Tulisan ini dirangkum Oleh Decroly Sakul -Fr Virgina US
email 13 Jan 2014
I. Ada
tiga cara berpikir yang menghalangi kita mengerti anugerah:
1.
The
Logic of better than (The logic of if only)
Contoh: Joni Earecson Tada
Setamat SMA, Joni yang cantik dan
enerjik pergi berenang ke pantai dengan adiknya perempuan. Singkat cerita, Joni terjun dan terbentur
benda keras di dalam air, sehingga membuat dia lumpuh total.
Pasti timbul dalam pikirannya, lebih
baik saya tidak ke pantai hari itu (the logic of better than) atau jika saja
saya tidak terjun …. (the logic of if only) dan pasti timbul perasaan
penyesalan yang dalam (sense of regret).
Dia pernah mau bunuh diri tapi
itupun dia tidak bisa lakukan karena lumpuh total.
Tapi akhirnya dia menemukan anugerah
Allah, dan dia menjadi hamba Allah yang luar biasa dipakai Tuhan.
(coba cari biografi Joni)
2.
The
Logic of equivalent (sama dengan)
Setiap hari kita membeli sesuatu dan
selalu dinilai sama dengan uang yang kita keluarkan. Begitu juga dalam pekerjaan, kita memberikan
waktu, tenaga dan keahlian kita yang pasti berbanding sama dengan upah yang
kita terima. Bahkan dalam pelayanan,
banyak orang sering mengharapkan suatu imbalam sesuai dengan apa yang mereka
telah lakukan.
Contoh: a) Maria
Lukas 1:31 - Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan
melahirkan seorang anak laki-laki
dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Lukas 1:34 - Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena
aku belum bersuami?”
Disini Maria dipengaruhi oleh the
logic of equivalent, karena secara alamiah Maria menganggap berita itu tidak sama
dengan hal-hal yang berlaku umum.
Tetapi akhirnya Maria
mengerti anugerah Allah.
Lukas 1:38a -Kata Maria:
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku
menurut
perkataanmu itu.”
b) Yusuf
Matius 1:18b-19 - .... Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan
dengan Yusuf, ternyata ia
mengandung dari Roh Kudus, sebelum
mereka hidup sebagai suami
isteri.
-Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus
hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya dimuka
umum, ia bermaksud
menceraikannya diam-diam.
Yusuf juga dipengaruhi oleh the
logic of equivalent, tapi setelah malaikat menjelaskan sesuatu yang diluar the
logic of equivalent kepada Yusuf, akhirnya ia mengerti dan melakukannya.
Matius 1:24 -Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat
seperti yang diperintahkan
malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
3.
The
Logic of what if (bagaimana kalau)
Ada banyak hal di dunia sekitar kita
yang membuat kita merasa kuatir. Masa
depan tidak menentu. Perubahan berjalan
sangat cepat.Kita tidak dapat mengontrol sejarah zaman kita ini melahirkan
kekuatiran.Dan kita semua dipengaruhi olehnya.
Ditambah lagi, kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi apa yang akan terjadi dan membiarkan imajinasi kita bekerja
sebebas-bebasnya maka kita sering terkejut, dan terjebak oleh pikiran kita
sendiri.
Bagaimana kalau terjadi resesi
ekonomi?Bagaimana kalau perusahaan dimana saya bekerja mengalami kebangkrutan?Bagaimana
kalau saya tidak punya penghasilan?Dst.
Contoh: George Muller
Pada masa mudanya, ia hidup tidak
sesuai dengan firman Tuhan. Singkat
cerita, setelah ia mengerti anugerah Allah, ia menjadi hamba Tuhan dan memimpin
panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu di Inggris. Dia tidak pernah meminta bantuan kepada siapa
saja, padahal banyak sekali anak-anak yang ditampung.Dia hanya bergantung penuh
kepada anugerah Tuhan.Tidak ada istilah the logic of what if di dalam kamusnya.
George Muller disebut bapak orang
beriman di abad 20.
(coba cari biografinya)
II. Allah
memberi anugerah pada kita dengan cara:
1. The logic of how much more (begitu jauh
lebih …..)
Romans 5:15 (lihat terjemahannya)
But the gift is not like the
trespass. For if the many died by the
trespass of the one man, how much
more did God’s grace and the gift that came by the grace of the one man,
Jesus Christ, overflow to the many!
2.From the lesser to the greater
Matthew 7:11
If you, then, though you are evil,
know to give good gifts to your children, how much more will your Father
in heaven give good gifts to those who ask Him!
Luke 11:13
If you, then, though you are evil,
know how to give good gifts to your children, how much more will your Father in
heaven give the Holy Spirit to those who ask him!
Lukas memberi tekanan pada pekerjaan
Roh Kudus yang adalah salah satu pemberian Allah yang terbesar.
The argument is from the lesser
(manusia yang jahat saja tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anaknya)
to the greater (begitu jauh lebih baik lagi Bapa di surga memberikan pemberian
yang baik kepada yang meminta kepadaNya).
3.
From
the greater to the lesser (a majori ad minus)
Roma 8:31-32
- Sebab itu apakah yang akan kita katakan
tentang semuanya itu? Jika Allah dipihak
kita, siapakah yang akan melawan
kta?
-
Ia, yang tidak menyayangkan anakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya
bagi
kita semua, bagaimanakah mungkin Ia
tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada
kita bersama-sama dengan Dia?
The argument is from the greater
(Yesus dikorbankan untuk keselamatan kita) to the lesser (bagaimana mungkin Ia
tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita)
III.
Renungan Singkat
1.
Renungan untuk the logic of better than
Menangisi Masa Lalu
(Filipi 3:12-14)
…..:
aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada
apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan …… (Filipi 3:13-14)
Mudah untuk hidup dengan
penyesalan-penyesalan. Beberapa orang
mampu untuk tidak pernah melihat ke belakang, tetapi kebanyakan dari kita
mengarahkan perhatian pada beberapa keputusan yang membuat kita terus berpikir
tentang kehidupan apa yang mungkin terjadi jika kita melakukan hal-hal yang
berbeda dengan yang sudah terjadi (the logic of better than). Pikiran-pikiran seperti itu dapat melumpuhkan
kita.Pikiran yang bercampur dengan perasaan sering membayangi kita dan terus
mengikat perhatian kita pada masa lalu.
Dua kebenaran akan
mencegah masa lalu mencuri sukacita kita sekarang ini: 1) identifikasi kita dengan Yesus (union with
Christ) dan 2) iman kita pada kedaulatan Allah.
Musuh akan menggunakan kesempatan
untuk mengingatkan kita akan kegagalan-kegagalan kita dan menuduh kita dari
ketidaktaatan.
Tentu saja musuh mungkin benar, tetapi kita
tidak hidup berdasarkan apa yang telah kita lakukan dan tidak lakukan. Kita hidup sepenuhnya bersatu dengan
Yesus. Kita berdiri dihadapan Allah
berdasarkan pada apa yang Yesus telah lakukan.
Suatu keyakinan yang teguh bahwa
Allah adalah berdaulat akan juga menjaga kita dari penyesalan-penyesalan
kita. Bahkan ketika kita membuat
langkah-langkah yang salah.Kita bisa percaya bahwa Allah mengetahui tentang itu
sebelum dunia dijadikan dan berencana menggantikan sesuai dengan
rencanaNya.Tidak ada yang telah kita lakukan mengejutkanNya.Ia mengetahui dari
semula bagaimana membawa kita sejalan dengan kehendakNya - bahkan ketika kita
telah berjalan jauh dari yang seharusnya.
Allah tidak pernah meminta kita
untuk memeriksa ke belakang untuk menangisi kelemahan-kelemahan kita. Kita mengakui ketika kita datang kepada Yesus
bahwa kita paling berdosa dan Ia menyelamatkan kita. Waktunya untuk melihat kedepan.
Apakah kenangan masa lalu menghantui
anda?Ambil sikap yang aktif terhadap itu.Arahkan musuh itu kepada Yesus sebagai
dasar dari kebenaranmu – tuduhan-tuduhannya tidak bertalian lagi sekali anda
menemukan identitas anda bersatu dengan Anak Allah yang sempurna.Temukan
pahwalan-pahlawan iman di dalam Alkitab yang gagal – dan perhatikan bagaimana
Allah melaksanakan tujuanNya dengan berdaulat terlepas dari kegagalan-kegagalan
mereka. Tenangkan hatimu di masa
sekarang dan pandang ke depan dengan pengharapan (Hope). Tidak ada masa lalu anda yang dapat
menggagalkan rencana Allah.
God is not defeated by human failure
(William J.C. White)
2.
Renungan yang bertalian dengan the logic of
equivalent
Servant Hearts
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu
yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
(Lukas 17:10)
Sering Yesus menjelaskan bahwa
pendirian (sikap) dari hamba adalah mungkin sekritis pelayanan itu sendiri.Di
dalam kerajaan Allah, hati itu sangat penting.
Tindakan-tindakan kita tentu saja penting, tetapi Tuhan yang melihat
keruwetan (seluk beluk) dari motif kita, mengetahui bahwa tindakan yang benar
akan mengalir secara alamiah dari sikap yang benar. Tuhan mengarahkan Firman-Nya langsung pada
hati kita, dimana Ia sangat menginginkan untuk membentuk kita.
Pengajaran Yesus dalam Lukas 17
sedikit menggoncang ego kita.Kita ingin mendengar suatu pujian sebagai jawaban
atas pekerjaan baik kita untuk Tuhan (the logic of equivalent).Dan dilain
tempat Yesus menunjukkan bahwa kita mungkin boleh menerima satu pujian.Tetapi
itu bukan sikap dimana kita datang kepadaNya.Yesus membersihkan kita dari suatu
asumsi bahwa Allah boleh memakai suatu system timbal balik (quid proqua) segala
sesuatu yang kita terima dariNya adalah suatu hadiah (pemberian).Tetapi kita
sering mencoba menegosiasi kemurahan dari Tuhan – “saya akan bersaksi kepada sesama
saya jika Engkau menjawab doa saya untuk suatu kenaikan”, atau semacam barter
(pertukaran) – kita tidak boleh berada di posisi untuk melakukan seperti
itu. Kita melayaniNya karena itulah apa
yang para hamba lakukan. Titik.
Allah sangat murah hati dan Ia
memberkati kita dengan berkat-berkat yang tidak terkira banyaknya dan tak
terhingga nilainya. Yesus sangat gamblang
tentang itu. Tetapi Ia juga sangat jelas
bahwa kita tidak pernah dapat datang kepada Allah dengan suatu pengertian akan
keberhakkan pada berkat-berkat itu.
Kita tidak boleh mengatakan “Tuhan,
saya telah berkelakuan baik, mengapa Engkau memperlakukan saya seperti
ini?”Melakukan seperti itu menandakan bahwa pada tingkat tertentu, sadar atau
tidak, kita masih berpikir kedudukan kita dengan Tuhan adalah tergantung pada
perbuatan kita.Tentu saja tidak demikian.Kedudukan kita dengan Tuhan adalah
tergantung pada perbuatan Kristus, dan kita selamanya berhutang budi.
Allah sangat memperhatikan pekerjaan
kita.Perbuatan kita tidak menjadi maasalah bagi Tuhan, tetapi hanya sebagai
suatu tanggapan dari iman, bukan perbuatan karena jasa. Sikap kita tentang pelayanan menunjukkan
tingkat dimana injil (gospel) telah merembes di hati kita, itu akan menjadi
pelayanan yang benar-benar rendah hati.
Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa
upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
(1 Korintus 9:18)
3.
Renungan yang berhubungan dengan the logic of
what if
Bagaimana
Kalau
Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani
11:1)
Anda telah berdoa dan mencoba
mengerahkan iman.Anda melewati kesulitan-kesulitan dan mencoba memperkuat
pengharapan.Anda telah membaca pokok-pokok berita dan mencoba mempertahankan
keyakinan.Sementara itu anda berjuang melawan keraguan. Anda bertanya-tanya dalam hati apakah Allah
akan benar-benar mengatasi, apakah ujian-ujian akan diselesaikan, apakah
lingkungan benar-benar akan bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan. Anda telah menyangsikan Allah.
Pikiran manusia penuh dengan
“bagaimana kalau”.“Bagaimana kalau saya menginterpretasi janji-janji Allah
salah?”“Bagaimana kalau Alkitab itu salah?”“Bagaimana kalau doa-doa saya tidak
dijawab?”“Bagaimana kalau saya benar-benar tidak selamat?”
Keraguan yang jujur menyakiti kita
dan itu menghukum tanpa henti.Banyak dari “what if” kita dianjurkan oleh musuh
Allah dengan strategi, banyak juga timbul dari pikiran yang alamiah dari suatu
kedagingan yang berdosa.Kedua-keduanya membuat kita gelisah sampai kita dapat
beristirahat di dalam Tuhan.
Itu adalah bagian dari alasan untuk
pendoa-doa yang luas tekun dan yang bersifat penyembahan. Itu membawa kita dari posisi keraguan ke
posisi iman.Sekali kita berada disana, Allah dapat menjawab sesuai dengan
FirmanNya.Waktu yang kita habiskan untuk memohon kepada Allah tidak begitu
menyakinkan. Dia sebagaimana meyakinkan
kita bahwa Ia dapat dan akan memenuhi kebutuhan kita. Yang terpenting dari ibadah kita ialah untuk
mengingatkan kita siapa Dia dan mengenal siapa Dia akan memelihara iman kita
tidak ada yang lain.
Ketika anda berhadapan dengan
“bagaimana kalau” bagaimana anda menghadapinya?Apakah anda mengolahnya,
berpikir tentang berbagai variable hingga segala sesuatu yang mungkin bisa
keliru memenuhi pikiran anda? Itu bukan
cara dari iman. Allah memanggil kita
melalui semacam ibadah yang akan meredam pikiran kita dalam kuasa dan kasihNya
yang tak habis-habisnya. Hikmat mulai
dengan suatu pengetahuan tentang siapa Allah, dan hikmat sering sebagai
prasyarat untuk pertumbuhan iman.Kita tidak dapat mendekati Allah dengan
keyakinan kecuali kita pertama-tama menetapkan bahwa kehendakNyaterhadap kita
adalah baik. Hanya dengan begitu kita bisa
yakin tentang apa yang tidak kita lihat.
Hanya dengan begitu kita dapat berpegang pada janji-janjiNya. Hanya dengan begitu Ia akan menghadiahi
mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia.
Kepustakaan:
1. Ada beberapa point dari kuliah umum oleh
pendeta Joshua Lie
2. Sedikit cuplikan kalimat dari buku
Helping Worries – James R. Beck & David T. Moore
3. At His Feet Devotional – Chris
Tiegreen
4. Walk with God Devotional – Chris
Tiegreen
Catatan tambahan:
1. The Logic of better than akan
dilengkapi dengan topik
Condemnation, yang artinya kita lebih
memfokuskan diri pada dosa kita daripada pada
anugerah Allah.
2. The Logic of Equivalent akan
dilengkapi dengan topic
3. The Logic of what if akan dilengkapi
dengan topic
Emotionalism, yang artinya kita mendasarkan
pandangan kita tentang Allah pada
perasaan dan emosi yang sering berubah.
Hanya saja
bahan-bahannya harus dikumpulkan, disortir dan disusun secara holistic (utuh)
supaya jangan jatuh pada setengah kebenaran (half truth) yang berdampak sangat
negative.Jadi perlu waktu.
Soli Deo Glori
Decroly Sakul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar