Ada dua sosok Anda. Anda yang kelihatan dan Anda yang sesungguhnya. Anda yang kelihatan adalah Anda yang dikenal orang lain. Secara naluri kita tahu dari pengalaman-pengalaman, bagaimana seharusnya bertindak dan berbicara agar sesuai dengan kelompok bergaul kita. Kita sering bertindak berbeda dalam satu kelompok dibandingkan dengan ketika berada dalam kelompok lainnya.
Seringkali kita hidup dalam dua
dunia atau lebih:
1. You are a Chinese
2. You are living in Western World of
management
Management talks about how you do to accomplish goal with the effective
method.
How do you allocate resources: money, time and man power.
3. You are a Christian (as a deacon)
Mana dari ketiga pandangan yang ada
pada Anda akan berperan dalam kegiatan Anda di gereja?
Kita sebagai orang Kristen sering
tidak sadar kita mempunyai split mentality (our lives became fragmented). Tanpa
kita sadar kita mengalami krisis identitas.
Anda
yang kelihatan adalah Anda yang dikenal. Itu bukan Anda yang sesungguhnya. Kita
telah belajar berbicara dan bertindak dengan cara-cara yang memungkinkan kita
menghadapi dunia kita dan hidup berdampingan secara damai. Kita berusaha keras
untuk memproyeksikan citra tertentu menyangkut diri kita terhadap orang lain.
Anda yang sesungguhnya adalah Anda yang
dikenal oleh Allah. Kita adalah siapa kita sesungguhnya dalam benak kita
pertama kalinya sebelum kita berbicara dan bertindak. Cara berbicara kita dan
tindakan-tindakan kita adalah hasil dari cara berpikir kita. Kitab Suci memberitahu kita, “Betapa liciknya
hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah
yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9).
Untuk melindungi citra diri, kita
mengolok, menipu, dan membodohi diri sendiri dengan mempercayai bahwa entah
bagaimana sosok Anda yang kelihatan adalah sosok yang sesungguhnya. Untuk dapat
melihat diri kita apa adanya, kita haru mengakui ketidak-mampuan kita untuk
melakukannya tanpa bantuan Allah.
Pikiran
adalah tempat berkecamuknya pertempuran. Itu adalah pertempuran di antara
pandangan hidup duniawi dan pandangan hidup Kristen. Efesus 6:12 menggambarkan
pertempuran yang memperebutkan pikiran ini: “Karena perjuangan kita bukanlah
melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara.”
Karena
kita tidak menanggapi perang yang tidak kelihatan ini dengan sungguh-sungguh,
banyak dari kita akhirnya kalah dalam pertempuran memperebutkan pikiran kita.
Namun kita dapat merebutnya kembali dengan komitmen untuk melakukan pemeriksaan
diri dengan mempelajari Kitab Suci. Anda dapat mengetahui Anda yang sesungguhnya, Anda yang dikenal oleh Allah kita. Marilah
kita pelajari alat yang menjanjikan untuk menolong kita dalam upaya untuk
memahami diri kita.
The
unexamined life is not worth living
(Plato)
The
Christian life is not a playground, it is a battleground (Warren Wiersbe)
“Mengapa
orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!
Marilah
kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN”
(Ratapan
3:39-40).
“Ujilah
dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!
Apakah
kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam kamu?
Sebab
jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji” (2Korintus 13:5).
THE HUMAN PARADOX
Dua kali pertanyaan “Siapakah
manusia itu?” ditanyakan dan dijawab dalam Perjanjian Lama.
“Apakah
gerangan manusia sehingga dia Kauanggap agung, dan Kau perhatikan”
(Ayub
7:17).
“Apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau
telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan
telah
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat” (Mazmur 8:5-6).
“Bagaimana
manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan
perempuan
itu bersih?
Lebih-lebih
lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat!”
(Ayub
25:4,6).
Setidaknya ada tiga alasan utama
yang membuat pertanyaan ini penting.
1. Berbicara secara pribadi (personally
speaking), untuk menanyakan “Siapakah manusia itu”,adalah cara lain untuk
menanyakan “Siapakah saya? Dengan
demikian kita dapat menanggapi baik mengenai ungkapan Yunani kuno gnothi
seauton, ‘kenali dirimu’, maupun keasyikan orang Barat modern dengan penemuan
jati diri mereka. Karena kalua kita belum sampai mengerti diri kita sendiri,
kita tidak dapat sepenuhnya mengerti hal lain , atau tumbuh menjadi dewasa secara
pribadi.
2. Secara professional
(professionally), apapun pekerjaan kita, kita pasti terlibat dalam melayani
orang. Bagaimana kita memperlakukan orang dalam pekerjaan atau pergaulan kita
hampir seluruhnya bergantung pada bagaimana kita memandang mereka.
3. Secara politis (politically). Apakah
rakyat itu pelayan lembaga, atau lembaga itu pelayan rakyat?
Kritik Kristen atas jawaban
kontemporer akan pertanyaan ‘Siapakah manusia itu?’ adalah mereka cenderung
terlalu naif dalam optimisme mereka atau terlalu negative dalam pesimisme
mereka tentang kondisi manusia.
Humanis sekuler umumnya optimis. Meskipun mereka percaya bahwa
homo sapiens (wise man) tidak lain adalah produk dari proses evolusi acak,
mereka percaya bahwa manusia terus berevolusi, memiliki potensi tak terbatas,
dan suatu saat akan mengendalikan perkembangan mereka sendiri. Tetapi
orang-orang optimis seperti itu tidak menganggap dengan cukup serius garis
penyimpangan moral dan egoism manusiawi yang terus menerus memperlambat
kemajuan dan menyebababkan kekecewaan reformis sosial.
Sebaliknya
Eksistensialisme cenderung sangat pesimistik. Karena tidak ada Tuhan, kata mereka, tidak ada
nilai, atau standar lagi, yang setidaknya masuk akal mereka. Dan meskipun
mereka perlu menemukan keberanian untuk menjadi sesuatu, keberadaan mereka
tidak memiliki arti atau tujuan. Semuanya pada akhirnya tidak masuk akal. Tetapi orang-orang pesimis seperti itu
mengabaikan kasih, sukacita, keindahan, harapan, kepahlawanan, dan pengorbanan
diri yang telah memperkaya kisah manusia.
Karena
itu, kita perlu kutip J.S. Whale
yaitu “bukan optimisme yang mudah dari kaum humanis, atau bukan pesimisme kelam
dari orang yang sinis tetapi realisme
radikal dari Alkitab”
Our Human Dignity (Martabat Manusia Kita)
Nilai
intrinsic manusia melalui penciptaan ditegaskan dari bab pertama Alkitab.
Kita diciptakan menurut gambar Allah
(lihat Kejadian 1:26-28).
Seorang manusia digambarkan oleh
Aristoteles
sebagai hewan politik (political animal)
Thomas
Willis sebagai hewan penyayang (loving animal)
Bejamin
Franklin sebagaoi hewan pembuat alat (tool-making animal)
Enmund
Burke sebagai hewan religious (religious animal).
Penekanan pada perbedaan unik antara
manusia dan hewan ini terus berulang di seluruh Kitab Suci. Argumennya
mengambil dua bentuk:
1. Kita harus malu baik ketika manusia
berprilaku seperti binatang, turun ke level mereka, dan
2. Ketika hewan berprilaku seperti
manusia, melakukan lebih baik dengan insting daripada yang manusia lakukan
dengan pilihan.
Sebagai contoh dari yang pertama,
pria dan wanita menjadi tidak masuk akal dan cuek dan berprilaku seperti
‘binatang buas’ atau ‘seperti kuda atau bagal, yang tidak memiliki pemahaman’.
“Aku
dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu”
(Mazmur
73:22).
“Janganlah
seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus
dikendalikan
dengan tali les dan kekang, kalua tidak, ia tidak akan mendekat engkau”
(Mazmur
39:9).
Sebagai contoh dari yang kedua, kita
dipermalukan karena lembu dan keledai lebih baik dalam mengenali majikan mereka
daripada kita, burung migran lebih baik karena bisa pulang setelah pergi. Dan
semut lebih rajin dan hemat.
“Lembu
mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; Keledai mengenal palungan yang
disediakan
tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya”
(Yesaya
1:3).
“Bahkan
burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-
Layang
dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak
Mengetahui
hukum TUHAN”
(Yeremia
8:7).
“Hai
pemalas, pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak: biarpun
tidak
ada
pimpinannya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim
panas
dan
mengumpulkan makanannya pada waktu panen”
(Amsal
6:6-8).
Lima prinsip, understanding, moral choice, creativity, love and fellowship with God
semuanya secara teratur disebutkan dalam Kitab Suci, dan terus dikenal di dunia
kontemporer, sebagai bentuk perbedaan unik dari kemanusiaan kita.
1. Understanding- rasionalitas
kesadaran diri kita
2. Moral- ada kemampuan kita untuk
membuat pilihan moral
3. Creativity- ada kekuatan kreatifitas
artistic kita
4. Love- ada kapasitas kita untuk
hubungan kasih
5. Fellowship with God- kita mempunyai
rasa haus yang tak puas-puasnya akan Tuhan.
Our Human Depravity (Kerusakan Manusia Kita)
Berikut adalah beberapa kata-kata
Yesus
“Lalu
Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka “Kamu semua
dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar,
yang masuk ke dalam seseorang,
tidak
dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang
menajiskannya.”
Sebab
dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian
,
pembunuhan,
perzinahan,keserakahan, kejahatan, kelicikkan, hawa nafsu, iri hati, hujat,
kesombongan,
kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang”
(Markus
7:14-15, 21-23).
Dalam ayat-ayat yang dikutip di
atas, Yesus membuat pernyataan penting
tentang extent (tingkat), nature
(sifat), origin (asal mula), dan effect (efek) dari kejahatan di dalam
manusia.
1. Extent- Yesus mengajarkan tingkat
kejahatan manusia secara universal
2. Nature- Yesus mengajarkan sifat
egois dari kejahatan manusia
3. Origin- Yesus mengajarkan asal mula
kejahatan manusia
4. Effect- Yesus berbicara tentang efek
yang najis dari kejahatan manusia.
Dengan ini, kita tidak melupakan
martabat kemanusiaan kita yang dijelaskan di halaman sebelumnya. Namun kita
harus memperhatikan keseimbangan terhadap evaluasi Yesus sendiri tentang
kejahatan dalam kondisi manusia kita. Itu bersifat universal (pada setiap
manusia tanpa kecuali), egois (pemberontakan melawan Tuhan dan sesama), ke
dalam (keluar dari hati kita, sifat kejatuhan kita), dan najis (membuat kita
kotor dan karena itu tidak layak untuk Tuahan). Kita yang dicipta menurut
gambar Allah didiskwalifikasi dari hidup bersama Allah.
The Resulting Paradox
Kemudian, ini adalah paradox
kemanusiaan kita: our dignity (martabat kita) dan our depravity (kerusakan
kita). Kita bisa menjadi bangsawan yang terhormat dan juga bisa menjadi orang
paling kejam. Satu saat kita dapat berprilaku seperti Tuhan, yang menurut
gambar-Nya kita diciptakan, dan saat berikutnya seperti binatang, di mana kita
menjadi sangat berbeda. Manusia adalah penemu Rumah Sakit untuk merawat orang
sakit, Universitas untuk memperoleh kebijaksanaan, Parlemen untuk pemerintahan
yang adil, dan Gereja untuk berbakti pada Tuhan. Tetapi kita juga merupakan
penemu Ruang Penyiksaan, Kamp Konsentrasi dan Persenjataan Nuklir. Paradoks
yang aneh dan membingungkan! – mulia dan tercela, rasional dan irasional,
seperti Tuhan dan seperti binatang.
Faktanya,
paradox kemanusiaan kita yang terus berlanjut menyoroti kehidupan pribadi dan
publik kita.
Personal Redemption
Karena
kejahatan tertanam begitu dalam di dalam diri kita, penyelamatan diri sendiri
tidak mungkin dilakukan. Jadi kebutuhan kita yang paling mendesak adalah
penebusan, artinya, permulaan baru dalam hidup yang ditawarkan kepada kita,
pembersihan dari pencemaran dosa dan hati yang baru, bahkan ciptaan baru,
dengan perspektif baru, ambisi baru, dan kekuatan baru. Dan karena kita dicipta
menurut gambar Allah, penebusan seperti itu dimungkinkan. Tidak ada manusia
yang tidak bisa ditebus. Karena Allah datang kepada kita dengan mengutus
Anak-Nya yang tunggal-Yesus Kristus, dan mencari kita yang tersesat bahkan rela
mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa kita agar kita diampuni. Kemudia
Dia bangkit, naik ke surga dan mengutus Roh Kudus, yang mampu memasuki
kepribbadian kita dan mengubah kita dari dalam. Inilah Injil- kabar gembira
itu.
Social Progress
Fakta
bahwa pria dan wanita- bahkan orang jahat sekalipun- menyimpan sisa-sisa citra
ilahi. Itu sebabnya, secara keseluruhan, semua manusia lebih memilih keadilan
daripada ketidakadilan, kebebasan daripada penindasan, kasih daripada
kebencian, dan damai daripada kekerasan. Fakta dari pengamatan sehari-hari ini
meningkatkan harapan kita akan perubahan sosial. Kebanyakan orang menghargai
visi di mana dunia akan menjadi lebih baik. Fakta pelengkap, bagaimanapun,
adalah bahwa manusia “tergelincir pada egoisme”, dan ini membatasi harapan
kita. Para pengikut Yesus adalah realis, bukan utopia. Adalah mungkin untuk
meningkatkan harkat masyarakat (dan catatan sejarah pengaruh sosial Kristen
telah terkenal), tetapi masyarakat yang sempurna, yang akan menjadi “rumah
kebenaran” menunggunggu kedatangan Yesus yang kedua kali.
“Tetapi
sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru,
Di
mana terdapat kebenaran” (@ Petrus 3:13).
Decroly Sakul - Juni 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar