Listrik mati
beberapa jam, mungkin orang masih bisa bertahan.
Lihat saja di beberapa wilayah
yang Listriknya belum stabil bahkan rutin dijatah ‘kehidupannya’, aktivitas di
sana masih berjalan biasa. Bahkan masyarakat yang hidup tanpa listrikpun masih
bisa hidup.
Tapi di kota, listrik mati ditambah signal mati, maka kami
di mall saja harus saling cari untuk bertemu kemarin. Komunikasi terputus, satu
dengan yang lain sulit ketemu padahal dalam satu mall yang sudah panas dan
penerangan terbatas. Supaya bisa bertemu, pakai acara berdoa dalam hati –
karena mo teriak, apa daya mallnya gede.
Singkat cerita akhirnya bertemu. Pertemuan
itu membahagiakan.
Mesin ATM mati,
kartu eletronik tidak bisa dipergunakan apalagi kartu kredit.
Toilet untunglah
masih bisa nyemprot.
Jalanan gelap ketika pulang dan lampu lalulintas mati.
Saat itu tidak ada dari polisi yang berjaga tapi sesama pengendara saling
bergantian jalur mungkin karean sama-sama mengerti kondisi yang terjadi.
Sampai di rumah gelap gulita.
Ngungsi
kemana? Tempat lain juga mati.
Ada yang ke hotel nginap sementara.
Berapa lama,
genset di hotel bisa bertahan? Tergantung juga kemampuan hotelnya.
Mau nanya
kabar, telepon mati. Air mati. Toren jadi andalan.
Lalu tindakkan menghemat
tiba-tiba dilakukan.
Ternyata banyak
yang berharga setiap hari tidak kita syukuri.
Bagaimana dengan
yang di rumah sakit, rumah jompo? Bagaimana yang lagi operasi? Bagaimana yang
lagi perawatan insentif eh intensif? Bagaimana keluarga yang jaga hendak
berkomunikasi, sementara jaringan terputus? Ada mahasiswa terjebak di lift, 2
jam usaha tim pemadam mengeluarkannya dari dalam lift yang terhenti di antara
lantai yang 1 dan 2.
Ada untungnya suasana pilpres sudah lewat, potensi konflik di tengah masyarakat sudah redah.
Kan gelap-gelap seperti hari Minggu 4 Agustus kemarin bisa dimanfaatkan oleh
kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk membuat kerusuhan dan kekacauan.
Dimana
tidak ada line komunikasi, sehingga pihak keamanan akan sulit berkoordinasi.
Wuih serem
juga membayangkan.
Untunglah kita diajarkan untuk positif thinking.
Tapi ini
harus jadi aware untuk pihak terkait, pemerintah dan jajarannya.
Karena kendala seperti ini bisa saja
dimanfaatkan.
Bagaimana kalau
ada negara lain yang sabotase, atau kelompok teror sabotase.
Ini pemikiran
lebay memang.
Tapi kadang-kadang yang kita tidak bayangkan justru terjadi.
Seluruh listrik di area Jabodetabek
semua mati, ini bukan satu RT, ini bukan 'kematian' sepele.
Bagaimana strategi kita bilama dalam kondisi
perang.
Bagaimana action plan aparat keamanan kita, aparat intelegent kita
bilamana komunikasi sudah putus.
Bagaimana tempat-tempat strategis beroperasi
bilamana kita tidak dapat memantau situasi.
Menurut saya
kejadian ini perlu ada tindaklanjutnya.
Banyak kejadian fatal yang bisa terjadi
dengan kondisi seperti kemarin. Kejadian ini perlu diambil hikmahnya dan langkah-langkah
kongkrit antisipasinya sehingga tidak terjebak pada ketidak berdayaan hanya
karena tidak mempersiapkan apa yang
seharunya sudah dapat dipersiapkan sejak awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar