Arsip Blog

Senin, 15 Juli 2019

Ragi Orang Farisi



Sebagai jemaat, saya memahami akan ragi orang Farisi, mungkin berbeda jauh dengan yang dipahami para Ahli. Pemahaman saya;
Ragi itu sesuatu yang membentuk adonan agar keliatan bagus mengembang. Dalam bacaan lain, Yesus menyuruh dengarkan apa yang diajarkan oleh Farisi / Ahli Taurat tapi dalam banyak kesempatan Tuhan juga mengecam mereka (Farisi) dengan keras. Seperti kuburan yang dilabur putih, memakai jubah yang panjang dan berdoa dengan angkuh membedakan status manusia bahwa mereka suci dan yang tidak seperti mereka adalah pendosa. Mereka pintar berkata-kata tetapi tidak melakukannya. Membebani umat dengan aturan yang mereka buat sementara mereka bebas melanggarnya.

Jadi ragi orang Farisi adalah kemunafikan. Karena mereka ‘komplotan resmi’ maka kelihatan sebagai adonan yang bagus. Karena mereka yang ‘resmi’ menguasai struktur fisik bait suci maka semakin sempurnahlah mereka menjalankan ritual kemunafikan dimana seluruh umat tidak ada jalan lain selain harus mengikutinya.

Korban bakaran dan korban penghapus dosa wajib dibeli melalui lembaga mereka. Siapa berani melanggar tidak kudus, catat dan tidak layak jadi persembahan. Strategisnya pengaruh terhadap masyarakat maka  organisisasi menjadi penting dan bergengsi  sehingga ada orang yang jadi gila jabatan, gila hormat. Adonan gila itu tetap kelihatan bagus karena ditutupi Ritual Agama.

Organisasi model ini pasti jadi anti kritik dan pelanggar pasti dihukum. Jangan heran, Yesus yang tidak pernah melakukan kejahatan, disalibkan. Kenapa, karena lembaga mereka terancam. Kewibawaan terancam. Jabatan, kehormatan, kekayaan, kenyamanan bisa sirna seketika ketika umat berpaling. 

Jadi bait suci yang untuk Allah sudah dianggap sebagai milik mereka. Ketika hendak dikembalikan kepada fungsi sebenarnya, mereka merasa terancam. Sebagai kaum rohaniawan mereka bermanufer menutupi kekejaman dan rencana busuk dengan memanfaatkan politik memberhangus orang itu (Yesus). Ketika Pemilik mengutus Anak-Nya sebagai Ahli Waris, malah mereka bunuh.

Ragi hanya membuat adonan kelihatan bagus. Membentuk rupa sehingga eye cacthing. Orang yang tidak mau atau malas belajar tentu manut saja teriak, salibkan Dia, salibkan Dia. 
Biasalah yang sekedar ‘iko rame’ teriaknya paling keras. 
Dia sedang berpikir bela agama dan melakukan pekerjaan mulia dan nanti masuk surga. 

Adonan ragi ini menarik dan menipu bagi yang tidak teliti. Keliatan benar  karena ada ritual agama sehingga mereka merasa itulah kesucian padahal kemunafikan tidak bertepi.

Rajin berdoa tapi rajin memaki memfitnah, rajin beribadah tapi jadi pegawai pake cara suap, itu contoh kemunafikan boleh jejerin contoh  lain. Pake stola dan status selamat hari minggu, tetapi status selanjutnya bikin orang lain terganggu.

Apakah lembaga (Ahli Taurat/Farisi) yang kemudian dipakai untuk menjalankan kehendak Allah karya Allah? 
No! 
Bukan!
12 Murid yang tidak dilantik melalui keputusan sinode, tidak ada mobil dinas, tidak ada gedung bertiang megah dan gaji standard UMP.
Ketika kehendak Allah dijalankan, 5 roti dan 2 ikan dapat memenuhi kebutuhan (baca kebutuhan bukan keinginan). Itupun kalau cerita ini dianggap  bukan cerita mitos yang segan dibahas di banyak kampus teologia. Banyak Pelayan Firman tapi ragu membicarakan tentang pekerjaan Allah yang ‘tidak masuk akal'.

Ya, 12 orang yang dianggap tidak memiliki status kekudusan standard ‘ahli taurat’. Murid-murid yang hanya menyandarkan pada kehendak Allah dan taat, gereja terbentuk
Jangan dibalik, gereja itu ada karena karya Allah. Bukan karya Allah ada karena ada gereja

12 murid tanpa adonan Ragi Farisi menghasilkan pekerjaan Allah ke seluruh penjuru melampaui batasan biologis suku Yahudi, melampaui batasan geografis dan politik.
Itulah sebabnya juga ketika gereja yang mapan lupa pada tugas pokoknya yaitu menjalankan kehendak Allah, selalu Tuhan memakai 'órang luar' mendobrak kemapanan organisasi, kemapanan ragi kepalsuan. Tiba-tiba  orang-orang ‘tanpa sinode’ orang-orang 'diluar gereja' yang dianggap ‘tidak kudus’ tidak sah tidak legal justru menjadi pelayan yang dipakai dengan luar biasa mengoreksi dan melakukan reformasi.

Dengan tanpa saldo dana  Allah dapat menambah jumlah (Kis. 2). 
Para reformator pun berani tinggalkan kemapanan, prospek jabatan apalagi kekayaan karena setia pada kehendak Allah lalu gereja ada, sinode ada. 

Kalau ada gereja yang besar jangan senang dulu apalagi yang sibuk bertikai, maka segeralah instrospeksi. Bisa jadi mereka sedang hidup dalam ragi farisi.

Tidak ada komentar: