Arsip Blog

Kamis, 31 Maret 2022

DUA SOSOK ANDA

                                                                          

                 Ada dua sosok Anda. Anda yang kelihatan dan Anda yang sesungguhnya. Anda yang kelihatan adalah Anda yang dikenal orang lain. Secara naluri kita tahu dari pengalaman-pengalaman, bagaimana seharusnya bertindak dan berbicara agar sesuai dengan kelompok bergaul kita. Kita sering bertindak berbeda dalam satu kelompok dibandingkan dengan ketika berada dalam kelompok lainnya.

Seringkali kita hidup dalam dua dunia atau lebih:

1.       You are a Chinese

2.       You are living in Western World of management

Management talks about how you do to accomplish goal with the effective method.

How do you allocate resources: money, time and man power.

3.       You are a Christian (as a deacon)

Mana dari ketiga pandangan yang ada pada Anda akan berperan dalam kegiatan Anda di gereja?

Kita sebagai orang Kristen sering tidak sadar kita mempunyai split mentality (our lives became fragmented). Tanpa kita sadar kita mengalami krisis identitas.

                Anda yang kelihatan adalah Anda yang dikenal. Itu bukan Anda yang sesungguhnya. Kita telah belajar berbicara dan bertindak dengan cara-cara yang memungkinkan kita menghadapi dunia kita dan hidup berdampingan secara damai. Kita berusaha keras untuk memproyeksikan citra tertentu menyangkut diri kita terhadap orang lain.

                Anda yang sesungguhnya adalah Anda yang dikenal oleh Allah. Kita adalah siapa kita sesungguhnya dalam benak kita pertama kalinya sebelum kita berbicara dan bertindak. Cara berbicara kita dan tindakan-tindakan kita adalah hasil dari cara berpikir kita.  Kitab Suci memberitahu kita, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9).

Untuk melindungi citra diri, kita mengolok, menipu, dan membodohi diri sendiri dengan mempercayai bahwa entah bagaimana sosok Anda yang kelihatan adalah sosok yang sesungguhnya. Untuk dapat melihat diri kita apa adanya, kita haru mengakui ketidak-mampuan kita untuk melakukannya tanpa bantuan Allah.

                Pikiran adalah tempat berkecamuknya pertempuran. Itu adalah pertempuran di antara pandangan hidup duniawi dan pandangan hidup Kristen. Efesus 6:12 menggambarkan pertempuran yang memperebutkan pikiran ini: “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

                Karena kita tidak menanggapi perang yang tidak kelihatan ini dengan sungguh-sungguh, banyak dari kita akhirnya kalah dalam pertempuran memperebutkan pikiran kita. Namun kita dapat merebutnya kembali dengan komitmen untuk melakukan pemeriksaan diri dengan mempelajari Kitab Suci. Anda dapat mengetahui Anda yang sesungguhnya, Anda yang dikenal oleh Allah kita. Marilah kita pelajari alat yang menjanjikan untuk menolong kita dalam upaya untuk memahami diri kita.

 

                The unexamined life is not worth living  (Plato)

                The Christian life is not a playground, it is a battleground  (Warren Wiersbe)

 

                “Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!

                Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN”

                (Ratapan 3:39-40).

 

                “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!

                Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam kamu?

                Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji” (2Korintus 13:5).

                                                                                THE HUMAN PARADOX

 

Dua kali pertanyaan “Siapakah manusia itu?” ditanyakan dan dijawab dalam Perjanjian Lama.

                “Apakah gerangan manusia sehingga dia Kauanggap agung, dan Kau perhatikan”

                (Ayub 7:17).

                “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau                 mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan

                telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat” (Mazmur 8:5-6).

                “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan

                perempuan itu bersih?

                Lebih-lebih lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat!”

                (Ayub 25:4,6).

Setidaknya ada tiga alasan utama yang membuat pertanyaan ini penting.

1.       Berbicara secara pribadi (personally speaking), untuk menanyakan “Siapakah manusia itu”,adalah cara lain untuk menanyakan “Siapakah saya?  Dengan demikian kita dapat menanggapi baik mengenai ungkapan Yunani kuno gnothi seauton, ‘kenali dirimu’, maupun keasyikan orang Barat modern dengan penemuan jati diri mereka. Karena kalua kita belum sampai mengerti diri kita sendiri, kita tidak dapat sepenuhnya mengerti hal lain , atau tumbuh menjadi dewasa secara pribadi.

2.       Secara professional (professionally), apapun pekerjaan kita, kita pasti terlibat dalam melayani orang. Bagaimana kita memperlakukan orang dalam pekerjaan atau pergaulan kita hampir seluruhnya bergantung pada bagaimana kita memandang mereka.

3.       Secara politis (politically). Apakah rakyat itu pelayan lembaga, atau lembaga itu pelayan rakyat?

Kritik Kristen atas jawaban kontemporer akan pertanyaan ‘Siapakah manusia itu?’ adalah mereka cenderung terlalu naif dalam optimisme mereka atau terlalu negative dalam pesimisme mereka tentang kondisi manusia.

                Humanis sekuler umumnya optimis. Meskipun mereka percaya bahwa homo sapiens (wise man) tidak lain adalah produk dari proses evolusi acak, mereka percaya bahwa manusia terus berevolusi, memiliki potensi tak terbatas, dan suatu saat akan mengendalikan perkembangan mereka sendiri. Tetapi orang-orang optimis seperti itu tidak menganggap dengan cukup serius garis penyimpangan moral dan egoism manusiawi yang terus menerus memperlambat kemajuan dan menyebababkan kekecewaan reformis sosial.

                Sebaliknya Eksistensialisme cenderung sangat pesimistik.  Karena tidak ada Tuhan, kata mereka, tidak ada nilai, atau standar lagi, yang setidaknya masuk akal mereka. Dan meskipun mereka perlu menemukan keberanian untuk menjadi sesuatu, keberadaan mereka tidak memiliki arti atau tujuan. Semuanya pada akhirnya tidak masuk akal.  Tetapi orang-orang pesimis seperti itu mengabaikan kasih, sukacita, keindahan, harapan, kepahlawanan, dan pengorbanan diri yang telah memperkaya kisah manusia.

                Karena itu, kita perlu kutip J.S. Whale yaitu “bukan optimisme yang mudah dari kaum humanis, atau bukan pesimisme kelam dari orang yang sinis tetapi realisme radikal dari Alkitab

 

Our Human Dignity (Martabat Manusia Kita)

                Nilai intrinsic manusia melalui penciptaan ditegaskan dari bab pertama Alkitab.

Kita diciptakan menurut gambar Allah (lihat Kejadian 1:26-28).

Seorang manusia digambarkan oleh

                Aristoteles sebagai hewan politik (political animal)

                Thomas Willis sebagai hewan penyayang (loving animal)

                Bejamin Franklin sebagaoi hewan pembuat alat (tool-making animal)

                Enmund Burke sebagai hewan religious (religious animal).

Penekanan pada perbedaan unik antara manusia dan hewan ini terus berulang di seluruh Kitab Suci. Argumennya mengambil dua bentuk:

1.       Kita harus malu baik ketika manusia berprilaku seperti binatang, turun ke level mereka, dan

2.       Ketika hewan berprilaku seperti manusia, melakukan lebih baik dengan insting daripada yang manusia lakukan dengan pilihan.

Sebagai contoh dari yang pertama, pria dan wanita menjadi tidak masuk akal dan cuek dan berprilaku seperti ‘binatang buas’ atau ‘seperti kuda atau bagal, yang tidak memiliki pemahaman’.

                “Aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu”

                (Mazmur 73:22).

                “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus

                dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalua tidak, ia tidak akan mendekat engkau”

                (Mazmur 39:9).

Sebagai contoh dari yang kedua, kita dipermalukan karena lembu dan keledai lebih baik dalam mengenali majikan mereka daripada kita, burung migran lebih baik karena bisa pulang setelah pergi. Dan semut lebih rajin dan hemat.

                “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; Keledai mengenal palungan yang

                disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya”

                (Yesaya 1:3).

                “Bahkan burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-

                Layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak

                Mengetahui hukum TUHAN”

                (Yeremia 8:7).

                “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak

                ada pimpinannya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas

                dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen”

                (Amsal 6:6-8).

Lima prinsip, understanding, moral choice, creativity, love and fellowship with God semuanya secara teratur disebutkan dalam Kitab Suci, dan terus dikenal di dunia kontemporer, sebagai bentuk perbedaan unik dari kemanusiaan kita.

1.       Understanding- rasionalitas kesadaran diri kita

2.       Moral- ada kemampuan kita untuk membuat pilihan moral

3.       Creativity- ada kekuatan kreatifitas artistic kita

4.       Love- ada kapasitas kita untuk hubungan kasih

5.       Fellowship with God- kita mempunyai rasa haus yang tak puas-puasnya akan Tuhan.

 

Our Human Depravity (Kerusakan Manusia Kita)

Berikut adalah beberapa kata-kata Yesus

                “Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka “Kamu semua

                dengarlah  kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang,

                tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang

                menajiskannya.”

                Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian ,

                pembunuhan, perzinahan,keserakahan, kejahatan, kelicikkan, hawa nafsu, iri hati, hujat,

                kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang”

                (Markus 7:14-15, 21-23).

Dalam ayat-ayat yang dikutip di atas, Yesus membuat pernyataan penting  tentang extent (tingkat), nature (sifat), origin (asal mula), dan effect (efek) dari kejahatan di dalam manusia.

1.       Extent- Yesus mengajarkan tingkat kejahatan manusia secara universal

2.       Nature- Yesus mengajarkan sifat egois dari kejahatan manusia

3.       Origin- Yesus mengajarkan asal mula kejahatan manusia

4.       Effect- Yesus berbicara tentang efek yang najis dari kejahatan manusia.

Dengan ini, kita tidak melupakan martabat kemanusiaan kita yang dijelaskan di halaman sebelumnya. Namun kita harus memperhatikan keseimbangan terhadap evaluasi Yesus sendiri tentang kejahatan dalam kondisi manusia kita. Itu bersifat universal (pada setiap manusia tanpa kecuali), egois (pemberontakan melawan Tuhan dan sesama), ke dalam (keluar dari hati kita, sifat kejatuhan kita), dan najis (membuat kita kotor dan karena itu tidak layak untuk Tuahan). Kita yang dicipta menurut gambar Allah didiskwalifikasi dari hidup bersama Allah.

 

The Resulting Paradox

Kemudian, ini adalah paradox kemanusiaan kita: our dignity (martabat kita) dan our depravity (kerusakan kita). Kita bisa menjadi bangsawan yang terhormat dan juga bisa menjadi orang paling kejam. Satu saat kita dapat berprilaku seperti Tuhan, yang menurut gambar-Nya kita diciptakan, dan saat berikutnya seperti binatang, di mana kita menjadi sangat berbeda. Manusia adalah penemu Rumah Sakit untuk merawat orang sakit, Universitas untuk memperoleh kebijaksanaan, Parlemen untuk pemerintahan yang adil, dan Gereja untuk berbakti pada Tuhan. Tetapi kita juga merupakan penemu Ruang Penyiksaan, Kamp Konsentrasi dan Persenjataan Nuklir. Paradoks yang aneh dan membingungkan! – mulia dan tercela, rasional dan irasional, seperti Tuhan dan seperti binatang.

                Faktanya, paradox kemanusiaan kita yang terus berlanjut menyoroti kehidupan pribadi dan publik kita.

Personal Redemption

                Karena kejahatan tertanam begitu dalam di dalam diri kita, penyelamatan diri sendiri tidak mungkin dilakukan. Jadi kebutuhan kita yang paling mendesak adalah penebusan, artinya, permulaan baru dalam hidup yang ditawarkan kepada kita, pembersihan dari pencemaran dosa dan hati yang baru, bahkan ciptaan baru, dengan perspektif baru, ambisi baru, dan kekuatan baru. Dan karena kita dicipta menurut gambar Allah, penebusan seperti itu dimungkinkan. Tidak ada manusia yang tidak bisa ditebus. Karena Allah datang kepada kita dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal-Yesus Kristus, dan mencari kita yang tersesat bahkan rela mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa kita agar kita diampuni. Kemudia Dia bangkit, naik ke surga dan mengutus Roh Kudus, yang mampu memasuki kepribbadian kita dan mengubah kita dari dalam. Inilah Injil- kabar gembira itu.

Social Progress

                Fakta bahwa pria dan wanita- bahkan orang jahat sekalipun- menyimpan sisa-sisa citra ilahi. Itu sebabnya, secara keseluruhan, semua manusia lebih memilih keadilan daripada ketidakadilan, kebebasan daripada penindasan, kasih daripada kebencian, dan damai daripada kekerasan. Fakta dari pengamatan sehari-hari ini meningkatkan harapan kita akan perubahan sosial. Kebanyakan orang menghargai visi di mana dunia akan menjadi lebih baik. Fakta pelengkap, bagaimanapun, adalah bahwa manusia “tergelincir pada egoisme”, dan ini membatasi harapan kita. Para pengikut Yesus adalah realis, bukan utopia. Adalah mungkin untuk meningkatkan harkat masyarakat (dan catatan sejarah pengaruh sosial Kristen telah terkenal), tetapi masyarakat yang sempurna, yang akan menjadi “rumah kebenaran” menunggunggu kedatangan Yesus yang kedua kali.

                “Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru,

                Di mana terdapat kebenaran” (@ Petrus 3:13).

 

 Decroly Sakul - Juni 2021

                  

Tidak ada komentar: