Arsip Blog

Kamis, 31 Maret 2022

PENGANTAR TAKUT AKAN TUHAN

                                                

                                                            

I.                    PENGETAHUAN

“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Amsal 1:7).

                Takut akan Tuhan adalah fondasi, starting point, dan drive untuk kita memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, pengetahuan yang digunakan di sini lebih dari sekedar mengumpulkan informasi yang kemudian memperoleh keterampilan (skill). Tetapi ini melibatkan kemampuan untuk melihat informasi yang dikumpulkan dengan cara berpikir yang benar (yang didasarkan pada takut akan Tuhan) dan menggunakannya untuk tujuan yang tepat (memuliakan Allah dan menikmatinya).

                Paulus, pada satu sisi, misalnya, berbicara tentang pengetahuan yang tidak didasari pada takut akan Tuhan sehingga pengetahuan tersebut “membuat orang menjadi sombong” (1 Korintus 8:1). Di sisi lain, Paulus mengatakan tentang “pengetahuan akan kebenaran yang membawa kepada kesalehan” (Titus 1:1). Dalam Alkitab bahasa Inggris – ESV, “knowledge of the truth, which accords with godliness.”

                Contoh, dua orang pada dasarnya mungkin memiliki pengetahuan yang sama dalam arti mempelajari kumpulan informasi yang sama. Seseorang memandang pengetahuan ini sebagai sarana untuk memperoleh posisi, kekuasaan, atau kepemilikan, dan menggunakannya untuk tujuan itu (yaitu untuk mendapatkan gengsi, ketenaran, atau harta benda). Sedangkan orang yang lain melihatnya sebagai pemberian dari Tuhan (karena “Tuhanlah yang memberi pengertian dalam segala sesuatu” – 2 Timotius 2:7) dan dengan penuh ucapan syukur mengaplikasikannya untuk memuliakan Allah dan menikmatinya.

                Bandingkan dua dokter, keduanya dengan pelatihan dan keterampilan yang kurang lebih sama. Seseorang takut akan Tuhan dengan sungguh berusaha menggunakan keahliannya untuk melayani Dia dengan melayani manusia. Dokter yang lain tidak takut akan Tuhan dan menggunakan keahliannya sebagai ahli aborsi, atau bisa saja dia melakukan dengan benar tapi berdasarkan pada kode etik kedokteran, atau dengan motif yang lain. Kedua dokter tersebut memiliki informasi yang sama tetapi tidak memiliki pengetahuan yang sama (yang satu takut akan Tuhan dan yang satunya tidak). Hanya orang yang takut akan Tuhan yang memiliki cara berpikir yang benar (perspektif), yang menuntutnya menggunakan keahliannya untuk tujuan yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan.

                Salomo mengatakan bahwa pengetahuan tidak dimulai dengan mempelajari kumpulan informasi atau dalam memperoleh berbagai keterampilan, tetapi dimulai dengan takut akan Tuhan.

Takut akan Tuhanlah yang memberi kita cara berpikir yang benar dan mendorong kita untuk mencapai tujuan yang benar yaitu  memuliakan Allah dan menikmatinya.Takut akan Tuhanlah  yang seharusnya menentukan pandangan hidup kita yang mendasar.

                Akhirnya, kita harus mempertimbangkan pengetahuan yang paling penting dari semuanya. Yesus berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang terlah Engkau utus” (Yohanes 17:3). Pada kenyataannya di sinilah pengetahuan sejati dimulai. Orang yang mengenal Tuhan dan takut akan Dia memiliki sesuatu yang lebih berharga dari pada semua gabungan pengetahuan filsafat dan sains yang disatukan. Ilmuwan dan filsuf dapat menemukan cara untuk memperbaiki hidup ini; orang Kristen telah menemukan jalan menuju yang kekal. Bahwa pengetahuan orang Kristen lebih berharga telah dibuktikan oleh Yesus ketika Dia berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya” (Markus 8:36-37).

                Orang yang takut akan Tuhan dapat menggunakan pengetahuan mereka untuk memuliakan Allah dan menikmatinya. Setiap bidang pengetahuan yang Anda geluti – setiap aspek dunia kerja Anda – seharusnya bagi Anda sebagai orang percaya menjadikannya sumber keajaiban dan penyembahan serta harus digunakan sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan. Dan itu akan terjadi jika Anda menikmati rasa takut akan Tuhan.

 II.                  HIKMAT

“Permulaaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakuasa adalah pengertian” (Amsal 9:10).

                Hikmat alkitabiah adalah pemahaman untuk hidup yang melampaui hikmat dunia.

“Hikmat adalah penggunaan praktis dari pengetahuan” (A. T. Robinson).

                Kitab Suci mengajarkan bahwa hikmat praktis ini berakar pada rasa takut/hormat akan Tuhan. Ayub mengajukan pertanyaan, “Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi” (Ayub 28:12). Kemudian saat dia mendiskusikan keberadaannya, dia berkata dalam ayat 15, “Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni, dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak,” dan demikian pula dalam ayat 18b, “memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara.” Selanjutnya dia berkata dalam ayat 23, “Allah mengetahui jalan ke sana, Ia juga mengenal tempat kediamannya. Dan akhirnya dia menyimpulkan dalam ayat 28, “Takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” Proklamasi itu adalah motif yang terus-menerus dalam Perjanjian Lama. Perhatikan Mazmur 111-10, Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selama-lamanya.”

                Hikmat dimulai dengan takut yang sehat kepada Tuhan. Bagi orang Kristen, ini secara pribadi terhubung dengan Kristus, “yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita” (1 Korintus 1:30). Yesus Kristus adalah expresi sempurna dari hikmat Allah, dan jika kita mengenal Dia, kita menerima dan diubahkan oleh hikmat-Nya.

                Menurut Jerry Bridges, hikmat umumnya didefinisikan sebagai penilaian yang baik atau kemampuan untuk mengembangkan tindakan terbaik dalam menanggapi situasi tertentu. Namun, kebanyakan dalam Alkitab, hikmat memiliki hubungan etis yang kuat. Yakobus 3:17 mengatakan, “ tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama adalah murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan munafik.”

                Sebenarnya kitab Amsal dipenuhi dengan petunjuk untuk hidup sehar-hari. Tapi hikmat praktis ini selalu memiliki nada etis untuk itu. Hikmat dalam Amsal lebih mementingkan kehidupan yang benar dari pada penilaian cerdas. Praktis tidak pernah lepas dari etika.

                Demikianlah mengingat hubungan etis-praktis inilah kita harus memahami bagaimana takut akan Tuhan adalah permulaan dari hikmat, sama seperti takut akan Tuhan adalah dasar pengetahuan demikian juga dasar hikmat.

                Pertimbangkan misalnya Amsal 11:1 – “Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.” Dunia mengatakan “kejujuran adalah kibijakan terbaik” Mengapa? Jawaban dunia adalah, itu bagus untuk bisnis. Bengkel mobil yang jujur mendapat reputasi yang baik dan mungkin lebih banyak mobil untuk diperbaiki. Akan tetapi, hikmat alkitabiah mengakui bahwa Allah memperhatikan kejujuran melebihi dari pada orang dunia. Dunia mungkin mengambil jalan pintas ketika bisnis cenderung merugi dan tidak melakukan kejujuran. Tetapi orang yang takut akan Tuhan berusaha untuk jujur sepanjang waktu. Dia peduli tentang menyenangkan Tuhan dari pada tentang apa yang baik untuk bisnisnya.

                Faktanya, kejujuran adalah kebajikan terbaik. Itu hikmat praktis. Itulah yang dunia katakan (walaupun terlalu sering dunia tidak mempraktikkannya). Tetapi jenis hikmat ini memiliki dasar yang salah. Ini pada dasarnya melayani diri sendiri (ego-centris). Ini membawa kita kearah yang salah dan akhirnya berakhir dengan kesia-siaan, dan frustrasi. Sebaliknya, hikmat yang didasarkan pada takut akan Tuhan mengakui supermasi Tuhan atas setiap bidang kehidupan dan menyadari bahwa Tuhanlah yang membuat kemiskinan dan kekayaan, yang merendahkan dan meninggikan juga ( 1 Samuel 2:7). Dan di dalam hikmat ini kita bersandar, dan bersukacita dalam takut akan Tuhan.

Prinsip bahwa hikmat yang didasarkan pada takut akan Tuhan pada akhirnya mengarah pada kehidupan yang menyenangkan, ini diajarkan berulang-ulang dalam kitab Amsal, dan di seluruh Alkitab. Salah satu ilustrasi yang bermakna ditemukan dalam Amsal 15:16-17, “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan. Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian”.

Pada sesi tanya jawab dan komentar:

                Paul Lalawi mengangkat dua tokoh besar dalam Perjanjian Lama bertalian dengan Takut akan Tuhan dan hikmat.

1.       Abraham bapa orang beriman, dalam Kejadian 22:12, “Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang , bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal pada-Ku.”

Karena itu Allah memberkati Abraham dalam Kejadian 22:18, “Oleh keturunanmulah (in your seed) semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”

Keterangan tambahan, ayat ini dijelaskan dalam Galatia 3:16, “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang tetapi hanya satu orang: “dan kepada keturunanmu” yaitu Kristus.”

2.       Salomo orang paling berbijaksana di dunia, dalam 2 Tawarikh 1:7, 10, 11-12, “Pada malam itu juga Allah menampakkan diri kepada Salomo dan berfirman kepadanya: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.”

Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?”

…engkau meminta kebijaksanaan dan pengertian untuk dapat menghakimi umat-Ku yang atasnya Aku telah merajakan engkau, maka kebijaksanaan dan pengertian itu diberikan kepadamu; selain itu Aku berikan kepadamu kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sebagaimana belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau dan tidak akan ada pada raja-raja sesudah engkau.”

 Sharing:

                D K membagikan pengalaman berbisnis membeli cengkeh dengan teman yang memakai timbangan yang tidak jujur, akhirnya bukan mendapat untung malahan rugi dan membuat hati tidak tenang.

                P L mengaku telah pindah kerja karena tidak sejahtera bekerja di mana boss mengajarkan hal yang tidak benar. Paul merasa tidak tentram karena berlawanan dengan dia mengikuti Study Bible.

                C M mengatakasn setiap habis belanja di supermarket, trolley yang dia gunakan dikembalikan ke tempatnya walaupun jauh dari kendaraannya karena dia merasa sebagai orang Kristen harus bertanggung jawab.  Dia terinspirasi dari seminarnya Joyce Meyer.

                Ini semua memperkaya akan materi yang kita bahas bersama. Good Job.

                                                  “Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan

                                                sehingga orang terhindar dari jerat maut”

                                                (Amsal 14:27)

Decroly Sakul - Virginia Feb 2022

Foto dari FB



 

Tidak ada komentar: