Arsip Blog

Minggu, 04 Agustus 2019

Listrik Pintar, Jakarta (Indonesia) Pintar.


Listrik mati beberapa jam, mungkin orang masih bisa bertahan. 
Lihat saja di beberapa wilayah yang Listriknya belum stabil bahkan rutin dijatah ‘kehidupannya’, aktivitas di sana masih berjalan biasa. Bahkan masyarakat yang hidup tanpa listrikpun masih bisa hidup.

Tapi di kota,  listrik mati ditambah signal mati, maka kami di mall saja harus saling cari untuk bertemu kemarin. Komunikasi terputus, satu dengan yang lain sulit ketemu padahal dalam satu mall yang sudah panas dan penerangan terbatas. Supaya bisa bertemu, pakai acara berdoa dalam hati – karena mo teriak, apa daya   mallnya gede
Singkat cerita akhirnya bertemu. Pertemuan itu membahagiakan.

Mesin ATM mati, kartu eletronik tidak bisa dipergunakan apalagi kartu kredit. 
Toilet untunglah masih bisa nyemprot. 
Jalanan gelap ketika pulang dan lampu lalulintas mati. Saat itu tidak ada dari polisi yang berjaga tapi sesama pengendara saling bergantian jalur mungkin karean sama-sama mengerti kondisi yang terjadi.

Sampai di rumah gelap gulita. 
Ngungsi kemana? Tempat lain juga mati.
Ada yang ke hotel nginap sementara. 
Berapa lama, genset di hotel bisa bertahan? Tergantung juga kemampuan hotelnya. 
Mau nanya kabar, telepon mati. Air mati. Toren jadi andalan. 
Lalu tindakkan menghemat tiba-tiba dilakukan. 
Ternyata banyak  yang berharga setiap hari tidak kita syukuri.

Bagaimana dengan yang di rumah sakit, rumah jompo? Bagaimana yang lagi operasi? Bagaimana yang lagi perawatan insentif eh intensif? Bagaimana keluarga yang jaga hendak berkomunikasi, sementara jaringan terputus? Ada mahasiswa terjebak di lift, 2 jam usaha tim pemadam mengeluarkannya dari dalam lift yang terhenti di antara lantai yang 1 dan 2.

Ada  untungnya suasana pilpres sudah lewat, potensi konflik di tengah masyarakat sudah redah. 
Kan gelap-gelap seperti hari Minggu 4 Agustus kemarin bisa dimanfaatkan oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk membuat kerusuhan dan kekacauan. 
Dimana tidak ada line komunikasi, sehingga pihak keamanan akan sulit berkoordinasi. 
Wuih serem juga membayangkan. 

Untunglah kita diajarkan untuk positif thinking. 
Tapi ini harus jadi aware untuk pihak terkait, pemerintah dan jajarannya.
Karena kendala seperti ini bisa saja dimanfaatkan.

Bagaimana kalau ada negara lain yang sabotase, atau kelompok teror sabotase. 
Ini pemikiran lebay memang.
Tapi kadang-kadang yang kita tidak bayangkan justru terjadi. 
Seluruh listrik di area Jabodetabek semua mati, ini bukan satu RT, ini bukan 'kematian' sepele.

Bagaimana strategi kita bilama dalam kondisi perang. 
Bagaimana action plan aparat keamanan kita, aparat intelegent kita bilamana komunikasi sudah putus. 
Bagaimana tempat-tempat strategis beroperasi bilamana kita tidak dapat memantau situasi.

Menurut saya kejadian ini perlu ada tindaklanjutnya. 
Banyak kejadian fatal yang bisa terjadi dengan kondisi seperti kemarin. Kejadian ini perlu diambil hikmahnya dan langkah-langkah kongkrit antisipasinya sehingga tidak terjebak pada ketidak berdayaan hanya karena tidak mempersiapkan apa  yang seharunya sudah dapat dipersiapkan sejak awal.

Tidak ada komentar: