Arsip Blog

Senin, 23 Juni 2014

Enos

Semakin 'majunya' peradaban manusia semakin yakin pada dirinya sendiri. Peradaban manusia sudah beberapa kali mengalami pasang surut. Kita ingat jaman Purba ketika manusia hendak membuat menara, bersatu dan membuat kekuatan sendiri melawan Sang Khalik. Apa lacur dalam masa jaya pengaggungan terhadap kekuatan manusia itu sendiri kehancuran melanda. Mereka terpecah karena tidak bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Humanisme sekarang semakin kuat. Manusia seolah sanggup mengatasi semua masalah. Negara yang menganggap maju peradaban tidak lagi menganggap Tuhan itu penting. Eropa dan Amerika yang telah mengalami perbaikan cara pandang dan diperbaharui kekristenan telah dengan sengaja melupakan bahwa perolehan kemajuan yang dicapai adalah karena kekristenan. Dengan pasti kekristenan diangggap produk usang. Humanisme menjadi peganggan. Manusialah yang menentukan takdirnya.

Buku kuno dan dianggap tidak penting; Alkitab terus dikesampingkan. Ditolak atau tidak, buku ini telah memberikan kesaksian tentang manusia itu sendiri. Dan akan terus membuktikan tentang ceritanya. (His Story)

Kejadian 4:26 ceritakan tentang Enos. Lahirlah seoran anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN. Dalam versi Korea menerjemahkan waktu itu barulah orang-orang memulai ibadah sambil memanggil nama Tuhan (Silsilah di Alkitab Kejadian Seri 1 – Pdt Abraham Park, D. Min., D.D. hal 113)

Kenapa dinamai Enos? Enos kan artinya mudah pecah atau lemah.
Set yang hidup 912 tahun dan hidup bersama dengan ayahnya Adam 800 tahun mengetahui keturunan dari kakaknya Kain dan bagaimana mereka mengandalkan diri mereka. Semakin lama semakin manusia meninggalkan Tuhan. Kain tahu persis tentang penciptaan. Tahu bahwa ayahnya tidak pernah melewati masa bayi. Tahu bahwa ayahnya bisa bergerak karena hembusan nafas dari Allah. Tahu bahwa eksistensi manusia itu adalah ciptaan. Dan Pencipta adalah segala-galanya. Tapi gairah dan cara pandang semakin jauh dari Pencipta. Kain lebih percaya pada dirinya sendiri. Kain tidak mau melihat keterbatasan dan semakin jauh dari Adam semakin jauh dari Allah.

105 tahun usia Set kemudian memperoleh  seorang putera. Set menamainya Enos. Ada satu yang istimewa dari kelahiran Enos yang dicatat oleh ‘buku usang’ bahwa pada saat itu orang mulai beribadah pada Tuhan. Set berlawanan dengan kakaknya Kain. Set menyadari benar bahwa manusia sangat lemah. Mudah Pecah dan perlu sesuatu untuk kekuatannya. Perlu tempat berpijak yang kokoh. Set tahu bahwa Tuhanlah tempatnya. Pecipta-Nya sendirilah tempat berpijak dan berpaut. Terbukti nantinya keturunan dari Set inilah yang menjadi cikal bakal keturunan yang melahirkan Kristus.

Semakin jauh manusia dari pencipta maka semakin yakinlah manusia tersebut bahwa kekuatannya adalah yang paling utama. Semakin jauh dari pencipta semakin yakin manusia itu bahwa dirinya dapat menyelamatkan jiwanya sendiri. Manusia itu sendirilah yang dapat menentukan masa depannya. Semakin jauh dari Pencipta semakin yakin manusia itu bahwa dirinya tidak mudah pecah. Dirinya kuat dan dapat diandalkan.

Cerita Enos dari buku usang yang sudah semakin ditinggalkan manusia terjadi zaman awal manusia eksis di dalam semesta. Dan model tentang meninggalkan Pencipta dan bergantung pada Pencipta menjadi cerita yang akan terus berlangsung sampai Pencipta itu datang kembali. Buku usang ini tidak pernah meleset karena masa depanpun telah diceritakan dalam bentuk nubuatan. Setiap hari  terus menegaskan dirinya dengan nubuatan yang dibukakan. Kerajaan dan pemimpin beralu tapi cerita ini tidak pernah berlalu. Buku usang ini tidak diperdulikan dan hanya menjadi tempat debu menutupi bagi manusia yang menganggap dirinya kuat dan mampu. Ironi karena manusia itu sendiri hanya berasal dari debu hanya bisa hidup ketika debu itu diberi tiupan Ilahi.

Renungkan:
Apakah saat ini anda merasa tidak butuh Tuhan, mungkin semua yang kau inginkan dapat diperoleh dengan mudah?
Jika demikian maka anda sedang menuju kehancuran.



Tidak ada komentar: