Arsip Blog

Selasa, 25 Juli 2023

Tulah Mesir

 10 TULAH MESIR & PAPIRUS IPUWER

===================

===========
Shalom.
Pada artikel kali ini saya bukan mengulas literatur modern atau klasik tetapi literatur yang sangat-sangat kuno, Papirus Ipuwer.
Papirus Ipuwer (bahasa Inggris: Ipuwer Papyrus) adalah selembar kertas papirus yang memuat sebuah sajak Mesir kuno yang dinamakan "Nasihat-nasihat Ipuwer" (The Admonitions of Ipuwer) atau "Dialog antara Ipuwer dengan Tuhan Semesta" (The Dialogue of Ipuwer and the Lord of All). Tanggal pembuatan naskah ini tidak diketahui. Naskah itu sendiri (Papyrus Leiden I 344) merupakan salinan yang dibuat pada zaman Kerajaan Baru Mesir. Beberapa pakar mengusulkan tanggal di antara akhir Dinasti ke-6 dan Periode Tengah Kedua (sekitar 1850 SM-1600 SM), dan tampaknya menggambarkan bagaimana orang Hyksos mengambil alih kekuasaan di Mesir. Tema karya ini awalnya dihubungkan dengan ratapan mengenai kekacauan pada Peride Tengah Pertama, atau sebagai permohonan kepada raja Pepi II Neferkare, menggambarkan kejatuhan Kerajaan Lama. Otto mempelopori gagasan bahwa nasihat-nasihat ini bukan dalam rangka diskusi dengan seorang raja, melainkan antara Ipuwer dengan seorang dewa. Fecht menunjukkan tafsiran filologi dan revisi bacaan-bacaan yang relevan memang merupakan diskusi dengan seorang dewa. Riset modern memberi gagasan bahwa papirus itu dibuat jauh kemudian. David Rohl memperhitungkannya kurang lebih menjelang Exodus. Yang lain menghubungkan dengan Dinasti ke-13 Mesir. Sebagian naskah juga dianggap berhubungan dengan zaman Firaun Khety, dan perkataan Ipuwer sebenarnya ditujukan kepada dewa Atum, bukan kepada raja. Ada pula yang menganggap naskah ini berhubungan dengan Periode Tengah Pertama dan mencatat memburuknya hubungan internasional dan terjadinya kemiskinan umum di Mesir. (en.wikipedia/ipuwer papyrus)
Papirus ini selalu disandingkan dengan 10 Tulah Mesir, jadi saya bahas korelasi kedua catatan kuno ini.
Tulah Mesir dalam bahasa Ibrani adalah מכות מצרים‎ (Makot Mitzrayim) atau עשר המכות‎ (Eser Ha-Makot) yang artinya “Sepuluh Tulah”, yaitu sepuluh bencana yang didatangkan oleh TUHAN atas bangsa Mesir. Karya Allah menyelamatkan umat-Nya akan dilakukan melalui hukuman-hukuman berat atas tanah Mesir, rajanya, allah-allahnya dan bangsanya. Menurut gambaran Alkitab dinyatakan, bahwa Tuhan menghukum para musuhNya dengan tulah atau penderitaan seperti para orang Mesir, yang menghambat keluaran bangsa Israel. Dalam menugasi Musa untuk memimpin Israel keluar dari Mesir, TUHAN memperingatkan dia bahwa hal ini hanya bisa terjadi karena kemahakuasaan TUHAN yang akan mengalahkan segenap kuasa Firaun. Setelah tanda tongkat berubah menjadi seekor ular dan menelan habis ular-ular para juru sihir Mesir tidak juga menggerakkan hati Firaun, maka kuasa TUHAN didemonstrasikan kepada Firaun dan rakyatnya dalam deretan sepuluh macam tulah. Tulah-tulah itu ditimpakan sedemikian rupa sehingga jelas mengungkapkan kenyataan kuasa Allah Israel, dan sekaligus menyingkapkan ketidakberdayaan dewa-dewa Mesir. Sembilan tulah pertama langsung berhubungan dengan gejala-gejala alam di lembah Sungai Nil, tapi tulah kesepuluh, kematian putra sulung, seluruhnya bersifat adikodrati.
Kesembilan tulah pertama mendemonstrasikan bagaimana Allah menggunakan harmoni alam yang telah diciptakan untuk mencapai tujuan-Nya. Penelitian-penelitian modern cenderung membuktikan kenyataan dari apa yang diuraikan dalam Keluaran 7-12 dan keakurasian kekuatan-kekuatan alam latar-belakang sembilan tulah, dan ini menunjukan pengamatan yang teliti dari orang yang menuliskan bagian ini dalam kitab Keluaran sehingga asumsi bahwa kejadian ini baru dituliskan oleh orang dimasa kemudian, dimasa monarki Israel atau juga dimasa Pembuangan ke Babel telah menjadi sangat tidak relevan. Unsur mujizat dalam tulah-tulah ini biasanya dikaitkan dengan kehebatan, waktu dan lamanya. Penelitian yang jauh lebih cermat mengenai gejala-gejala tulah ini dilakukan oleh G. Hort (ZAW 69, 1957, hlm 84-103, dan ZAW 70, 1958, hlm 48-59). Hort menunjukkan, bahwa kesembilan tulah pertama menunjukkan urutan logis dan bersambung, mulai dengan meluapnya air Sungai Nil yang sangat tinggi, yang biasanya terjadi di bulan Juli dan Agustus, disusul sederet tulah dan tulah terakhir berhenti pada sekitar bulan Maret (Ibrani: Abib). Bila luapan air Sungai Nil amat tinggi akan mengakibatkan bencana atas Mesir, sama dengan jika airnya surut terlalu rendah. Berikut ini adalah penjelasan Hort tentang tulah-tulah Mesir:
a. TULAH PERTAMA
Tulah pertama, air Sungai Nil menjadi darah, diceritakan dalam Keluaran 7:14-25 ketika Musa diperintahkan mengangkat tongkatnya di atas air Sungai Nil supaya 'berubah menjadi darah'. Ikan dalam air mati, sungai berbau busuk, dan airnya tentu tidak enak untuk dikonsumsi. Tulah ini bisa ditiru oleh para ahli sihir Mesir dan menimpa juga orang-orang Israel di Gosyen. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Khnum (penjaga sumber air sungai), Hapi (Dewa sungai Nil) dan Osiris (dewa yang diyakini mengaliri Sungai Nil dengan aliran darahnya). Narasi ini sesuai dengan dampak luapan berlebihan dari air Sungai Nil. Makin tinggi airnya makin banyak lumpur yang tertahan, khususnya 'tanah merah' yang halus dari lembah Sungai Nil biru dan Atbara. Makin banyak lumpur yang terbawa maka makin merah air Sungai Nil itu. Luapan air yang demikian luar biasa selanjutnya dapat membawa bersamanya makhluk-makhluk kecil yang dikenal sebagai flagellates dan bakteri-bakteri. Di samping mengubah warna air menjadi berwarna merah darah, hal itu menimbulkan keadaan yang sangat berbahaya bagi ikan yang menyebabkan ikan-ikan mati dan membusuk dalam jumlah besar sekaligus seperti diceritakan dalam kitab Keluaran. Pembusukan itu mengotori air dan mengeluarkan bau busuk. Air Sungai Nil mulai meluap bulan Juli/Agustus dan mencapai puncaknya sekitar bulan September dan kemudian surut. Jadi, tulah pertama menimpa Mesir sekitar Juli/Agustus hingga Oktober/November.
b. TULAH KEDUA
Tulah kedua, katak, diceritakan dalam Keluaran 8:1-15. Tujuh hari setelah tulah pertama (Keluaran 7:25) Mesir dilanda gerombolan besar katak yang, sesuai janji TUHAN, mati secara massal dan lenyap pada hari berikutnya. Tulah ini bisa ditiru oleh para ahli sihir Mesir. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Heqet, dewi kesuburan yang berkepala katak. Tulah ini bisa ditiru oleh para ahli sihir Mesir dan menimpa juga orang-orang Israel di Gosyen. Bila pembusukan ikan dalam jumlah besar akibat tulah pertama terjadi disepanjang tepian Sungai Nil dan air-air di cabang-cabang sunagi kecilnya dan mengotori tepian sungai itu lalu menulari tempat-tempat katak itu maka itu akan mengakibatkan semua katak dalam jumlah yang sangat besar naik ke darat dan bergegas ke tempat-tempat perlindungan di rumah-rumah dan ladang-ladang. Kematian katak-katak secara mendadak dan pembusukan mereka yang cepat adalah akibat timbulnya penyakit menular dari bacillus anthracis, yaitu spesies bakteri penyebab antraks, sebuah penyakit yang umum ditemukan pada hewan khususnya ternak dan terkadang pada manusia.
c. TULAH KETIGA
Tulah ketiga, wabah nyamuk, diceritakan dalam Keluaran 8:16-19. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Geb, dewa bumi bagi tanah Mesir. Tulah ini tidak bisa ditiru oleh ahli-ahli sihir Mesir dan menimpa juga orang-orang Israel di Gosyen. Hort berpendapat bahwa tulah wabah nyamuk ini sangat luar biasa. Laju berkembang biaknya tinggi sekali dan itu dipacu lagi oleh keadaan yg sangat mendukung yang tercipta akibat luapan air Sungai Nil.
d. TULAH KEEMPAT
Tulah keempat, lalat pikat, diceritakan dalam Keluaran 8:20-32. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Wadjet atau Uatchit (di Yunani dikenal sebagai dewa Buto) yaitu dewa lalat Mesir. Walau jarang terdengar dimasa sekarang tetapi Wadjet terkait erat dalam agama Mesir kuno dengan Mata dewa Ra, dewa pelindung yang kuat. Hieroglif untuk matanya ditunjukkan terkadang dalam bentuk dua gambar religius yang ditampilkan di langit. Per-Wadjet (Rumah Wadjet) juga berisi tempat perlindungan bagi Horus, anak dewa matahari yang akan diartikan sebagai firaun. Belakangan, Wadjet dikaitkan dengan Isis dan juga dengan banyak dewa lainnya. Menulahi orang Mesir dengan lalat pikat merupakan lambang ejekan pada dewa Wadjet yang juga dianggap pelindung firaun, artinya TUHAN sedang mengejek firaun. 'Lalat' yang dimaksud mungkin ialah jenis stomoxys calcitrans, yaitu lalat penghisap darah yang termasuk dalam famili Muscidae. Efek langsung dari gigitan lalat ini pada hewan ternak berupa lesi pada kulit, gangguan asupan makanan, stres, anemia, dan efek imunosupresif. Efek tidak langsung dari gigitan lalat ini adalah perpindahan agen penyakit dari satu hewan/manusia ke hewan/manusia lainnya. Tulah-tulah berikutnya besar kemungkinan turut disebabkan oleh serangga ini.
e. TULAH KELIMA
Tulah kelima, penyakit sampar pada ternak, diceritakan dalam Keluaran 9:1-7. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Ptah, Mnevis, Hathor, dan Amun, yaitu dewa-dewa yang dikaitkan dengan sapi dan lembu, dan juga dewi Sekhmet, dewi wabah penyakit. Menariknya, dewi Sekhmet yang digambarkan berkepala singa betina dan dikatakan bahwa nafasnya menciptakan gurun pasir, adalah dewi yang dipercaya sebagai pelindung firaun dan pemimpin pertempuran. Sekhmet juga merupakan dewi matahari, kadang-kadang dianggap sebagai aspek dari dewi Hathor dan Bast. Dia divisualkan memakai cakram matahari dan Uraeus yang dengan demikian menghubungkannya dengan Wadjet dan kerajaan. Dengan segala hubungan ini, dia bisa disebut sebagai juru damai dari dewi Ma'at di Ruang Penghakiman Osiris. Pemujaannya sangat dominan di Mesir. Menulahi orang Mesir dengan penyakit sampar pada ternak merupakan lambang ejekan pada dewa-dewa Mesir yang dilambangkan dengan sapi dan lembu itu, bahwa TUHAN sedang menulahi mereka. Tulah ini juga merupakan ejekan pada firaun sebab dewi Sekhmet yang dianggap sebagai pelindung firaun ternyata tidak mampu melindunginya, yang artinya TUHAN sedang mengejek ketidak-berdayaan firaun. Bila tulah-tulah sebelumnya juga turut dirasakan oleh orang Israel maka mulai dari tulah kelima ini TUHAN membedakan antara orang Mesir dan orang Israel sehingga orang Israel dilindungi dari tulah-tulah selanjutnya. Penyakit sampar menimpa ternak 'ladang' Mesir (bukan semua kawanan ternak). Penyakit sampar ini hanya menyerang ternak yang diluar, di ladang, yang mungkin menunjukkan bahwa ternak-ternak itu kena infeksi akibat tulah katak sebelumnya. Jika ternak orang Israel selalu berada di kandang tentulah tidak kena infeksi.
f. TULAH KEENAM
Tulah keenam, barah, diceritakan dalam Keluaran 9:8-12. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Serapis, dewa penyembuhan. Barah 'yang memecah sebagai gelembung' itu barangkali adalah infeksi pada kulit akibat gigitan lalat pembawanya, yaitu stomoxys calcitrans yang telah disebutkan sebelumnya, yang berkembang biak pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan yang menjadi pembawa kuman penyakit dari bangkai katak-katak dan ternak yang telah terkena infeksi akibat tulah-tulah sebelumnya. Lalat ini menyerang berbagai hewan termasuk tikus, babi, kelinci, monyet, kuda, sapi, manusia, unta, kambing, dan burung pelican. Sapi dan kuda merupakan hospes utama dari lalat ini. Lalat ini menghisap darah selama 3-4 menit, apabila terganggu saat menghisap darah, lalat akan berpindah ke kawanan lainnya. Gigitannya menyebabkan rasa sakit dan gangguan pada ternak yang terserang, sehingga menyebabkan kehilangan darah dan menyebabkan penurunan berat badan dan mengakibatkan penyakit lainnya termasuk yang digambarkan sebagai barah dalam perikop ini. Barah itu mungkin khusus menyerang tangan dan kaki karena dalam Keluaran 9:11 disebutkan bahwa ahli-ahli sihir tidak dapat tetap berdiri di depan Musa (bnd Ulangan 28:27,35), yang menjadi petunjuk lebih lanjut tentang diagnosa yang diusulkan mengenai penyakit itu dan pembawanya, yang menyerang menjelang Desember/Januari.
g. TULAH KETUJUH
Tulah ketujuh, hujan es, diceritakan dalam Keluaran 9:13-35. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Nut (dewi langit), Shu (dewa atmosfer), juga Seth dan Isis (dewa-dewi pertanian). Hujan es yang dahsyat disertai guruh, petir dan hujan menghancurkan jelai dan rami, tapi gandum tidak, karena pada masa ini belum tumbuh. Peristiwa itu mungkin terjadi pada awal Februari. Pemusatan bencana yang mendadak pada musim ini terjadi di Mesir Atas, bukan di tanah Gosyen, yang dekat dengan daerah pesisir Laut Tengah, cocok dengan gejala-gejala iklim di daerah-daerah ini. Tulah ini sangat dahsyat bagi orang Mesir sehingga membuat Firaun mengaku bersalah tetapi kemudian berubah pikiran.
h. TULAH KEDELAPAN
Tulah kedelapan, belalang, diceritakan dalam Keluaran 10:1-10. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah dewa Serapia (dewa pelindung dari belalang). Tulah ini adalah ejekan bagi firaun bahwa dewanya tidak mampu melindungi mereka dari belalang. Hujan lebat serta hujan salju di Ethiopia, yang biasanya terjadi menjelang Maret mengakibatkan air Sungai Nil kembali meluap secara luar biasa. Etiopia tidak bersalju, tetapi curah hujannya tinggi sepanjang tahun. Volume hujan yang besar terjadi di dataran tinggi Ethiopia dari bulan Juni hingga September, namun, musim hujan telah berlangsung dari Maret. Meski begitu, Pegunungan Simien, yang terletak antara 4,437m – 4,550m di atas permukaan laut, adalah salah satu dari sedikit bagian Afrika yang mengalami hujan salju secara teratur. Cuaca dan iklim di Ethiopia ini berdampak bagi timbulnya wabah belalang juga luar biasa banyaknya. Belalang-belalang ini dengan menempuh rute biasa yang pada waktunya akan sampai di Mesir Utara karena terbawa oleh angin yang bertiup dari timur. Angin yang bertiup dari barat (ruakh yam, harfiah angin laut), sebenarnya adalah angin yang datang dari utara (atau barat laut). Angin ini akan membawa gerombolan belalang itu langsung ke lembah Sungai Nil. Tulah ini sangat menjengkelkan orang Mesir sebab merugikan mereka secara ekonomi, tentunya firaun adalah yang paling direpotkan oleh hal ini sebab dia harus menghadapi pengaduan rakyat terkait peristiwa ini. Firaun akhirnya kembali mengaku bersalah tetapi tidak dengan tulus, firaun juga menyampaikan usulan sepihak (Keluaran 10:10-11) yang tentu saja ditolak oleh Musa.
i. TULAH KESEMBILAN
Tulah kesembilan, gelap gulita, diceritakan dalam Keluaran 10:21-29. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan bahwa Dia lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir, dalam hal ini adalah Ra, Amun-Ra, Atum, Aten, dan Horus yang adalah dewa-dewa yang digambarkan sebagai dewa matahari, juga Thoth sebagai dewa bulan. 'Gelap gulita' yang dimaksud adalah khamsin, badai topan debu, tapi bukan debu biasa. Genangan air yang meluap luar biasa akibat tulah hujan es meninggalkan banyak sekali 'tanah merah', yngg kini mengering menjadi debu halus. Jika debu ini ditiup angin, maka khamsin akan membuat udara padat dan gelap, membendung sinar matahari. 'Tiga hari' yang disebut dalam Keluaran 10:23 memang dikenal sebagai jangka waktu lamanya khamsin. Kedahsyatan khamsin itu memberi kesan bahwa tulah ini terjadi pada awal musim, sekitar bulan Maret. Jika orang Israel bermukim di daerah Gosyen, mereka tidak ikut mengalami akibat buruk dari tulah ini.
j. TULAH KESEPULUH
Tulah kesepuluh, kematian anak sulung, diceritakan dalam Keluaran 11:1-12:36. Melalui tulah ini, TUHAN ingin menyatakan penghukumannya terhadap semua dewa Mesir, termasuk Firaun sendiri, yang dianggap sebagai dewa, bahwa mereka tidak mampu menghadapi-Nya yang memegang hidup dan mati ciptaan-Nya. Dari tulah pertama hingga tulah kesembilan TUHAN telah mendemonstrasikan penguasaan dan pengawasan-Nya yang sepenuhnya atas ciptaan-Nya. Ia memampukan Musa, hamba-Nya, untuk memberitahukan tulah yang berturut-turut itu. Tulah-tulah itu terlaksana dalam urutan yang teratur dan dalam kehebatan yang meningkat seiring waktu akibat firaun makin berkeras menolak mengakui Allah Israel padahal firaun menyaksikan sendiri tanda-tanda paling nyata dari kedaulatan dan kuasa Allah. Pada tulah kesepuluh diberikanlah tanda paling khas dari penguasaan dan pengawasan Allah yang tegas dan mutlak, yaitu kematian anak sulung. Tulah ini tidak datang tanpa peringatan yang sepadan (Keluaran 4:23). Firaun telah diberi kesempatan yang terlalu banyak untuk mengakui Allah dan menaati perintah-Nya, justru firaun harus menanggung akibat-akibat penolakannya dengan akibat yang fatal, hatinya dikeraskan oleh TUHAN.
Uraian diatas menunjukan bahwa sembilan tulah yang pertama jelas termasuk dalam tiga kelompok dengan masing-masing tiga tulah. Tulah pertama dan kedua, keempat dan kelima, ketujuh dan kedelapan diberitakan kepada Firaun sebelum terjadi, tetapi tulah ketiga, keenam dan kesembilan terjadi tanpa peringatan sebelumnya. Tiga tulah pertama melanda Israel dan Mesir, sebab kedua bangsa itu harus mempelajari sesuatu. Dua kelompok terakhir hanya menimpa Mesir saja, agar mereka mengetahui bahwa Allah yang melindungi Israel juga merupakan Allah orang Mesir (8:22) dan Ia lebih besar dari semua allah yang lain (9:14). Tulah-tulah itu makin lama makin berat, dengan tiga tulah terakhir nyaris melumpuhkan negeri itu. Tulah kesepuluh dibahas dalam bagian berikutnya. Dengan demikian tulah ini dipisahkan dari sembilan tulah lainnya sebab bukan hanya merupakan puncak dari hukuman Allah dan dasar dari penebusan Israel, tetapi juga karena tulah tersebut merupakan. kunjungan langsung dari Allah, bukan tulah atau hukuman melalui sebab-sebab sekunder. Sembilan tulah pertama merupakan keajaiban alamiah, dalam arti bahwa sembilan tulah tersebut merupakan peningkatan kesukaran-kesukaran yang sudah dikenal dalam sejarah. Kehebatan tulah-tulah tersebut, dan terlebih lagi, muncul dan hilangnya tulah-tulah itu atas perintah Musa menandai peristiwa-peristiwa tersebut sebagai mukjizat. Semuanya mempengaruhi orang Mesir bukan hanya secara jasmani dan kejiwaan, tetapi juga secara rohani. Setiap tulah diarahkan terhadap gejala alam tertentu yang disembah oleh orang Mesir sebagai memiliki hubungan dengan dewa tertentu (tafsiran Wycliff untuk Keluaran 7:8-11:10).
Terkait dengan Sepuluh Tulah Mesir ada dokumen papirus yang bernama Papirus Ipuwer. Isi Papirus Ipuwer (Papirus Leiden 344) dan perbandingannya dengan 10 Tulah dan narasi eksodus:
1. Tulah Air Menjadi Darah
 Papirus Ipuwer 2:5-6, “Tulah di seluruh negeri. Darah di mana-mana.”
 Papirus Ipuwer 2:10, “Sungguh, sungai menjadi darah, tetapi orang minum darinya. Orang merendahkan diri bukan seperti manusia, dan haus akan air”
 Papirus Ipuwer 3:10-13, “Inilah air kami! Inilah kebahagiaan kami! Apakah yang akan kami lakukan terhadapnya? Semuanya rusak.”
 Keluaran 7:20, “…maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah.”
 Keluaran 7:21, “...sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat meminum air dari sungai Nil;... di seluruh tanah Mesir ada darah..”
 Keluaran 7:24, “semua orang Mesir menggali-gali di sekitar sungai Nil mencari air untuk diminum, sebab mereka tidak dapat meminum air sungai Nil.”
.
2. Tulah Hujan Es
 Papirus Ipuwer 2:10, “Sesungguhnya, gerbang-gerbang, tiang-tiang dan tembok-tembok semuanya terbakar api.”
 Papirus Ipuwer 10:3-6, “Mesir Hilir menangis... Seluruh istana tanpa pemasukan. Milik (hak) merekalah gandum dan jelai, angsa dan ikan.”
 Papirus Ipuwer 6:3, “Sesungguhnya, bulir-bulir menghilang dari segala sisi.”
 Papirus Ipuwer 5:12, “Sesungguhnya, lenyaplah apa yang kemarin terlihat. Tanah
itu terlantar dalam kelelahannya, seperti pemotongan tanaman rami.”
 Keluaran 9:23, “... guruh dan hujan es, dan apipun menyambar ke bumi,”
 Keluaran 9:24, “... turunlah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di tengah-tengah hujan es itu, terlalu dahsyat.”
 Keluaran 9:25, “...Hujan es itu menimpa binasa segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir, dari manusia sampai binatang; juga segala tumbuh-tumbuhan di padang ditimpa binasa oleh hujan itu dan segala pohon di padang ditumbangkannya.”
 Keluaran 9:31, “Tanaman rami dan jelai telah tertimpa binasa, sebab jelai itu sedang berbulir dan rami itu sedang berbunga.”
 Keluaran 9:32, “Tetapi gandum dan sekoi tidak tertimpa binasa, sebab belum lagi musimnya.”
 Keluaran 10:15, “...tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir.”
.
3. Tulah Penyakit Sampar
 Papirus Ipuwer 5:5, “Semua tanaman, hati mereka menangis. Ternak merintih...”
 Papirus Ipuwer 9:2-3, “Lihatlah, ternak ditinggal tercerai berai, dan tidak seorangpun yang mengumpulkan mereka.”
 Keluaran 9:3, “Maka ternakmu, yang ada di padang, kuda, keledai, unta, lembu sapi dan kambing domba, akan kena tulah TUHAN, yakni kena penyakit sampar yang dahsyat.”
 Keluaran 9:19, “...ternakmu dan segala yang kaupunyai di padang, suruhlah dibawa ke tempat yang aman”
 Keluaran 9:21, “Tetapi siapa yang tidak mengindahkan firman TUHAN, meninggalkan hamba-hambanya serta ternaknya di padang.”
.
4. Tulah Gelap Gulita
 Papirus Ipuwer 9:11, “Tanah itu tanpa terang.”
 Keluaran 10:22, “... datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari.”
.
5. Tulah Kematian Anak Sulung Mesir
 Papirus Ipuwer 4:3 (5:6), “Sesungguhnya, anak-anak para pangeran dilemparkan membentur tembok.”
 Papirus Ipuwer 6:12, “Sesungguhnya, anak-anak para pangeran dibuang ke jalan-jalan.”
 Papirus Ipuwer 6:3, “Penjara hancur.”
 Papirus Ipuwer 2:13, “Orang-orang yang meletakkan saudara laki-lakinya di tanah ada di mana-mana.”
 Papirus Ipuwer 3:14, “Terdengar rintihan di seluruh negeri, bercampur dengan ratapan.”
 Keluaran 12:29, “Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.”
 Keluaran 12:30 “...dan kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak kematian.”
.
6. Tiang Awan dan Tiang Api
 Papirus Ipuwer 7:1, “Lihatlah, api naik sampai tinggi. Nyalanya membakar semua musuh-musuh negeri.”
 Keluaran 13:21 TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
.
7. Orang Israel Mendapat Harta dari Orang Mesir
 Papirus Ipuwer 3:2, “Emas dan lapis lazuli, perak dan batu malakit, karnelia dan perunggu ... dikalungkan di leher budak-budak perempuan.”
 Keluaran 12:35-36, “...mereka meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain. Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu.”
.
.
Sangat menarik, narasi 10 Tulah ini memiliki dukungan yang korelatif dari kajian kesusastraan kuno dan epidemilogi. Ini menunjukan catatan Alkitab bisa dibuktikan.
__________________________
Ditulis oleh Devy Ransun
Daftar Referensi:
1. A. Erman, "Life in Ancient Egypt", 1894.
2. Andrew E. Hill & John H. Walton, "A survey of Old Testament", Zondervan, edisi ketiga.
2. R. F. Bhanu Victorahadi Pr., "Buku Ajar Eksegese: Perjanjian Lama Nabi-Nabi", UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2022.
3. Brace, Laura; "The Politics of Property: Labour, Freedom and Belonging"; Edinburgh University Press; 2004.
4. David F. Hinson, "Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab", BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2004.
5. Ensiklopedia Alkitab
6. Frost, Dan (2011). "Chattel Slavery". Dalam Rodriguez, Junius P., "Slavery in the Modern World", ABC-CLIO.
7. Gardiner, "Ancient Egyptian Onomastica", 1947;
8. Jeffrey A. Lee, "Explaining the Plagues
of Egypt", 2004.
9. Josephus, "Antiquities of the Jews".
10. Michael Kosoy, "The Ten Egyptian Plagues:A Powerful Metaphor for Emergence of Epidemics".
11. Robert H. Gundry, "A survey of Old Testament", Zondervan, edisi kelima.
12. Roger S. Wotton, "Ten Plagues of Egypt".
13. Susan Wise Bauer, "Sejarah Dunia Kuno", Elex Media Komputindo, 2007.
14. Tammi Benjamin, Marc Mangel, "The Ten Plagues and Statistical Science as a Way of Knowing", 1999.
15. Wael. M. Lotfy, "Plague in Egypt: Disease biology, history and contemporary analysis: Aminireview", Journal of Advance Research, Kairo University, 2013.
16.William Stanford LaSor, David Allan Hubbard, Frederick Wm. Bush; "Old Testament Survey", Wm. B. Eerdmans Publishing, Cambridge, 1996.
17. W. J. Martin, "Stylistic Criteria and the Analysis of the Pentateuch", 1955.
.
Keterangan Gambar: Papirus Ipuwer
(sumber: World History Encyclopedia)
https://www.facebook.com/groups/1748316795307974/?hoisted_section_header_type=recently_seen&multi_permalinks=2638967476242897

Tidak ada komentar: