Arsip Blog

Selasa, 14 Januari 2014

GRACE

Tulisan ini dirangkum Oleh Decroly Sakul -Fr Virgina US  
email 13 Jan 2014
I.     Ada tiga cara berpikir yang menghalangi kita mengerti anugerah:

1.       The Logic of better than (The logic of if only)

Contoh:  Joni Earecson Tada
Setamat SMA, Joni yang cantik dan enerjik pergi berenang ke pantai dengan adiknya perempuan.  Singkat cerita, Joni terjun dan terbentur benda keras di dalam air, sehingga membuat dia lumpuh total.
Pasti timbul dalam pikirannya, lebih baik saya tidak ke pantai hari itu (the logic of better than) atau jika saja saya tidak terjun …. (the logic of if only) dan pasti timbul perasaan penyesalan yang dalam (sense of regret).
Dia pernah mau bunuh diri tapi itupun dia tidak bisa lakukan karena lumpuh total.
Tapi akhirnya dia menemukan anugerah Allah, dan dia menjadi hamba Allah yang luar biasa dipakai Tuhan.
(coba cari biografi Joni)

2.       The Logic of equivalent (sama dengan)
Setiap hari kita membeli sesuatu dan selalu dinilai sama dengan uang yang kita keluarkan.  Begitu juga dalam pekerjaan, kita memberikan waktu, tenaga dan keahlian kita yang pasti berbanding sama dengan upah yang kita terima.  Bahkan dalam pelayanan, banyak orang sering mengharapkan suatu imbalam sesuai dengan apa yang mereka telah lakukan.

Contoh:                  a)  Maria
Lukas 1:31  - Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak           laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Lukas 1:34  - Kata Maria kepada malaikat itu:  “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena
aku belum bersuami?”

Disini Maria dipengaruhi oleh the logic of equivalent, karena secara alamiah Maria menganggap berita itu tidak sama dengan hal-hal yang berlaku umum.
Tetapi akhirnya Maria mengerti anugerah Allah.

Lukas 1:38a  -Kata Maria:  “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku
                menurut perkataanmu itu.”

b)  Yusuf
Matius 1:18b-19 -  .... Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia
mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami
isteri.
  -Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya dimuka umum, ia bermaksud
menceraikannya diam-diam.
Yusuf juga dipengaruhi oleh the logic of equivalent, tapi setelah malaikat menjelaskan sesuatu yang diluar the logic of equivalent kepada Yusuf, akhirnya ia mengerti dan melakukannya.

Matius 1:24  -Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan
malaikat Tuhan itu kepadanya.  Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
3.       The Logic of what if (bagaimana kalau)
Ada banyak hal di dunia sekitar kita yang membuat kita merasa kuatir.  Masa depan tidak menentu.  Perubahan berjalan sangat cepat.Kita tidak dapat mengontrol sejarah zaman kita ini melahirkan kekuatiran.Dan kita semua dipengaruhi olehnya.  Ditambah lagi, kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi dan membiarkan imajinasi kita bekerja sebebas-bebasnya maka kita sering terkejut, dan terjebak oleh pikiran kita sendiri.
Bagaimana kalau terjadi resesi ekonomi?Bagaimana kalau perusahaan dimana saya bekerja mengalami kebangkrutan?Bagaimana kalau saya tidak punya penghasilan?Dst.

Contoh:  George Muller
Pada masa mudanya, ia hidup tidak sesuai dengan firman Tuhan.  Singkat cerita, setelah ia mengerti anugerah Allah, ia menjadi hamba Tuhan dan memimpin panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu di Inggris.  Dia tidak pernah meminta bantuan kepada siapa saja, padahal banyak sekali anak-anak yang ditampung.Dia hanya bergantung penuh kepada anugerah Tuhan.Tidak ada istilah the logic of what if di dalam kamusnya.
George Muller disebut bapak orang beriman di abad 20.
(coba cari biografinya)


II.   Allah memberi anugerah pada kita dengan cara:

1. The logic of how much more (begitu jauh lebih …..)
Romans 5:15  (lihat terjemahannya)
But the gift is not like the trespass.  For if the many died by the trespass of the one man,  how much more did God’s grace and the gift that came by the grace of the one man, Jesus Christ, overflow to the many!

2.From the lesser to the greater
Matthew 7:11
If you, then, though you are evil, know to give good gifts to your children, how much more will your Father in heaven give good gifts to those who ask Him!

Luke 11:13
If you, then, though you are evil, know how to give good gifts to your children, how much more will your Father in heaven give the Holy Spirit to those who ask him!

Lukas memberi tekanan pada pekerjaan Roh Kudus yang adalah salah satu pemberian Allah yang terbesar.
The argument is from the lesser (manusia yang jahat saja tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anaknya) to the greater (begitu jauh lebih baik lagi Bapa di surga memberikan pemberian yang baik kepada yang meminta kepadaNya).

3.       From the greater to the lesser (a majori ad minus)
Roma 8:31-32
-  Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu?  Jika Allah dipihak
kita, siapakah yang akan melawan kta?
-  Ia, yang tidak menyayangkan anakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi
kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada
kita bersama-sama dengan Dia?
The argument is from the greater (Yesus dikorbankan untuk keselamatan kita) to the lesser (bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita)


III.  Renungan Singkat

1.        Renungan untuk the logic of better than

Menangisi Masa Lalu
(Filipi 3:12-14)

…..:  aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan …… (Filipi 3:13-14)

Mudah untuk hidup dengan penyesalan-penyesalan.  Beberapa orang mampu untuk tidak pernah melihat ke belakang, tetapi kebanyakan dari kita mengarahkan perhatian pada beberapa keputusan yang membuat kita terus berpikir tentang kehidupan apa yang mungkin terjadi jika kita melakukan hal-hal yang berbeda dengan yang sudah terjadi (the logic of better than).  Pikiran-pikiran seperti itu dapat melumpuhkan kita.Pikiran yang bercampur dengan perasaan sering membayangi kita dan terus mengikat perhatian kita pada masa lalu.

Dua kebenaran akan mencegah masa lalu mencuri sukacita kita sekarang ini:  1) identifikasi kita dengan Yesus (union with Christ) dan 2) iman kita pada kedaulatan Allah.
Musuh akan menggunakan kesempatan untuk mengingatkan kita akan kegagalan-kegagalan kita dan menuduh kita dari ketidaktaatan.
Tentu saja musuh mungkin benar, tetapi kita tidak hidup berdasarkan apa yang telah kita lakukan dan tidak lakukan.  Kita hidup sepenuhnya bersatu dengan Yesus.  Kita berdiri dihadapan Allah berdasarkan pada apa yang Yesus telah lakukan.

Suatu keyakinan yang teguh bahwa Allah adalah berdaulat akan juga menjaga kita dari penyesalan-penyesalan kita.  Bahkan ketika kita membuat langkah-langkah yang salah.Kita bisa percaya bahwa Allah mengetahui tentang itu sebelum dunia dijadikan dan berencana menggantikan sesuai dengan rencanaNya.Tidak ada yang telah kita lakukan mengejutkanNya.Ia mengetahui dari semula bagaimana membawa kita sejalan dengan kehendakNya - bahkan ketika kita telah berjalan jauh dari yang seharusnya.

Allah tidak pernah meminta kita untuk memeriksa ke belakang untuk menangisi kelemahan-kelemahan kita.  Kita mengakui ketika kita datang kepada Yesus bahwa kita paling berdosa dan Ia menyelamatkan kita.  Waktunya untuk melihat kedepan.

Apakah kenangan masa lalu menghantui anda?Ambil sikap yang aktif terhadap itu.Arahkan musuh itu kepada Yesus sebagai dasar dari kebenaranmu – tuduhan-tuduhannya tidak bertalian lagi sekali anda menemukan identitas anda bersatu dengan Anak Allah yang sempurna.Temukan pahwalan-pahlawan iman di dalam Alkitab yang gagal – dan perhatikan bagaimana Allah melaksanakan tujuanNya dengan berdaulat terlepas dari kegagalan-kegagalan mereka.  Tenangkan hatimu di masa sekarang dan pandang ke depan dengan pengharapan (Hope).  Tidak ada masa lalu anda yang dapat menggagalkan rencana Allah.

God is not defeated by human failure
(William J.C. White)

2.        Renungan yang bertalian dengan the logic of equivalent

Servant Hearts

Demikian jugalah kamu.  Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata:  kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
(Lukas 17:10)

Sering Yesus menjelaskan bahwa pendirian (sikap) dari hamba adalah mungkin sekritis pelayanan itu sendiri.Di dalam kerajaan Allah, hati itu sangat penting.  Tindakan-tindakan kita tentu saja penting, tetapi Tuhan yang melihat keruwetan (seluk beluk) dari motif kita, mengetahui bahwa tindakan yang benar akan mengalir secara alamiah dari sikap yang benar.  Tuhan mengarahkan Firman-Nya langsung pada hati kita, dimana Ia sangat menginginkan untuk membentuk kita.

Pengajaran Yesus dalam Lukas 17 sedikit menggoncang ego kita.Kita ingin mendengar suatu pujian sebagai jawaban atas pekerjaan baik kita untuk Tuhan (the logic of equivalent).Dan dilain tempat Yesus menunjukkan bahwa kita mungkin boleh menerima satu pujian.Tetapi itu bukan sikap dimana kita datang kepadaNya.Yesus membersihkan kita dari suatu asumsi bahwa Allah boleh memakai suatu system timbal balik (quid proqua) segala sesuatu yang kita terima dariNya adalah suatu hadiah (pemberian).Tetapi kita sering mencoba menegosiasi kemurahan dari Tuhan – “saya akan bersaksi kepada sesama saya jika Engkau menjawab doa saya untuk suatu kenaikan”, atau semacam barter (pertukaran) – kita tidak boleh berada di posisi untuk melakukan seperti itu.  Kita melayaniNya karena itulah apa yang para hamba lakukan.  Titik.

Allah sangat murah hati dan Ia memberkati kita dengan berkat-berkat yang tidak terkira banyaknya dan tak terhingga nilainya.  Yesus sangat gamblang tentang itu.  Tetapi Ia juga sangat jelas bahwa kita tidak pernah dapat datang kepada Allah dengan suatu pengertian akan keberhakkan pada berkat-berkat itu.

Kita tidak boleh mengatakan “Tuhan, saya telah berkelakuan baik, mengapa Engkau memperlakukan saya seperti ini?”Melakukan seperti itu menandakan bahwa pada tingkat tertentu, sadar atau tidak, kita masih berpikir kedudukan kita dengan Tuhan adalah tergantung pada perbuatan kita.Tentu saja tidak demikian.Kedudukan kita dengan Tuhan adalah tergantung pada perbuatan Kristus, dan kita selamanya berhutang budi.

Allah sangat memperhatikan pekerjaan kita.Perbuatan kita tidak menjadi maasalah bagi Tuhan, tetapi hanya sebagai suatu tanggapan dari iman, bukan perbuatan karena jasa.  Sikap kita tentang pelayanan menunjukkan tingkat dimana injil (gospel) telah merembes di hati kita, itu akan menjadi pelayanan yang benar-benar rendah hati.

Kalau demikian apakah upahku?  Upahku ialah ini:  bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.
                                                                                                                (1 Korintus 9:18)

3.        Renungan yang berhubungan dengan the logic of what if

Bagaimana Kalau

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.                                                                         (Ibrani 11:1)
Anda telah berdoa dan mencoba mengerahkan iman.Anda melewati kesulitan-kesulitan dan mencoba memperkuat pengharapan.Anda telah membaca pokok-pokok berita dan mencoba mempertahankan keyakinan.Sementara itu anda berjuang melawan keraguan.  Anda bertanya-tanya dalam hati apakah Allah akan benar-benar mengatasi, apakah ujian-ujian akan diselesaikan, apakah lingkungan benar-benar akan bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan.  Anda telah menyangsikan Allah.

Pikiran manusia penuh dengan “bagaimana kalau”.“Bagaimana kalau saya menginterpretasi janji-janji Allah salah?”“Bagaimana kalau Alkitab itu salah?”“Bagaimana kalau doa-doa saya tidak dijawab?”“Bagaimana kalau saya benar-benar tidak selamat?”
Keraguan yang jujur menyakiti kita dan itu menghukum tanpa henti.Banyak dari “what if” kita dianjurkan oleh musuh Allah dengan strategi, banyak juga timbul dari pikiran yang alamiah dari suatu kedagingan yang berdosa.Kedua-keduanya membuat kita gelisah sampai kita dapat beristirahat di dalam Tuhan.

Itu adalah bagian dari alasan untuk pendoa-doa yang luas tekun dan yang bersifat penyembahan.  Itu membawa kita dari posisi keraguan ke posisi iman.Sekali kita berada disana, Allah dapat menjawab sesuai dengan FirmanNya.Waktu yang kita habiskan untuk memohon kepada Allah tidak begitu menyakinkan.  Dia sebagaimana meyakinkan kita bahwa Ia dapat dan akan memenuhi kebutuhan kita.  Yang terpenting dari ibadah kita ialah untuk mengingatkan kita siapa Dia dan mengenal siapa Dia akan memelihara iman kita tidak ada yang lain.

Ketika anda berhadapan dengan “bagaimana kalau” bagaimana anda menghadapinya?Apakah anda mengolahnya, berpikir tentang berbagai variable hingga segala sesuatu yang mungkin bisa keliru memenuhi pikiran anda?  Itu bukan cara dari iman.  Allah memanggil kita melalui semacam ibadah yang akan meredam pikiran kita dalam kuasa dan kasihNya yang tak habis-habisnya.  Hikmat mulai dengan suatu pengetahuan tentang siapa Allah, dan hikmat sering sebagai prasyarat untuk pertumbuhan iman.Kita tidak dapat mendekati Allah dengan keyakinan kecuali kita pertama-tama menetapkan bahwa kehendakNyaterhadap kita adalah baik.  Hanya dengan begitu kita bisa yakin tentang apa yang tidak kita lihat.  Hanya dengan begitu kita dapat berpegang pada janji-janjiNya.  Hanya dengan begitu Ia akan menghadiahi mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Kepustakaan:
1.        Ada beberapa point dari kuliah umum oleh pendeta Joshua Lie
2.       Sedikit cuplikan kalimat dari buku Helping Worries – James R. Beck & David T. Moore
3.       At His Feet Devotional – Chris Tiegreen
4.       Walk with God Devotional – Chris Tiegreen


Catatan tambahan:
1.       The Logic of better than akan dilengkapi dengan topik
Condemnation, yang artinya kita lebih memfokuskan diri pada dosa kita daripada pada
anugerah Allah.

2.       The Logic of Equivalent akan dilengkapi dengan topic
Legalism, yang artinya kita mendasarkan hubungan kita dengan Allah pada kinerja kita.
3.       The Logic of what if akan dilengkapi dengan topic
Emotionalism, yang artinya kita mendasarkan pandangan kita tentang Allah pada
perasaan dan emosi yang sering berubah.


Hanya saja bahan-bahannya harus dikumpulkan, disortir dan disusun secara holistic (utuh) supaya jangan jatuh pada setengah kebenaran (half truth) yang berdampak sangat negative.Jadi perlu waktu.


Soli Deo Glori
Decroly Sakul

Tidak ada komentar: