GKI Yasmin adalah salah satu contoh bagaimana Gereja (baca minoritas) di Indonesia belum mendapat perlakuan selayaknya Negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Gereja yang sudah memiliki Ijin tidak diperbolehkan sekelompok warga untuk beribadah. Bahkan pemerintah yang seharusnya menjadi hakim penegakkan hukum, justru membela kelompok warga ini.
Agama Islam yang minoritas di Eropa semakin berkembang bahkan hak-haknya dijamin hukum. Tak heran pembangunan rumah ibadah dan kebebasan melaksanakan ibadah semakin mewarnai Eropa. Pelarangan Jilbab di Prancis dan Menara Mesjid di Swiss menjadi issue yang membangunkan ‘emosi ‘ dunia. Ini adalah gambaran bagaimana kehidupan Islam diperhatikan dan menjadi bagian penting dari kepentingan Eropa itu sendiri. Artinya Islam bukan ‘orang luar’ di Eropa itu sendiri. Islam dianggap sebagai bagian dari Eropa itu sendiri. Mata hukum melihat bukan Islam atau Non Islam tetapi melihat keadilan. Itulah peradaban yang menjamin kebersamaan yang menyadari bahwa perbedaan itu ada dan tidak mungkin dinihilkan.
Tapi apa yang terjadi di Negara Arab? Kekristenan masih dianggap sebagai musuh dan sulit diterima. Arab Saudi sendiri melarang penggunaan kalung Salib dan masuknya bible.Bahkan meskipun pemimpin Negara Eropa dan Paus sendiri telah ‘mengemis’ agar diijinkan pembangunan Gereja. Sungguh sangat berbeda toleransi dan penerimaan masyarakat serta pemerintah Eropa.
Negaraku juga yang berjuang bersama-sama mengusir penjajah dan memiliki dasar Negara yang sangat kuat menjamin kebersamaan semakin lama semakin dikuasai kelompok yang ingin menjadikan Negara ini inklusif dan terpecah karena desakan untuk memaksakan syariat agama.
Padahal banyak orang Islam sendiri yang sangat menerima perbedaan. Tidak sedikit teman-teman saya yang begitu toleran bahkan hidup bersama seolah keluarga sendiri. Indah dan menyenangkan. Lalu apakah yang hendak diinginkan kelompok garis keras ini. Apakah dengan menjadi satu agama maka semua akan Indah? Apakah ada Negara Kristen yang terbukti dapat membuat segala sesuatu Indah di dunia ini? Atau apakah ada Negara Islam yang telah terbukti membuat segala sesuatu berjalan baik, lancar dan harmonis? Apakah ada Negara Agama yang dapat menjamin ketentraman masyarakatnya? – Tidak ada. Keharmonisan justru terjadi ketika perbedaan itu diterima. Saling menghargai menjadi inti penting dari kebersamaan daripada saling mencurigai.
Sampai kiamat pun karena dunia yang sudah jatuh dalam dosa, maka tidak mungkin dapat dijadikan satu. Manusia memiliki kecenderungan masing-masing yang tidak dapat dipersatukan oleh teology. Manusia memiliki keunikan tersendiri memiliki kemampuan berpikir dan mempertimbangkan tetapi tidak sempurna sehingga yang satu tidak dapat mempengaruhi dan intimidasi yang lain. Manusia memiliki azasinya sendiri. Agama masuk pada masalah keyakinan yang berarti tidak dapat dipaksakan. Itulah sebabnya kedewasaan dan keimanan seseorang dapat terlihat bukan ketika dia memusuhi yang berbeda dengan dia tetapi ketika dia dapat menerima perbedaan itu. Mengapa sultan Saladin sangat terkenal? Karena dia adalah muslim yang dapat menghargai perbedaan padahal waktu itu darah dan dendam perang Salib sangat membara.
Jangankan kita terhadap orang lain, terhadap anak sendiripun, tidak mungkin orang tua dapat memaksakan kehendaknya. Anak memiliki pertimbangannya sendiri meskipun itu bukan soal agama. Cita-citanya misalnya, tidak dapat dipaksakan orang tua. Apalagi keyakinan. Kita hanya dapat sampai pada pengarahan tetapi bukan penentuan. Karena pribadi itu sendirilah yang akan menjalankan seluruh hidup dan apresiasi penyembahannya.
Singkatnya, biarlah setelah kita mati, kita peroleh semua yang kita imani. Membangun hidup bersama lebih penting daripada membangun tembok pemisah. Pencapaian hidup seorang manusia sudah tinggi jika sampai 70 tahun, 80-100 sudah sangat bergantung pada orang lain. Terlalu mubasir jika diisi dengan saling benci. Dunia ini lebih banyak diisi oleh perang bukan oleh orang Atheis yang tidak berTuhan, tetapi justru oleh orang yang mengaku berTuhan. Tak heran budayawan seperti John Lenon mengubah syair
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace
Ideal tidak dapat dicapai oleh dunia yang sudah jatuh ini. Ideal (sempurna) hanya dapat tercapai bila glorifikasi sudah terjadi yang berarti nanti ada di dunia sebelah sana, di akhirat dengan sang Pencipta, Walahualam.
Hari esok kita dilupakan. Segala sesuatu akan berakhir dan sia-sia. Dalam tangan siapa hidupmu itulah yang menentukan sebuah harapan
Arsip Blog
- Juli (1)
- April (4)
- Januari (1)
- April (1)
- Juli (1)
- Maret (47)
- April (7)
- Maret (1)
- Februari (1)
- Desember (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Januari (1)
- Juni (1)
- April (1)
- Desember (3)
- November (1)
- Oktober (1)
- September (2)
- Agustus (1)
- Juni (2)
- Maret (1)
- Januari (3)
- Desember (1)
- November (1)
- Oktober (2)
- Agustus (1)
- Juni (1)
- April (1)
- Januari (1)
- Desember (2)
- Oktober (3)
- September (1)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- Juni (5)
- Mei (2)
- April (1)
- Maret (2)
- Februari (1)
- Januari (3)
- November (4)
- Oktober (1)
- Juli (2)
- Mei (1)
- April (3)
- Februari (1)
- Juli (4)
- Maret (3)
- Februari (2)
- Januari (2)
- November (1)
- September (3)
- Agustus (2)
- Maret (1)
- November (1)
- Juli (1)
- Juni (1)
- Mei (3)
- April (3)
- Maret (2)
- Oktober (2)
- Juni (1)
- April (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar