IBadah Kantor PMC Jumat, 4 November 2011
Seorang pengajar agama, pemimpin umat, ulama terkenal menjadi penasaran. Pasti ada sesuatu pada orang ini. Mujizat –mujizat itu tanda bahwa orang ini disertai oleh sesuatu yang ilahi, supranatural. Berbeda dengan disiplin ilmu yang ku miliki. Dengan detail hukum taurat tidak sanggup ku pecahkan bagaimana hikmat Orang ini. Kolegaku banyak yang sinis dan mengatakan kesesatan tentang Orang ini. Tapi kebenaran perkataanya membuat kenyataan sebaliknya.
Patut dibasmi biar tidak menjadi ancaman, tetapi Orang ini tidak menunjukkan sikap segan pada kami selaku pemegang hukum berwibawa yang setia teruji memelihara tradisi.
Tanda- tanda itu buatku sangat penasaran, kalau ku teliti baik-baik isi Kitab Suci maka tanda-tanda itu Nampak pada Orang ini. Kebenaran yang disampaikan tidak dapat disangkal. Keturunan siapakah orang ini? Ah, buat apa malu? Biar aman kan ku temui nanti malam.
Nikodemus memberanikan diri bertemu Tuhan……
Tuhan bersedia menemuinya.
Bandingkan dengan pertemuan dengan perempuan Samaria hanya berdua tetapi di siang hari. Dengan seorang perempuan, Yesus mengambil waktu siang hari dan di tempat terbuka.
Banyak kali orang sudah mampu melihat kebenaran, tanda yang menyertai tetapi terus mengeraskan hati. Seringkali lingkungan dan tradisi yang begitu mengakar menutup pandangan normal manusia untuk melihat kebenaran itu sendiri. Tidak heran harus ada sesuatu yang ilahi yang melampaui akal terbatas itu, membuka kecupekan pikiran seseorang barulah orang itu dapat dengan sungguh melihat kebenaran itu sebagai kebenaran. Paulus memiliki lingkungan kepercayaan yang kuat, jabatan, wibawa dan kandidat seumur hidup dihormati dalam wibawa ulama pemimpin agama yang juga menentukan arah politik. Bahkan seorang Pilatus yang memiliki hati yang baik dan pemahaman HAM luar biasa terpengaruh oleh tuntutan Ulama demi jabatan. Pragmatis memang. Sama persis pemerintah daerah yang menutup ijin bergereja (contoh GKI Yasmin) karena takut mengambil resiko. Saking takutnya berani matikan nurani demi keamanan jabatan. Paulus memiliki semua itu tetapi kemudian mengalami kebutaan. Tapi dalam kebutaan lahiriah, Paulus justru melihat kebenaran ilahi.
Ketika ditemui langsung oleh Sang Kebenaran. Arah hidup, persepsi yang tadinya dari Aku menjadi DIA. Itulah sebabnya Paulus sampaikan bahwa adapun hidupku ini bukanlah aku lagi melainkan Kristus yang hidup dalam aku. Orang yang kenal kebenaran sejati lebih banyak melalui hal ekstrim dimana ada hal-hal yang lebih berharga dari sudut pandang manusia ditinggalkan dengan rela. Dimusuhi, terbuang bahkan dibunuh merupakan resiko. Sangat berbeda dengan orang yang tiba-tiba meninggalkan Kekristenannya. Paling karena nikah, jabatan, takut, lingkungan dan seterusnya. Alasan lahiriah.
Orang yang dari kecil sudah Kristen patut waspada, belum tentu Ia telah Kristen. boleh jadi karena lingkungan saja, karena keluarga atau karena lain yang tidak dilandasi pada alas Batu Karang sehingga ketika banjir melanda, lenyap bersama keruhnya air. Nikodemus sudah melihat kebenaran tetapi berusaha melalui pemahamannya sendiri untuk mencapai itu. Dan dia gagal.
Untuk itu terlebih dahulu melalui pekerjaan ilahi, mata rohani harus dicelikkan terlebih dahulu dari kebutaan akibat keterbatasan mahluk dihadapan Sang Khalik.
Dilahirkan kembali bukan masuk ke dalam rahim kembali tetapi dilahirkan dari ALLAH. Dilahirkan dari ‘atas’. ( Yoh 3:7 terjemahan dilahirkan dari atas) Allah itu Roh dan disembah dalam ROH dan Kebenaran. Keturunan Adam sudah mati, mati akibat buah pengetahuan baik dan jahat. Mati sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan Allah. Oleh sebab itu Allah sendirilah yang berinisiatif mencari manusia terlebih dahulu baru kemudian manusia itu sanggup mendapatkan Allah.
Agama dalam definisinya adalah upaya manusia untuk mencari Allah maka sebenarnya kekristenan bukanlah Agama dalam artian tersebut. Potensi Rohani yang telah dilahirkan kembali akan mampu menyembah Allah yang adalah ROH. Dimana saja, kapan saja. Tidak ada waktu khusus, mengarah ke barat, timur selatan kemana saja karena Allah ada dimana saja. Dia Maha Kuasa, Maha Hadir. (Yoh 4: 21-23)
Tradisi kadang mengajarkan kebaikan dan sama sekali tidak memberikan keselamatan.
Seyogyanya, hukum dilakukan bukan karena takut dihukum tetapi karena memahami arti hukum itu untuk diri sendiri. Sama seperti Nikodemus, kadang kita lebih suka melakukan sesuatu untuk pembenaran diri padahal mengenal Sang Kebenaran sejati membuat kita mampu melakukan tuntutan – tuntutan ‘agama’ dengan sukacita bukan untuk memperoleh tetapi karena telah diberi!
Memahami hal-hal lahiriah menjadi andalan manusia yang belum dilahirkan kembali.
Mengandalkan sudut pandang sendiri dan tidak mampu memahami perkara surgawi.
Sama dengan Nikodemus, Tuhan menegur, bagaimana mungkin bisa memahami perkara surgawi jika setiap ajaran Tuhan tetang hal-hal duniawi saja kita tidak mendengarkan.
Yang berbicara dengan Nikodemus adalah Orang yang datang dari SANA. Tidak ada seorangpun yang telah naik ke surga selain daripada Dia yang telah Turun dari Surga (Yoh. 3:13)
Ingat suatu Iklan, jika Valentino Rossi dan Komeng berdiri di depan Anda dan keduanya mengatakan saya dari Italia maka siapa yang anda akan percaya? Rossi atau Komeng?
Dunia menawarkan banyak ajaran tentang Surgawi tetapi hanya ada Satu Orang yang mengajarkan tentang Surgawi dan tanda-tanda menjadi konfirmasinya.
Dan saya mempercayai Satu Orang itu. Datang dari Surga dan membawa tanda Surgawi. Dilahirkan kembali adalah pekerjaan ilahi dilahirkan dari ROH sehingga bukan secara biologis dimana setiap orang dapat disebut Anak Allah yang berhak menerima janji yang kepada Abraham diberikan, bukan Israel lahiriah tetapi Israel baru dimana tidak ada orang Yahudi dan Non Yahudi.
Melalui kematian Kristus setiap orang dapat datang kepada Bapa. Tabir telah dibelah tidak ada yang perlu mewakili kita datang ke tempat kudus. Kristus sudah mati dan melakukan semua itu sehingga setiap orang dapat datang langsung menghadap-Nya, Imamat yang rajani umat yang kudus kepunyaan Allah.
Seorang pengajar agama, pemimpin umat, ulama terkenal menjadi penasaran. Pasti ada sesuatu pada orang ini. Mujizat –mujizat itu tanda bahwa orang ini disertai oleh sesuatu yang ilahi, supranatural. Berbeda dengan disiplin ilmu yang ku miliki. Dengan detail hukum taurat tidak sanggup ku pecahkan bagaimana hikmat Orang ini. Kolegaku banyak yang sinis dan mengatakan kesesatan tentang Orang ini. Tapi kebenaran perkataanya membuat kenyataan sebaliknya.
Patut dibasmi biar tidak menjadi ancaman, tetapi Orang ini tidak menunjukkan sikap segan pada kami selaku pemegang hukum berwibawa yang setia teruji memelihara tradisi.
Tanda- tanda itu buatku sangat penasaran, kalau ku teliti baik-baik isi Kitab Suci maka tanda-tanda itu Nampak pada Orang ini. Kebenaran yang disampaikan tidak dapat disangkal. Keturunan siapakah orang ini? Ah, buat apa malu? Biar aman kan ku temui nanti malam.
Nikodemus memberanikan diri bertemu Tuhan……
Tuhan bersedia menemuinya.
Bandingkan dengan pertemuan dengan perempuan Samaria hanya berdua tetapi di siang hari. Dengan seorang perempuan, Yesus mengambil waktu siang hari dan di tempat terbuka.
Banyak kali orang sudah mampu melihat kebenaran, tanda yang menyertai tetapi terus mengeraskan hati. Seringkali lingkungan dan tradisi yang begitu mengakar menutup pandangan normal manusia untuk melihat kebenaran itu sendiri. Tidak heran harus ada sesuatu yang ilahi yang melampaui akal terbatas itu, membuka kecupekan pikiran seseorang barulah orang itu dapat dengan sungguh melihat kebenaran itu sebagai kebenaran. Paulus memiliki lingkungan kepercayaan yang kuat, jabatan, wibawa dan kandidat seumur hidup dihormati dalam wibawa ulama pemimpin agama yang juga menentukan arah politik. Bahkan seorang Pilatus yang memiliki hati yang baik dan pemahaman HAM luar biasa terpengaruh oleh tuntutan Ulama demi jabatan. Pragmatis memang. Sama persis pemerintah daerah yang menutup ijin bergereja (contoh GKI Yasmin) karena takut mengambil resiko. Saking takutnya berani matikan nurani demi keamanan jabatan. Paulus memiliki semua itu tetapi kemudian mengalami kebutaan. Tapi dalam kebutaan lahiriah, Paulus justru melihat kebenaran ilahi.
Ketika ditemui langsung oleh Sang Kebenaran. Arah hidup, persepsi yang tadinya dari Aku menjadi DIA. Itulah sebabnya Paulus sampaikan bahwa adapun hidupku ini bukanlah aku lagi melainkan Kristus yang hidup dalam aku. Orang yang kenal kebenaran sejati lebih banyak melalui hal ekstrim dimana ada hal-hal yang lebih berharga dari sudut pandang manusia ditinggalkan dengan rela. Dimusuhi, terbuang bahkan dibunuh merupakan resiko. Sangat berbeda dengan orang yang tiba-tiba meninggalkan Kekristenannya. Paling karena nikah, jabatan, takut, lingkungan dan seterusnya. Alasan lahiriah.
Orang yang dari kecil sudah Kristen patut waspada, belum tentu Ia telah Kristen. boleh jadi karena lingkungan saja, karena keluarga atau karena lain yang tidak dilandasi pada alas Batu Karang sehingga ketika banjir melanda, lenyap bersama keruhnya air. Nikodemus sudah melihat kebenaran tetapi berusaha melalui pemahamannya sendiri untuk mencapai itu. Dan dia gagal.
Untuk itu terlebih dahulu melalui pekerjaan ilahi, mata rohani harus dicelikkan terlebih dahulu dari kebutaan akibat keterbatasan mahluk dihadapan Sang Khalik.
Dilahirkan kembali bukan masuk ke dalam rahim kembali tetapi dilahirkan dari ALLAH. Dilahirkan dari ‘atas’. ( Yoh 3:7 terjemahan dilahirkan dari atas) Allah itu Roh dan disembah dalam ROH dan Kebenaran. Keturunan Adam sudah mati, mati akibat buah pengetahuan baik dan jahat. Mati sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan Allah. Oleh sebab itu Allah sendirilah yang berinisiatif mencari manusia terlebih dahulu baru kemudian manusia itu sanggup mendapatkan Allah.
Agama dalam definisinya adalah upaya manusia untuk mencari Allah maka sebenarnya kekristenan bukanlah Agama dalam artian tersebut. Potensi Rohani yang telah dilahirkan kembali akan mampu menyembah Allah yang adalah ROH. Dimana saja, kapan saja. Tidak ada waktu khusus, mengarah ke barat, timur selatan kemana saja karena Allah ada dimana saja. Dia Maha Kuasa, Maha Hadir. (Yoh 4: 21-23)
Tradisi kadang mengajarkan kebaikan dan sama sekali tidak memberikan keselamatan.
Seyogyanya, hukum dilakukan bukan karena takut dihukum tetapi karena memahami arti hukum itu untuk diri sendiri. Sama seperti Nikodemus, kadang kita lebih suka melakukan sesuatu untuk pembenaran diri padahal mengenal Sang Kebenaran sejati membuat kita mampu melakukan tuntutan – tuntutan ‘agama’ dengan sukacita bukan untuk memperoleh tetapi karena telah diberi!
Memahami hal-hal lahiriah menjadi andalan manusia yang belum dilahirkan kembali.
Mengandalkan sudut pandang sendiri dan tidak mampu memahami perkara surgawi.
Sama dengan Nikodemus, Tuhan menegur, bagaimana mungkin bisa memahami perkara surgawi jika setiap ajaran Tuhan tetang hal-hal duniawi saja kita tidak mendengarkan.
Yang berbicara dengan Nikodemus adalah Orang yang datang dari SANA. Tidak ada seorangpun yang telah naik ke surga selain daripada Dia yang telah Turun dari Surga (Yoh. 3:13)
Ingat suatu Iklan, jika Valentino Rossi dan Komeng berdiri di depan Anda dan keduanya mengatakan saya dari Italia maka siapa yang anda akan percaya? Rossi atau Komeng?
Dunia menawarkan banyak ajaran tentang Surgawi tetapi hanya ada Satu Orang yang mengajarkan tentang Surgawi dan tanda-tanda menjadi konfirmasinya.
Dan saya mempercayai Satu Orang itu. Datang dari Surga dan membawa tanda Surgawi. Dilahirkan kembali adalah pekerjaan ilahi dilahirkan dari ROH sehingga bukan secara biologis dimana setiap orang dapat disebut Anak Allah yang berhak menerima janji yang kepada Abraham diberikan, bukan Israel lahiriah tetapi Israel baru dimana tidak ada orang Yahudi dan Non Yahudi.
Melalui kematian Kristus setiap orang dapat datang kepada Bapa. Tabir telah dibelah tidak ada yang perlu mewakili kita datang ke tempat kudus. Kristus sudah mati dan melakukan semua itu sehingga setiap orang dapat datang langsung menghadap-Nya, Imamat yang rajani umat yang kudus kepunyaan Allah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar