuskan pertanyaan-Nya ke pendapat pribadi murid-murid-Nya, “Apa katamu, siapakah Aku ini?” (Matius 16:15). Ketika mempelajari gereja, kita pasti menekankan kesatuan persekutuan kita di dalam Kristus, tetapi perlu diingat sejak awal bahwa keselamatan selalu dimulai dengan individu yang berdiri di hadapan Yesus, yang menuntut perhitungan pribadi dengan siapa dan apa dia.

                “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Yesus menuntut. Simon Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16). Itulah yang kita sebut “Pengakuan Agung”. Ini luar biasa karena peristiwa itu (pengakuan iman formal pertama yang diterima seperti itu oleh Tuhan kita) dan karena isinya (yang sama besarnya hari ini ketika setiap orang berdosa mengaku siapa Yesus).

                Pengakuan agung Petrus terdiri dari dua unsur. Pertama, ini berhubungan dengan jabatan dan pekerjaan Yesus. Petrus menyebut Yesus “Kristus”, yaitu, “Mesias”. Ini berasal dari kata kerja Ibrani yang berarti “mengurapi”, Mesias adalah “Yang Diurapi”. Michael Green merangkum:

                Dalam Yudaisme itu berarti orang yang akan datang dan memenuhi harapan bangsa. Secara

                tradisional , tiga jenis orang telah diurapi dengan minyak: nabi, imam, dan raja. Dan Yesus

                sesungguhnya memenuhi harapan dari ketiga peran itu. Seperti iman (hanya dengan

                sempurna) Dia membuat umat-Nya berhubungan dengan Tuhan. Seperti nabi (hanya dengan       sempurna) Dia menunjukkan kepada umat seperti apa Tuhan itu. Dan seperti raja (hanya

                dengan sempurna) Dia menjalankan pemerintahan Tuhan atas umat Tuhan sementara diri-

                Nya secara unik adalah Hamba Tuhan.

Yesus sebagai Imam, “Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi ImamBesar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”, sebagaimana firman-Nya dalam satu nas lain: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek” (Ibrani 5:5-6)..

Yesus sebagai Nabi, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibrani 1:1-3).

Yesus sebagai Raja, “ Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: “Raja segala raja dan Tuan  di atas tuan” (Wahyu 19:16).

                Petrus mengakui imannya bahwa Yesus adalah Pribadi yang diantisipasi oleh seluruh Perjanjian Lama untuk membawa keselamatan penuh yang merupakan harapan Israel. Yesus adalah Kristus: nabi , iman dan raja.

                Bagian kedua, dari pengakuan agung Petrus yang berhubungan dengan pribadi Kristus. “Engkau adalah Anak Allah yang hidup” , katanya. Alkitab memanggil kita untuk percaya seperti yang Petrus lakukan tentang Yesus Kristus: atas pengakuan Petrus gereja dibangun. Tidaklah cukup untuk menganggap Yesus sebagai guru yang agung atau bahkan yang paling patut diteladani dari semua manusia. Injil Matius mencatat suara Tuhan, terdengar dari surga, pada dua kejadian – baptisan Yesus, yang meresmikan pelayanan publik-Nya, dan transfigurasi Yesus, yang mengakhirinya pada pendirian gereja – di mana dua kali Allah mengatakannya tentang Yesus: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” (Matius 3:17; 17:5). Karena itu kita harus menerima Dia dengan cara ini, tidak hanya mengikuti Dia sebagai manusia terbaik tetapi menyembah Dia sebagai satu-satunya Allah yang benar. Kita harus mengakui Dia seperti yang pada akhirnya dilakukan oleh Thomas si peragu: “Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).

                Inilah pengakuan agung , yang menjadi dasar di mana kita masing-masing harus diselamatkan dan di atasnya Yesus membangun gereja-Nya. Yesus adalah Kristus – Mesias dan Juruselamat – dan Dia adalah Anak Allah. Rasul Yohanes kemudian menulis seluruh Injilnya dengan tujuan membawa kita kepada dua poin penting dari iman ini: “Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:21).

                                                                A Great Promise

                Pengakuan Simon Petrus begitu agung, dan sangat penting bagi Tuhan kita, sehingga Yesus menjawab dengan janji yang agung (a great promises): “Aku berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus  dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (Matius 16:18).

                Ada tiga hal untuk menjelaskan apa yang dimaksud Yesus tentang ayat ini:

Pertama, Yesus berbicara tentang Petrus sejauh ia mengakui iman yang menyelamatkan, “Batu karang itu bukan hanya Petrus, tetapi Petrus dalam kapasitas pengakuannya…Intinya adalah ini: Yesus telah menemukan di dalam diri Petrus seorang percaya yang sejati, dan di atas dasar itu ia bisa membangun gereja-Nya. Ini menjadi sangat jelas ketika Yesus melanjutkan dengan berbicara tentang penyaliban yang akan datang. Petrus merasa ngeri dengan pemikiran seperti itu, visinya tentang gereja Kristus tidak ada hubungannya dengan salib. Lalu apa yang terjadi? Yesus berseru kepada Petrus, “ Enyalah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku” (Matius 16:23). Petrus adalah batu karang yang kokoh bagi pembangunan gereja Yesus hanya karena ia sendiri berdiri teguh di atas pengakuan iman yang agung.

                Kedua, Petrus dipilih di sini karena ia mewakili para rasul sebagai sebuah kelompok, dan sebagai saksinya mewakili ajaran kolektif mereka yang ditetapkan dalam Perjanjian Baru.

                Yesus berkata kepada Petrus, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Matius 16:19). Tetapi kita harus mengamati bahwa hanya dua pasal kemudian, Yesus memberikan otoritas yang sama kepada para rasul secara keseluruhan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Matius 18:18).

                Ketiga, makna Yesus terungkap dengan jelas dalam pilihan kata yang Ia gunakan untuk permainan kata-Nya tentang Simon Petrus. Dia berkata “Kamu adalah Petrus”, menggunakan kata Yunani petros, yang berarti “batu karang” atau “batu”. Dia kemudian menambahkan, “dan di atas batu karang  ini Aku akan membangun gereja-Ku”, menggunakan kata yang berbeda petra, yang berarti bukan “batu” melainkan “batuan dasar” (bedrock). Intinya jelas: Petrus (petros) adalah perwakilan batu dan bagian dari batuan dasar (petra) iman yang menyelamatkan. Kata yang terakhir petra inilah di mana Yesus akan membangun gereja-Nya. Petrus khusus sebagai orang pertama yang mengakui iman itu. Ketika Petrus berhenti atau gagal untuk percaya (Matius 16:23), dia bukan lagi menjadi bagian dari dasar iman (bedrock of faith). Yesus berkata kepada Petrus yang sama dalam ketidakpercayaannya, “Enyalah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku”.

Decroly Sakul - Virginia Maret 2022

 

 

Foto dari FB Jerry 

BERSAMBUNG!!!

Tidak ada komentar: