Allah menentang orang yang congkak,
tetapi mengasihani orang yang rendah hati (Yakobus 4:6).
Persoalannya
Orang ingin dan perlu merasa baik
tentang diri sendiri. Apa lagi yang lebih alami dan lebih bermanfaat ketimbang
merasa baik tentang diri sendiri –
memiliki citra-diri yang baik? Namun kapankah saatnya ketika bangga dengan
jabatan atau prestasi kita menjadi suatu dosa? Adakah yang salah ketika dada
kita membusung bangga ketika putra kita mengapai gawang terakhir?
Memegahkan
diri adalah dosa membanding-bandingkan, di mana kita membandingkan
kekuatan-kekuatan kita dengan kelemahan-kelemahan orang lain. Dalam rangka
membuat diri kita merasa lebih baik, kita menjatuhkan orang lain, terkadang
dengan kata-kata dan terkadang hanya
dalam hati. Cara termudah untuk
memandang rendah kepada orang lain adalah dengan memilih orang-orang yang lebih
rendah posisi dan prestasinya ketimbang kita. Dan adalah terutama mudah untuk
memilih kelemahan-kelemahan orang lain untuk dibandingkan dengan
kekuatan-kekuatan kita.
Dosa
memegahkan-diri yang samar-samar memperdayai setiap orang Kristen. Sebagai dosa
yang paling tidak kelihatan, sikap memegahkan diri meresap dalam kehidupan
Kristen seperti air meresap ke dalam parit di sekeliling istana pasir di
pantai. Tak diperlukan upaya untuk mendapatkannya, namun dibutuhkan seluruh
tenaga untuk menghindarinya.
Adakah
lebih dari satu jenis sikap memegahkan diri?
Dua Jenis Sikap Memegahkan Diri
Alkitab
memberitahukan adanya dua jenis sikap memegahkan diri.
Sikap Memegahkan Diri Jenis 1, ditemukan dalam Galatia 6:4, “Baiklah
tiap-tiap orang menguji pekerjannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan
orang lain”. Kunci dari sikap memegahkan diri yang benar adalah tidak
membandingkan diri kita dengan orang lain.
Dari
pada menguji harga diri kita dengan membandingkannya dengan orang lain, kita
didorong untuk mengadakan pemeriksaan diri. Alkitab berfungsi sebagai tolak
ukur kita. Dan ketika nilai kita baik, kita memberi selamat kepada diri
sendiri, namun tanpa mengorbankan orang lain.
Sikap Memegahkan Diri Jenis 2 adalah perasaan unggul yang palsu yang
memperdayai umat Kristen. Karena umat Kristen yang hidup dekat dengan Allah
menjalani hidup yang lebih benar ketimbang orang lainnya, maka mudahlah untuk
memandang rendah orang lain yang kurang berohani. C.S. Lewis pernah berkata,
“Seseorang yang congkak selalu memandang rendah segalanya dan orang lain; dan.
tentunya, selama Anda memandang ke bawah, Anda tak dapat melihat sesuatu yang
di atas Anda”.
Yesus
menceritakan suatu perumpamaan tentang orang-orang yang persis seperti itu,
“yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain” (Lukas
18:9). Seorang pemimpin agama berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya
bahwa ia tidak seperti semua orang lainnya – perampok-perampok, pelaku-pelaku
kejahatan, tukang berselingkuh, dan seorang pemungut cukai di dekatnya, dan
bahwa ia adalah seseorang yang baik. Sang pemungut cukai, yang biasanya bergaul
dengan pelacur-pelacur, orang-orang yang rakus, dan pemabuk-pemabuk, juga
berdoa. Namun ia bahkan tidak berani memandang ke atas dan memohon kepada Allah
untuk mengasihaninya karena ia tahu bahwa ia adalah seorang pendosa.
Kristus
menyimpulkan perumpamaan itu dengan mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Orang
ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 18:14). Dengan membandingkan dirinya dengan
sang pemungut cukai, sang pemimpin agama meninggikan dirinya dengan seseorang
yang lemah ketimbang dengan Allah yang kuat.
Mengapa
ia tidak membandingkan dirinya dengan Musa, Abraham, atau raja Daud? Ketika
Anda dan saya dengan congkaknya membandingkan diri kita dengan orang-orang
lain, mengapakah kita memilih orang yang kita anggap lebih rendah moralnya dari
kita? Kita memilih kelemahan-kelemahan dalam diri orang lain karena sikap memegahkan diri adalah dosa
membanding-bandingkan, di mana saya membandingkan kekuatan-kekuatan saya dengan
kelemahan-kelemahan orang lain.
Dua Jenis Sikap Rendah- hati
Sama
seperti adanya dua jenis sikap memegahkan diri, ada dua jenis sikap rendah-hati.
Dalam Roma 12:3 kita tegaskan definisi dari sikap memegahkan diri yang benar –
Sikap Memegahkan Diri Jenis 1 – dan belajar bagaimana mendifinisikan sikap
rendah-hati yang benar – Sikap Rendah-hati Jenis 1.
Berdasarkan
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang
di
antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang
patut
kamu
pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai
diri
menurut
ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
(Roma
12:3)
Sikap Rendah-hati Jenis 1 intinya adalah tidak memikirkan “lebih tinggi tentang diri Anda
ketimbang yang seharusnya”. Ini menegaskan klise, “Sikap rendah-hati bukanlah
menganggap diri sendiri kecil, melainkan tidak memikirkan diri sendiri
samasekali”. Seseorang yang rendah-hati tidak memandang rendah kepada orang
lain. Ia dapat memegahkan diri sekaligus rendah-hati, memegahkan diri tanpa
membandingkan diri-nya dengan orang lain dan rendah-hati karena tidak
meninggikan dirinya dari yang seharusnya.
Pada saat yang sama, banyak orang mengindap sikap rendah-hati yang keliru.
Sikap Rendah-hati Jenis 2 adalah lawan dari Sikap Memegahkan Diri Jenis 2. Jika saya membandingkan
kelemahan-kelemahan saya dengan kekuatan-kekuatan Anda, saya akan berakhir
dengan citra-diri yang negative. Memandang rendah kepada diri sendiri adalah
suatu racun berbahaya yang sangat meletihkan bagi roh dan pikiran. Sama
berbahayanya dengan berpikir terlalu tinggi tentang diri sendiri, berpikir
terlalu rendah tentang diri sendiri akan memenjarakan jiwa Anda.
Menjaga Keseimbangan yang Benar
Seorang
pesenam yang bersenam di atas palang keseimbangan harus bergerak dengan yakin
di atas palang tersebut, namun pada saat yang sama cukup berhati-hati untuk
tidak jatuh ke salah satu sisinya.
Kita
masing-masing berjalan di atas palang keseimbangan Memegahkan diri/Rendah-hati. Kita harus dengan yakin bergerak di
sepanjang palang keseimbangan ini dengan kombinasi yang benar antara Sikap
Memegahkan Diri Jenis 1 dan Sikap Rendah-hati Jenis 1. Namun, kita harus selalu
berhati-hati agar tidak jatuh ke sisi yang lain ke dalam Sikap Memegahkan Diri Jenis
2 atau ke sisi yang lain ke dalam Sikap Rendah-hati Jenis 2.
Jika
kita mulai berpikir lebih tinggi tentang diri sendiri dari yang seharusnya,
kita tergelincir dan jatuh dari palang tersebut ke dalam Sikap Memegahkan Diri
Jenis 2. Atau jika kita mulai memikirkan pikiran-pikiran yang merugikan diri
sendiri, kita tergelincir jatuh ke sisi yang lain dari palang tersebut ke dalam
Sikap Rendah-hati Jenis 2.
Kita
tidak memandang rendah kepada orang lain, namun kita telah menguji
perbuatan-perbuatan kita sendiri, dan memegahkan diri tanpa membandingkan diri
dengan orang lain. Kita tidak berpikir lebih tinggi tentang diri sendiri dari
yang seharusnya, namun menguasai diri menurut ukuran iman kita.
Marilah
kita melihatnya dengan cara lain menggunakan kosa-kata modern:
·
Sikap
Memegahkan Diri Jenis 1 + Sikap Rendah-hati Jenis 1 = Saya OK, Anda OK
·
Sikap
Memegahkan Diri Jenis 2 =
Saya OK, Anda tidak OK
·
Sikap
Rendah-hati Jenis 2 =
Saya tidak OK, Anda OK
Kekuatan Kita yang Terbesar adalah Kelemahan Kita yang Terbesar
Sikap
Memegahkan Diri Jenis 2 lebih merupakan pencobaan bagi umat Kristen ketimbang
bagi orang-orang yang tidak percaya. Dengan mengejar kehidupan bermoral, kita
dapat melihat bagaimana moralitas kita unggul dibandingkan dengan mereka yang
di sekeliling kita. Semakin kita merasa diri benar, semakin besar potensi kita
menjadi congkak. Allah lebih memilih seorang pendosa yang bertobat dengan
rendah hati (brokenness) ketimbang seorang beragama yang congkak.
Harga Menghakimi Orang lain
Suatu gejala dari sikap memegahkan
diri adalah terus menerus mengkritik orang lain. Tak ada tempat lain di mana
hal ini lebih menonjol ketimbang di dalam komunitas Kristen. Semua orang terus
menerus menghakimi kondisi rohani orang lainnya atas dasar penampilan luarnya.
Semua orang terus menerus menilai mengapa orang yang satu sukses sedangkan yang
lainnya tidak. Tak habis-habisnya sikap menjatuhkan orang-orang Kristen yang
tidak sukses berdasarkan standar duniawi, atau sikap curiga terhadap mereka
yang sukses berdasarkan standar duniawi.
Yesus
berkata,
Jangan
kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman
yang
kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai
untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar
di
mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
(Matius
7:1-3)
Sikap Memegahkan Diri: Dosa dalam Transisi
Sikap
memegahkan diri adalah dosa pokok yang pertama dari tujuh dosa pokok (Amsal
6:16-19). Sikap memegahkan diri adalah asal dari dosa-dosa lainnya. Lewat sikap
memegahkan diri, orang akan sampai kepada dosa mengeraskan hati. Sikap
memegahkan diri adalah kepala keluarga dosa manusia.
Sikap
memegahkan diri dapat membawa kepada ketidak-cocokan, kecemburuan, kecongkakan,
tinggi-hati, sikap membual, kemarahan, iri-hati, kesombongan, roh yang tidak
bergantung, kebencian, merasa diri benar, sikap menghakimi, dan sikap berlagak
suci.
Dosa Orang Buta
Yesus
menyebut kaum Farisi “pembimbing-pembimbing buta”. Dalam alkitab, tak ada
kelompok dengan siapa Yesus lebih bertentangan ketimbang kaum Farisi. Ia
membenci kemunafikan mereka; Ia membenci hati mereka yang congkak. Bila
disimpulkan, tak ada dosa yang lebih melanggar perintah baru yang Ia berikan –
“kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34) – ketimbang sikap memegahkan diri dari
pembimbing-pembimbing buta itu.
Apakah
Anda buta terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain? Apakah Anda melihat
kemarahan seseorang sebagai seruan minta tolong atau sebagai provokasi untuk
serangan-balasan? Apakah Anda membeda-bedakan kelas orang menurut “urutan
kekuasaan”? Tak ada “anak favorit” di mata Allah, dan kita tidak boleh
menunjukkan sikap memihak. Teladan Kristus bagi kita adalah sikap rendah-hati,
dan kita harus memiliki sikap yang sama seperti Dia. Allah menentang yang
congkak namun mengasihani yang rendah-hati. Kita tidak boleh memegahkan diri
melainkan mau bergaul dengan orang berposisi rendah, dan kita tidak boleh
congkak.
Sikap
Memegahkan Diri Jenis 2 adalah jalan menuju masa-masa sulit. Sikap memegahkan
diri seseorang akan merendahkannya. Sebelum kejatuhan seseorang, hatinya
bermegah. Sikap memegahkan diri datang sebelum kehancuran dan roh tinggi-hati
datang sebelum kejatuhan. Amsal 16:18 berkata, “Kecongkakan mendahului
kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan”. Malu adalah hasil-sampingan
dari sikap memegahkan diri. Tuhan membenci semua orang yang memegahkan diri;
mereka pasti dihukum – “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi
TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman” (Amsal 16:5).
Sikap
Memegahkan Diri Jenis 2 sulit dideteksi.
Sikap Memegahkan Diri Jenis 2 ini menyelimuti dalam bayangan. Kita buta
terhadap sikap memegahkan diri karena sulit melihat dalam keremangan cahaya
bayangan. Salah satu masalah kesombongan adalah kita bisa melihatnya pada orang lain tapi tidak pada diri kita
sendiri.
Sikap
memegahkan diri lebih samar-samar. Sejujurnya, kita semua bersalah karena
memegahkan diri dan harus minta kepada Allah untuk membuat kita rendah-hati
agar kita tidak akan menanggung ganjaran-ganjaran dari sikap memegahkan diri:
malu, kehancuran, kejatuhan, dan ditentangnya rencana-rencana kita oleh Allah .
Ini mungkin kedengarannya tidak menyenangkan, namun hanya operasi radikallah
yang akan dapat menghilangkan penyakit yang menghancurkan jiwa ini dari hati
kita.
Kita
semua memegahkan diri hingga tingkat terterntu. Oleh karena itu, kita perlu
mendengar nasehat Paulus, “Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain,
tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri?” (Roma 2:21).
SIKAP MEMEGAHKAN DIRI (2)
1)
Nebukadnezar
Daniel memaknai mimipi Nebukadnezar
sbb.:
Daniel 4:25,
“Tuanku akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggal tuanku akan ada di
antara binatang-binatang di padang; kepada tuanku akan diberikan makanan rumput,
seperti kepala lembu, dan tuanku akan dibasahi dengan embun dari langit; dan
demikianlah akan berlaku atas tuanku sampai tujuh masa berlalu, hingga tuanku
mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan
memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”
Dua belas bulan kemudian’
Daniel 4:30,
“ berkatalah raja: “Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan
kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?”
Terjadilah sesuai apa yang dikatakan Daniel
Daniel 4:33,
“Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia
dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah
oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung
rajawali dan kukunya seperti kuku burung.”
2) Belsyazar
Daniel 5:2,4, “Dalam
kemabukan anggur, Belsyazar memerintahkan orang membawa perkakas dari emas dan
perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di
Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka
minum dari perkakas itu.
Mereka minum anggur dan memuji-muji
dewa-dewa dari emas dan perak tembaga, besi, kayu dan batu.”
Daniel 5:5,
“Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur
dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang
sedang menulis itu.”
Daniel dipanggil untuk memaknai apa
yang dilihat raja, tetapi sebelum Daniel memaknainya, dia mengingatkan apa yang
terjadi pada Nebukadnezar dan mengatakan:
Daniel 5:22,
“Tetapi tuanku, Belsyazar, anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku
mengetahui semuanya ini.”
Daniel memaknai apa yang dilihat raja.
Daniel 5:25-28, “Maka inilah tulisan yang tertulis itu: Mene, mene, tekel ufarsin. Dan
inilah makna perkataan itu: Mene:
masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri; Tekel: tuanku ditimbang dengan neraca
dan didapati terlalu ringan; Peres:
kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia.”
Daniel 5:30, “Pada
malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu.
Bagian yang menakutkan adalah ini: Hal yang paling kita buta adalah kesombongan kita.
Kita
tidak dapat melihat kesombongan – meskipun itu adalah dosa kita yang paling
menyedihkan dan melumpuhkan – kareana sifatnya adalah kebutaan, dan hal pertama
yang membuatnya buta adalah keberadaannya sendiri. (William S. Paley)
Nehustan (Ular Tembaga)
Bilangan 21:4-9 Yohanes
3:14-15
Ayat 5, Melawan
Allah dan Musa Dan
sama seperti Musa meninggikan ular
Ayat 7,
Bangsa Israel bertobat di
padang gurun, demikian juga Anak
Ayat 9,
Siapa memandang pada ular tembaga hidup Manusia
harus ditinggikan supaya setiap
orang
yang percaya kepada-Nya beroleh
hidup
yang kekal.”
Ada Tiga Persamaan
1. Ditinggikan
2. Suber pertolongan
3. Potret kejahatan (menerima kutuk)
3)Hizkia
Raja Yehuda ke 13 – anak raja Ahas.
Berkuasa selama 25 tahun.
A.
Nehustan (Ular tembaga)
2 raja-Raja 18:4, “Dialah (HIzkia) yang menjaukan bukit-bukit pengorbanan dan yang
meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang
menghancurkan ular tembaga yang dibuat
Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban
bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.”
Nehustan
disembah oleh bangsa Israel lebih kurang 700 tahun à menyembah sarana.
Salib \
Kitab Suci \ * Bisa disembah manusia
seperti Nehustan
Teologi >
Pemberian / * Bisa menjadi sombong
Tradisi /
Sarana disembah
Pemberi sarana dilupakan
Biblical Preaching -----à Biblical Culture
(Hear) wisdom (live)
Example: Gap between Knowledge &
Culture à
Dualism
B.
Sikap Memegahkan Diri
2 Raja-Raja 18:5, “Ia (HIzkia) percaya kepada TUHAN. Allah Israel, dan di antara semua
raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi
yang sama seperti dia.”
Kesombongan Hizkia
2 Raja-Raja 20:13, “Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka (utusan dari Babel), lalu
diperlihatkannya kepada mereka segenap gedung harta bendanya, emas dan perak,
rempah-rempah dan minyak yang berharga, gedung persenjataannya dan segala yang
terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan
Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya.”
2 Tawarikh 32:31, “Demikianlah juga
ketika utusan-utusan raja-raja Babel datang kepadanya untuk menayakan tentang
tanda ajaib yang telah terjadi di negeri, ketika itu Allah meninggalkan dia
untuk mencobainya (mengujinya), supaya diketahui segala isi hatinya.” Dari ayat
ini kita belajar bahwa Tuhan sedang menguji dan melalui situasi ini untuk
mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Jawabannya: PRIDE.
Konsekwensi:
2 Raja-Raja 20:16-18, “lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: “Dengarlah firman TUHAN!
Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan
yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak
ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari
keturunanmu yang akan kau peroleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida
di istana Babel.”
“If you think you are not conceited,
it means you are very conceited indeed.”
(Jika kamu pikir kamu tidak sombong,
itu berarti kamu memang sangat sombong)
(C.S. Lewis)
Karena kita buta terhadap
kesombongan kita, itu selalu menjadi masalah dan sumber perpecahan.
IN
PRAISE OF UNITY
(Mazmur 133)
Hal-hal besar datang dalam perikop pendek. Mazmur ini pendek tetapi merupakan permata sastra dan spiritual yang membuat kualitas apa yang kurang dalam kuantitas.
Pemazmur memiliki 4 poin utama:
Pertama,
adalah baik dan menyenangkan ketika saudara-saudara tinggal bersama dalam
kesatuan.
Kedua,
harum.
Ketiga,
menyegarkan
Keempat, itu
adalah jaminan pasti dari berkat Tuhan.
Ayat 1. Persatuan di antara saudara-saudara adalah pemandangan indah untuk dilihat. Namun persatuan tidak mengharuskan mereka memiliki pandangan atau sikap yang sama terhadap segala hal. Tentang hal-hal yang sangat penting dan mendasar, mereka setuju. Pada hal-hal yang sekunder ada kebebasan untuk berbeda sudut pandang. Dalam segala hal harus ada semangat kasih. Bisa ada kesatuan tanpa keseragaman; kita semua berbeda tapi itu tidak menghalangi kita untuk bekerja sama. Semua anggota tubuh manusia berbeda, tetapi karena mereka berfungsi dalam ketaatan kepada kepala, ada kesatuan yang indah. Bisa ada kesatuan tanpa kebulatan suara; Tuhan tidak bermaksud bahwa setiap orang harus setuju pada hal-hal yang tidak penting. Cukup dengan menyepakati dasarnya (intinya). Dalam segala hal kita mungkin tidak setuju selama kita bisa melakukannya tanpa menjadi tidak menyenangkan. Musuh persatuan yang sebenarnya adalah kecemburuan, gossip, fitnah, tanpa cinta dan bisa karena kesombongan.
Ayat 2. Kesatuan adalah seperti wewangian yang harum yang digunakan dalam pengurapan
imam Harun (Keluaran 30:22-30). Itu dituangkan ke kepalanya, lalu turun ke
janggutnya, dan dari sana ke ujung jubahnya. Aroma yang menyenangkan tidak hanya
dinikmati oleh imam itu sendiri tetapi juga oleh semua orang di sekitarnya.
Minyak urapan suci menggambarkan pelayanan Roh Kudus , yang turun sebagai aroma
harum dari umat Tuhan ketika mereka hidup bahagia bersama, dan menyebarkan
aroma kesaksian mereka ke daerah sekitarnya.
Ayat 3. Kemudian lagi persatuan membawa penyegaran. “Ini seperti embun
gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion.” Pemazmur
melihat gunung Hermon sebagai sumber kelembapan yang menyegarkan dan sejuk
untuk pegunungan yang jauh. Sekali lagi embun melambangkan Roh Kudus, membawa
kesegaran dari saudara-saudara yang bersatu sampai ke ujung bumi. Tidak ada
yang bisa mengukur seberapa jauh jangkauan pengaruh orang percaya yang berjalan
dalam persekutuan dengan Tuhan dan dengan satu sama lain.
Poin terakhir adalah bahwa Tuhan memerintahkan berkat di mana saudara dan saudari hidup bersama dalam persatuan. Ambil Hari Pantekosta sebagai ilustrasi. Para murid hidup dalam harmoni dan damai, bersatu dalam doa dan menunggu Roh Kudus yang dijanjikan. Tiba-tiba Roh Allah turun ke atas mereka dalam segala kepenuhan-Nya dan mereka pergi dengan keharuman dan kesegaran injil ke Yerusalem, Yudea, Samaria, dan ujung bumi.
Berkat
ini dijelaskan sebagai hidup selama-lamanya. Hal ini dapat dipahami dalam dua
cara. Ketika ada persatuan di antara umat Allah, mereka sendiri menikmati hidup
dalam arti yang sebenarnya. Dan tidak hanya itu, mereka menjadi saluran di mana
kehidupan mengalir ke orang lain.
Mazmur 133 Persaudaraan yang rukun
1. Nanyian ziarah Daud. Sungguh,
alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan
rukun!
2. Seperti minyak yang baik di atas
kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan keleher jubahnya
3. Seperti embun gunung Hermon yang turun
ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat,
kehidupan untuk selama-lamanya.”
Decroly Sakul - Virginia Maret 2022
Gambar dari google

Tidak ada komentar:
Posting Komentar