Arsip Blog

Rabu, 14 September 2011

PARADOX FOR LIVING
(SESSI I)

I. Pengantar
Amsal 19:2a II Petrus 1: 5-6
Di zaman sekarang ini, ada tiga hal yang paling menyita pikiran, tenaga dan waktu mayoritas penduduk dunia yaitu:


Melalui
a. Ilmu Pengetahuan  Teori dan Praktek



Melahirkan Kehidupan di jalur cepat

b. Teknologi Banjir Data
 Informasi Ironi, terjadi kedangkalan.
Perlatan Canggih

Era berpikir menjadi era melihat

Untuk mendapatkan profit
Melahirkan

c. Ekonomi

Nabinya marketer  Motto: To tell the truth but not the whole truth.
Mengatakan kebenaran tetapi tidak secara utuh
Ada yang disembunyikan. Dengan kata lain Setengah kebenaran. (half truth)

small knowledge is great danger
(Francis Bacon)

Record of God’s Self Disclosure
Pars pro toto bagian dipakai untuk menyatakan keseluruhan
Totum pro parte keseluruhan demi bagian



II. Dampak

Ternyata hal di atas sedikit banyaknya berdampak pada dunia kekristenan dalam hal penyampaian Firman Allah.
“Injil adalah sebuah berita yang kompleks, yang perlu dipelajari sebelum orang dapat hidup sesuai dengannya, dan perlu dipahami sebelum dapat diterapkan” (J.I. Parker)

A. Bahayanya Setengah Kebenaran (Half Truth)

1. Allah adalah Kasih
Betapa berbahayanya suatu pernyataan yang hanya setengah benar jika disajikan sebagai kebenaran yang seutuhnya. Contohnya, kebenaran bahwa Allah adalah kasih merupakan bagian yang teramat indah dari Injil. Namun, jika seluruh penyajian Injil dibangun hanya atas dasar kebenaran ini, akan terjadi distorsi. Para pendosa akan merasa tenang karena pikiran akan kasih Allah bagi mereka dan menemukan dalih untuk menunda pertobatan

2. Menjadi orang Kristen artinya menjadi bahagia
Satu contoh lain mengenai pernyataan yang setengah benar yang sering kita jumpai dalam literatur Injil adalah seperti demikian: “Menjadi orang Kristen artinya menjadi bahagia, puas dan menjalani hidup yang mengasyikkan dan penuh petualangan”.

3. Iblis mengutip Firman
Didalam Matius 5: 5-7 Iblis dikatakan mengutip Firman sebagai salah satu alat untuk mendesak Tuhan Yesus melakukan kehendak Iblis. Mazmur 91: 11-12
“Sebab ada tertulis; mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau diatas tangannya, supaya kaki-mu jangan terantuk kepada batu”.

4. Doa (Yohanes 15: 7)
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”.

5. Paulus
Roma 3:28
“Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”

Efesus 2:8-9
“Sebab karena kasihkarunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

B. Cara Mengatasinya dengan memegang Orthodox

Othodox >< Heterodox (Yunani  heteros = berbeda)
Orthos = lurus dan doxa = pendapat (Yunani)
Arti harafiahnya: “Ajaran yang tepat (lurus)”.
“Orthodoxy” in Christian belief means to think both straight and whole.
1. Bagaimana jika kebenaran bahwa Allah adalah kasih diimbangi dengan kebenaran bahwa Allah adalah terang? Allah berakhlak murni, kudus. Ia seorang Hakim yang adil. Ia marah terhadap dosa dan akan menghukum mereka yang melakukannya. Kasih Allah yang seperti ini memiliki tulang punggung. Kasih ini dilihat sebagai kasih yang tangguh bukan sentimentalisme
2. Dalam penginjilan, kita juga harus membicarakan penderitaan dan harga yang harus dibayar untuk menjadi murid Kristus




3. Jawaban Yesus dengan mengutip Firman juga. Ulangan 6:16
“janganlah kamu mencobai Tuhan Allah-mu”
Perhatikan bahwa Tuhan Yesus tidak menolak kebenaran yang dikutip Iblis. Jawaban tegas Yesus adalah untuk mengingatkan bahwa ada kebenaran lain yang harus dihubungkan sehingga menjadi relevan.
4. Doa (Yohanes 5:14)
“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
5. Yakobus 2: 24
“Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman”.

Solusinya

Paul (Paulus) James (Yakobus
Justification before God
Pembenaran di hadapan Allah
The root of justification
Akar dari pembenaran
Justification by faith
Pembenaran oleh iman
Faith as producer of works
Iman sebagai penghasil perbuatan-perbuatan Justification before humans
Pembenaran dihadapan manusia
The fruit of justification
Buah dari pembenaran
Justification for works
Pembenaran oleh perbuatan
Works as the proof of faith
Perbuatan-perbuatan sebagai bukti dari iman

III. Dampak Lainnya karena belum mengenal paradox

A. Mengenal kata kata yang punya kaitan
1. Kontradiksi
Sesuatu tidak dapat dikatakan adalah A dan bukan A pada waktu yang sama dan dalam relasi yang sama pula
- A
- Non A
- Pada waktu yang sama
- Dalam relasi yang sama

Kejadian 2 : 16-17
- Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: “ Semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas,
- Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kamu makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Kejadian 3: 16
…”tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?






2. Misteri

Istilah “misteri” menunjuk pada apa yang benar tetapi kita tidak mengerti.
Contoh: Tritunggal
- Apa yang diwahyukan didalam Alkitab itulah yang bisa dijelaskan
- Apa yang tidak bisa dijelaskan itulah misteri
Ulangan 29:29a
“hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya,”………….

B. Definisi Paradox

Yunani  Para = disamping dan doxa = pendapat
Arti harafiahnya suatu pendapat yang berdampingan dengan pendapat lain.
Definisi paradox adalah ajaran yang mempunyai dua sisi yang tampaknya saling bertentangan, tetapi yang kedua-duanya benar.

C. 1. Verbal Paradox
Adalah gaya bahasa atau permainan kata-kata. Verbal paradox adalah pernyataan yang seolah-olah menyatukan dua ide yang bertentangan. Banyak kebenaran dalam kehidupan Kristen dapat dinyatakan sebagai paradox. Sebagai contoh;
a. Paulus menuliskan berbagai paradox dalam perjalanannya sebagai orang Kristen: ” Berdukacita, namun senantiasa bersukacita…tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu”. (II Korintus 6:10)
b. JIkalau aku lemah, maka aku kuat ( II Kor 12:10)

Tetapi yang tampak berkontrakdiksi; dalam verbal paradox adalah kata-kata bukan fakta. Tampak kontradiksinya bersifat verbal, bukan realitas, dan dapat dengan mudah digantikan dengan bentuk kalimat non paradox. Dengan kata lain, verbal paradox senantiasa dapat diuraikan.

2. Non Paradox

a. Dalam II Kor 6: 10, Paulus dapat saja berkata, “Dukacita karena keadaan dan sukacita karena Allah senantiasa berpadu dalam pengalamannya, dan meskipun ia tidak memiliki harta, ia merasa memiliki segala sesuatu karena ia memiliki Kristus yang adalah Allah atas segala sesuatu
b. Dalam II Kor 12:10, Paulus dapat mengatatakan bahwa Allah paling menguatkan dia pada saat ia paling menyadari kelemahan manusianya.

Bentuk-bentuk kalimat non paradox memang terasa datar dan tak menarik dibandingkan bentuk paradoxnya tetapi kedua bentuk itu mengekspresikan makna yang tetap sama.
Selain itu perlu diingat Verbal Paradox selalu dapat dimengerti. Seorang pembicara atau penulis mengemukakan ide-idenya dalam verbal paradox agar terus diingat dan memancing orang untuk terus memikirkannya. Tetapi, pendengar atau pembaca tersebut harus dapat menguraikan verbal paradox itu sebab, jika tidak, ia akan menganggap verbal paradox itu benar-benar berkontradiksi sehingga verbal paradox itu akan menjadi tak berarti. Sebuah verbal paradox yang tak dapat dimengerti sama saja dengan sebuah kontradiksi.



D. Martin Luther: Simul Iutus Et Peccator (de jure & de facto)
(Kita sebagai orang kudus sekaligus orang berdosa)
Rasul Paulus sering merujuk orang percaya sebagai orang kudus (Efesus 1:1; Filipi 1:1) dan kita memang orang kudus. Kita adalah orang kudus bukan hanya menurut kedudukan kita di hadapan Allah melainkan menurut hakikat diri kita pula. Kita memang ciptaan baru di dalam Kristus. Perubahan nyata dan mendasar telah terjadi dilubuk keberadaan kita. Roh Kudus telah datang dan berdiam dalam diri kita. Kita telah dimerdekakan dari kuasa dosa. Akan tetapi, kita masih berdosa setiap hari dan banyak kali dalam sehari. Dalam pengertian itu kita adalah orang berdosa.
Kita harus selalu memandang diri sebagai keduanya dari segi hakikat kita di dalam Kristus (orang kudus) dan dari segi hakikat kita didalam diri kita (orang berdosa). Sebagai penolong untuk memahami pandangan dua rangkap terhadap diri kita ini, bayangkanlah Yesus sebagai analogi. Di dalam diri-Nya sendiri Ia tanpa dosa, tetapi sebagai wakil kita Ia mengenakan kesalahan kita. Namun, Ia tidak pernah punya perasaan pribadi yang bertalian dengan kesalahan. Ia sadar sepenuhnya bahwa Ia tanpa dosa, bahkan ketika Ia menggantikan kita menanggung dosa dan kutuk atas dosa kita.
Sebagaimana Kristus dapat memisahkan makna antara Pribadi-Nya yang tanpa dosa dengan jabatan-Nya sebagai pemikul dosa kita, demikian juga kita harus membedakan antara kebenaran yang kita miliki di dalam Dia dengan keberdosaan yang kita lihat di dalam diri kita. Dengan cara serupa, sekalipun kita harus selalu bersukacita karena kebenaran yang kita miliki di dalam Kristus dan jangan pernah berhenti menyadari sungguh-sungguh keberdosaan kita serta ketidaklayakan yang dihasilkannya.
Jika kita tidak mau mengindentikkan diri sebagai orang kudus sekaligus orang berdosa, kita terancam bahaya menipu diri kita dalam hal dosa dan menjadi seperti orang Farisi yang membenarkan diri.
I Yohanes 1: 8
“ Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita”.



IV. Pengantar untuk mengenal Paradox (Onthological)

A. Cahaya

Kompliment Taritet
Yaitu sifat-sifat yang bertentangan, namun saling melengkapi. Ada kejadian atau fenomena fisikalis yang memiliki dua sifat yang berbeda bahkan bertentangan, namun bersifat komplementer, saling melengkapi. Contoh yang terkenal adalah sinar terang (cahaya), yang dalam satu eksperimen menyatakan sifatnya sebagai partikel, namun dalam eksperimen lain berfungsi sebagai gelombang. Dua sifat ini komplementer dan tidak terobyektifkan yaitu tidak dapat dilepaskan dari hubungan observasi masing-masing









Fisikawan Klasik Fisikawan Kuantum
(Newton)
Kalau ada dua pengambaran yang masing-masing berdiri sendiri, paling tidak salah satu harus salah Prilaku gelombang atau partikel dari objek tergantung keputusan anda memilih peralatan pengamatan

Niels Bohr
Fisikawan Denmark
Meskipun prilaku partikel dan gelombang saling berdiri sendiri, keduanya diperlukan untuk pemahaman lengkap terhadap sifat objek, saya menamainya Prinsip saling melengkapi.
“The opposite of a correct statement is false statement but the opposite of a profound truth may be another profound truth”.

B. Doa Agustinus:

Tuhan, perintahkanlah apa yang Kau kehendaki dan berikanlah apa yang Kau perintahkan
















Decroly Sakul

Tidak ada komentar: